Beberapa waktu terakhir, kalimat "emang boleh?" sedang marak digunakan oleh masyarakat, khususnya di sosial media. Jika dilihat secara sekilas, kalimat tersebut hanya kalimat tanya. Sementara "emang boleh" merupakan ruang untuk memasukkan kata sebagai konteks penjelas. Usut punya usut, mulanya kalimat tersebut digunakan oleh seorang pengguna Facebook. Dalam postingannya, terdapat sebuah foto wajah dengan caption "Emang boleh sechindo ini?".Â
Kolom komentar yang ramai membuat foto tersebut kemudian menjadi viral. Trend "Emang boleh?"Â pun mulai marak bertebaran di linimasa berbagai sosial media. Jika dilihat dari kemunculan trend tersebut, kata chindo yang merujuk pada keturunan seseorang yang memiliki darah Indonesia dan China. Dalam semiotika, terdapat denotasi dan konotasi. Denotasi merupakan makna sebenarnya, sementara konotasi merupakan makna yang dapat ditimbulkan oleh perasaan atau sesuatu yang erat pada kata tersebut.Â
Secara denotasi "Emang boleh sechindo ini?"Â hanya memiliki makna bertanya tentang rupa atau wajahnya yang mirip dengan keturunan Indonesia China. Namun secara konotasi, pertanyaan atau kalimat tersebut memiliki makna lain. Pengunggah foto tersebut secara sengaja 'menyombongkan' kemiripannya dengan keturunan chindo. Sebab keturunan chindo biasanya memiliki wajah tampan dan kulit putih, kedua aspek tersebut tentu sangat melekat dengan daya tarik bagi orang lain.Â
Pada gambar di atas juga terdapat penggunaan kalimat "Emang boleh?" dengan diikuti "sefakta itu?". Berbeda dengan yang sebelumnya, kali ini penggunaan kalimat tersebut lebih memiliki konteks tentang fakta yang dikemukakan. Berawal dari tweet @ui_fess yang mengungkapkan keresahan sekaligus sarkasme terhadap UKT yang mahal, hingga respon dari @itbfess yang mengiyakan statement atau cuitan dari @ui_fess.Â
Kalimat reply "Emang boleh sefakta itu?" secara denotasi hanya bermakna mempertanyakan kebenaran atau fakta dari cuitan @ui_fess. Namun secara konotasi justru sebaliknya, balasan dari @itbfess tersebut menyatakan persetujuannya terhadap cuitan dari @ui_fess. Susah-susah masuk kampus, ngelewatin tes, eh masih tetep harus bayar UKT yang mahal. Mungkin kalo dibahasakan bakalan seperti itu kayaknya ya.
Akun twitter @minfieldstore merupakan akun jualan yang mendukung klub bola asal Inggris, Liverpool. Isi cuitan dari akun tersebut adalah "Emang boleh menang 3-1 terus?"Â dibarengi dengan gambar dari dua pertandingan terakhir Liverpool. Kedua pertandingan tersebut dimenangkan Liverpool dengan skor yang sama, yaitu 3-1. Jika dilihat dari segi denotasi, kalimat "Emang boleh menang 3-1 terus?"Â mempertanyakan apakah boleh Liverpool menang dengan skor 3-1. Tentu jawabannya sah-sah saja atau boleh-boleh saja.Â
Menang 3-1, 2-1 atau berapapun tidak masalah. Tapi secara konotasi kalimat tersebut bukan kalimat tanya. Melainkan kalimat yang 'memamerkan' kesuperioran Liverpool dalam dua laga terakhirnya memenangkan pertandingan dengan skor yang sama. Sebab akan aneh jika memahami kalimat tersebut secara denotasi. Toh siapa yang melarang Liverpool menang 3-1? Bebas-bebas saja dong karena itu merupakan sebuah pertandingan.
Dalam postingannya, akun Instagram @indonesiaadilmakmur mengupload sebuah kompilasi video dari Prabowo Subianto. Sebuah caption "Emang boleh segemoy ini?" menyertai video tersebut. Kata gemoy sendiri merupakan plesetan dari kata gemas. Kata ini sering dipakai untuk menunjukkan rasa gemas terhadap sesuatu yang lucu. Biasanya cenderung digunakan kepada anak kecil terhadap wajahnya yang lucu atau tingkah lakunya yang menggemaskan. Namun yang terdapat dalam postingan akun @indonesiaadilmakmur adalah video dari Prabowo Subianto yang merupakan mantan TNI yang memiliki jabatan terakhir sebagai Pangkostrad.Â
Tentu secara denotasi, kata gemoy agaknya tidak sesuai dengan seorang mantan prajurit TNI yang memiliki jabatan tinggi. Tetapi apabila dilihat dari segi konotasi, caption yang berisi kata gemoy tersebut merujuk pada tingkah laku atau tindakan Prabowo yang berjoget dihari ulang tahunnya yang ke 72. Jogetan Prabowo tersebut kemudian viral dan menimbulkan beragam komentar netizen yang menganggap hal tersebut sebagai hal yang menggemaskan atau gemoy.Â
Trend penggunaan kalimat "Emang boleh?" memiliki makna yang beragam bergantung pada konteks yang ada dalam kata setelahnya. Meskipun memiliki tanda tanya, tetapi secara umum penggunaan kalimat tersebut bukan untuk menanyakan sesuatu. Melainkan untuk memberitahu mengenai apa yang ingin disampaikan lewat gagasan kalimat "Emang boleh?". Bisa berupa sindiran, pamer, atau malah ungkapan perasaan, entah gemas, senang atau bahkan sedih. Tentu bergantung pada kata apa yang mendapingi "Emang boleh?"-nya tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H