Mohon tunggu...
Hilmi Aziz Rakhmatullah
Hilmi Aziz Rakhmatullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Senang mengobrol dengan orang baru. Memiliki ketertarikan terhadap bahasa dan juga sastra. Selain itu, saya juga tertarik terhadap bidang teknologi dan olahraga.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membedah Emang Boleh Lewat Semiotika: Emang Boleh Sesemiotika Itu?

8 November 2023   23:05 Diperbarui: 22 November 2023   22:00 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
screenshot reply akun Twitter @itbfess terhadap tweet akun @ui_fess

Beberapa waktu terakhir, kalimat "emang boleh?" sedang marak digunakan oleh masyarakat, khususnya di sosial media. Jika dilihat secara sekilas, kalimat tersebut hanya kalimat tanya. Sementara "emang boleh" merupakan ruang untuk memasukkan kata sebagai konteks penjelas. Usut punya usut, mulanya kalimat tersebut digunakan oleh seorang pengguna Facebook. Dalam postingannya, terdapat sebuah foto wajah dengan caption "Emang boleh sechindo ini?". 

Kolom komentar yang ramai membuat foto tersebut kemudian menjadi viral. Trend "Emang boleh?" pun mulai marak bertebaran di linimasa berbagai sosial media. Jika dilihat dari kemunculan trend tersebut, kata chindo yang merujuk pada keturunan seseorang yang memiliki darah Indonesia dan China. Dalam semiotika, terdapat denotasi dan konotasi. Denotasi merupakan makna sebenarnya, sementara konotasi merupakan makna yang dapat ditimbulkan oleh perasaan atau sesuatu yang erat pada kata tersebut. 

Secara denotasi "Emang boleh sechindo ini?" hanya memiliki makna bertanya tentang rupa atau wajahnya yang mirip dengan keturunan Indonesia China. Namun secara konotasi, pertanyaan atau kalimat tersebut memiliki makna lain. Pengunggah foto tersebut secara sengaja 'menyombongkan' kemiripannya dengan keturunan chindo. Sebab keturunan chindo biasanya memiliki wajah tampan dan kulit putih, kedua aspek tersebut tentu sangat melekat dengan daya tarik bagi orang lain. 

screenshot reply akun Twitter @itbfess terhadap tweet akun @ui_fess
screenshot reply akun Twitter @itbfess terhadap tweet akun @ui_fess

Pada gambar di atas juga terdapat penggunaan kalimat "Emang boleh?" dengan diikuti "sefakta itu?". Berbeda dengan yang sebelumnya, kali ini penggunaan kalimat tersebut lebih memiliki konteks tentang fakta yang dikemukakan. Berawal dari tweet @ui_fess yang mengungkapkan keresahan sekaligus sarkasme terhadap UKT yang mahal, hingga respon dari @itbfess yang mengiyakan statement atau cuitan dari @ui_fess. 

Kalimat reply "Emang boleh sefakta itu?" secara denotasi hanya bermakna mempertanyakan kebenaran atau fakta dari cuitan @ui_fess. Namun secara konotasi justru sebaliknya, balasan dari @itbfess tersebut menyatakan persetujuannya terhadap cuitan dari @ui_fess. Susah-susah masuk kampus, ngelewatin tes, eh masih tetep harus bayar UKT yang mahal. Mungkin kalo dibahasakan bakalan seperti itu kayaknya ya.

Tweet akun Twitter @minfieldstore
Tweet akun Twitter @minfieldstore

Akun twitter @minfieldstore merupakan akun jualan yang mendukung klub bola asal Inggris, Liverpool. Isi cuitan dari akun tersebut adalah "Emang boleh menang 3-1 terus?" dibarengi dengan gambar dari dua pertandingan terakhir Liverpool. Kedua pertandingan tersebut dimenangkan Liverpool dengan skor yang sama, yaitu 3-1. Jika dilihat dari segi denotasi, kalimat "Emang boleh menang 3-1 terus?" mempertanyakan apakah boleh Liverpool menang dengan skor 3-1. Tentu jawabannya sah-sah saja atau boleh-boleh saja. 

Menang 3-1, 2-1 atau berapapun tidak masalah. Tapi secara konotasi kalimat tersebut bukan kalimat tanya. Melainkan kalimat yang 'memamerkan' kesuperioran Liverpool dalam dua laga terakhirnya memenangkan pertandingan dengan skor yang sama. Sebab akan aneh jika memahami kalimat tersebut secara denotasi. Toh siapa yang melarang Liverpool menang 3-1? Bebas-bebas saja dong karena itu merupakan sebuah pertandingan.

Postingan akun Instagram @indonesiaadilmakmur
Postingan akun Instagram @indonesiaadilmakmur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun