Kami melanjutkan perjalanan menuju gunung singa sekitar pukul 15.40 dan tiba dibase camp pukul 16.10. Selama perjalanan menuju gunung singa kami istrirahat sebanyak 2 kali dengan durasi 10 menit.Â
Perjalanan memakan waktu selama kurang lebih 1 jam pada akhirnya tiba dipuncak gunung singa pada pukul 17.00. tidak berselang lama turun hujan, sehingga perjalanan turun tertunda dan kami harus berteduh di pos. setelah hujan reda kami memutuskan untuk segera turun pada pukul 18.50 dan tiba dibase camp sekitar 30 menit kemudian.Â
Setibanya dibase camp gunung singa, Kami persiapan untuk pulang. Mulai berangkat pukul 19.48 perjalanan pulang memakan waktu selama kurang lebih 2 jam dan pada pukul 21.10 kami tiba dikediaman masing-masing.Â
Gunung Singa termasuk gunungapi purba atau fosil gunungapi, karena gunung ini sudah tidak menunjukkan adanya kegiatan kegunungapian. Namun, bukit ini memberikan beberapa petunjuk, bahwa semula, gunung ini merupakan gunungapi yang aktif.
Disebut gunungapi purba karena gunung api ini pernah aktif pada masa lampau, tetapi sekarang sudah mati, sudah tererosi bagian luarnya. Bahkan, karena tingkat erosinya yang kuat dan lama, sudah sangat lanjut, maka penampakan sisa tubuh gunungnya sudah tidak seperti gunungapi aktif saat ini yang berbentuk kerucut berkawah. Â
Di lereng utara Gunung Singa, terdapat lava pejal, dan di dekat rungkun bambu, terdapat tiang-tiang lava yang besar. Adanya magma yang kemudian membeku, merupakan ciri, bahwa pada masa lalu, setidaknya empat juta tahun lalu, Gunung Singa merupakan gunungapi aktif.
Selain itu di gunung Singa terdapat situs bersejarah bagi Masyarakat gunung Singa dan sekitarnya, yaitu makom dari Eyang Singgah yang terdapat di pelataran puncak gunung Singa. Eyang Singgah merupakan tokoh bersejarah di wilayah Soreang, Kabupaten Bandung. Beberapa kelompok Masyarakat pun sering kali melakukan ziarah ke makom yang berada di pelataran puncak gunung Singa tersebut.
Sumber referensi:
https://www.pikiran-rakyat.com/kolom-author/149/t-bachtiar.