Mohon tunggu...
Hilmy Harits Putra
Hilmy Harits Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berfikir, Membaca, Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Libur Mahasiswa

28 Oktober 2024   12:09 Diperbarui: 28 Oktober 2024   12:10 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu seharusnya tidak perlu malu nak... kalau ada yang bertanya mengenai pekerjaan orang tua ya jawab jujur saja kalau orang tuamu ASN. Memangnya kalau anak ASN tidak boleh bekerja gitu?" jawab ayah dengan nada agak tegas.

Ia masih tidak terima kalau ada yang bertanya, ia pun menjawab dengan mimik yang agak ngeyel.

"Ya boleh-boleh saja sih pak... tapikan nanti dikira tidak diberi uang saku oleh orang tuanya, atau nanti malah ada dugaan yang tidak-tidak dengan ekonomi keluarga, apalagi kalau nanti ada gosip di belakang rekan kerja tentang anak ASN yang bekerja. Mereka akan menganggap kalau aku kekurangan uang."

Ayah menghela nafas panjang dan mencoba menjelaskan dengan nada yang perlahan kepada anaknya.

"Jadi gini nak... justru kalau kamu anak ASN terus memiliki keinginan untuk bekerja itu malah bagus. Kamu berarti punya semangat dan tekad untuk cari uang sendiri, tidak foya-foya dengan harta orang tua."

Mahasiswa itu sedikit bersikap tenang dan menganggukkan kepala tanda ia mengerti apa maksud ayahnya. Ayahpun mengimbuhi apa yang telah dikatakan tadi.

"Buktikan kepada mereka, bahwa anak ASN itu jangan dipandang istimewa, kamu itu sama dengan anak-anak lainnya, buktikan bahwa kamu adalah anak yang rajin, tidak menggantungkan harta kepada orang tua. Justru kamu anak ASN maka berilah contoh kepada dunia luar, anak ASN saja rajin bekerja apalagi yang bukan, misalnya gitu."

Ia sedikit demi sedikit berusaha mencerna apa kata ayahnya.

"Betul juga ya yah, kita tidak boleh bersikap sombong kepada yang lain, kita harus tetap berusaha, ini bukan hanya soal uang tetapi juga soal tanggung jawab sebagai mahasiswa yang memiliki cita-cita."

Selesai sudah percakapan singkat dari anak dan ayah dengan berbagai hikmah. Yang dapat kita ambil pelajarannya adalah, kita tidak boleh gengsi dalam bekerja ntah kita anak petani, ASN, pedagang, buruh atau yang lainnya. Perilakunya juga mencerminkan mahasiswa yang mandiri, dia tidak mau terlalu membebani orang tuanya dengan uang kuliahnya. Walau belum seberapa nominal penghasilan dari bekerjanya, paling tidak sudah ada usaha untuk mengurangi beban orang tua. Itikad baik mahasiswa itu patut di contoh oleh semua orang. Sekian cerita pendek antara mahasiswa dan ayahnya, semoga bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun