Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Bola

Edin Dzeko, Pangeran Perkasa dari Sarajevo

8 Februari 2024   22:44 Diperbarui: 8 Februari 2024   22:48 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edin Dzeko | TRT Spor

Bagi fans setia Mancester City pasti cukup mengenal sosok Edin Dzeko, dia adalah satu dari sekian penyerang haus gol yang namanya selalu diingat suporter The Citizens. 

Sejak berseragam klub sekota dengan Mancester United pada 2011 hingga 2016, ia berhasil mengantarkan The Citizens dua kali meraih gelar juara premier Inggris, kemudian menggondol piala FA, Capital One Cup dan Community Shiled.

Kesuksesan Dzeko di Mancester City pun berlanjut di tim nasional Bosnia Herzegovina, ia bersama kompatriotnya Miralem Pjanic berhasil mengantarkan Bosnia untuk pertama kalinya tampil di turnamen piala dunia, yakni di piala dunia 2014 di Brasil.

Saat itu, keduanya berada pada top performance dan mencatatkan sejarah untuk negaranya. Miralem Pjanic merupakan gelandang terbaik As Roma, sementara Dzeko adalah juru gedor andalan Manuel Pellegrini di Mancester City.

Walaupun tidak dapat berbicara banyak pada turnamen piala dunia 2014, karena gagal melenggang ke fase 16 besar lantaran takluk 0-1 dari timnas Nigeria. 

Namun, sukses mengantarkan Bosnia Herzegovina tampil pertama kali di piala dunia, setelah mendeklarasikan diri bebas dari Yugoslavia, merupakan prestasi yang sulit dilupakan mantan pemain Inter Milan tersebut.

Karena di balik kesuksesannya sebagai pesepakbola profesional dilatari cerita-cerita memilukan yang terus membayangi perjalanan karirnya, hingga ia dapat mewujudkan impian untuk tampil di gelaran piala dunia.

Kisah Edin Dzeko seperti diceritakan Stewart Henry Pesch di bukunya memang menghadirkan perasaan sedih. Ceritanya bermula dari berkecamuknya perang etnis di wilayah Sarajevo antara Serbia dan Bosnia di tahun 1992 hingga 1995.

Saat perang etnis pecah, Edin Dzeko baru berusia 10 tahun, ia merupakan seorang bocah yang beruntung karena lolos dari maut. Saat rumahnya diterjang bom tentara Serbia.

Ada satu kisah juga yang tak pernah dilupakannya, yakni jelang konflik berdarah di Sarajevo yaitu saat ia berkeinginan ke lapangan untuk bermain bola, kemudian sang ibunya, Belma, mencegahnya.

Tak berlangsung lama dari kejadian sang ibu memarahinya, bom dari tentara Serbia menghantam lapangan sepak bola, kemudian ribuan peluru berhamburan menghantam rumah-rumah warga Bosnia.

Jika saja ketika itu, Edin Dzeko kecil bersihkeras ke lapangan sepak bola, mungkin cerita berbeda dialami timnas Bosnia Herzegovina, karena kelolosan Bosnia ke piala dunia 2014 merupakan peran penting Dzeko sebagai penyerang haus gol yang diandalkan pelatih Bosnia Herzegovina Safet Susic.

Perang etnis di wilayah Sarajevo merupakan kejadian memilukan bagi warga Bosnia, karena membuat ribuan nyawa tak berdosa melayang, termasuk warga kehilangan tempat tinggal.

Kondisi ini pun dialami keluarga Edin Dzeko, mereka diselimuti kemiskinan pasca perang, dan hanya mengandalkan sebuah apartemen berukuran 35 meter persegi untuk tinggal bersama 15 anggota keluarga terdekatnya.

"Saya lahir beberapa tahun sebelum konflik terjadi dan menghabiskan masa kecil di tengah kota yang terkepung sejak 1992 sampai 1996, rumah kami hancur," kata Dzeko kepada Daily Mail yang dicuplik Stewart Henry Pesch.

Pasca perang, Edin Dzeko tumbuh dewasa bak seorang pangeran perkasa, kuat secara mental dan menaruh harapan menjadi seorang pesepakbola profesional. "Tak ada banyak hal yang bisa mengintimidasi dan menakuti saya," tegas Dzeko 

Edin Dzeko meniti karir sebagai pesepakbola bermula dari FK Zeljeznicar sebuah klub lokal di Sarajevo, kemudian berlanjut bersama FK Teplice dan menjadi top skor liga di Republik Ceko.

Penampilan memukau bersama FK Teplice membuat pelatih Vfl Wolsburg Felix Magath kepincut ingin membawa Dzeko ke Jerman. Usaha Magath pun berhasil, Dzeko didaratkan ke kota Wolsburg.

Vfl Wolsburg kala itu merupakan klub yang tak diperhitungkan di Bundesliga Jerman, lantaran trofi Bundeliga kerap menjadi langganan Bayer Leverkusen, Bayern Munchen maupun Schalke 04.

Namun di luar dugaan, Felix Magath berhasil menyulap Vfl Wolsburg menjadi klub yang ditakuti di Bundesliga sejak ia berhasil mendatangkan Dzeko dari FK Teplice dan mendaratkan striker berkebangsaan Brasil, Edinaldo Batista Libano atau Grafite dari klub Ligue 1 Prancis Le Mans.

Kehadiran Dzeko dan Grafite di Vfl Wolsburg membuat Magath tak membutuhkan waktu lama, di tahun kedua tepat di musim 2008/2009 duet Dzeko-Grafite berhasil mengantarkan Vfl Wolsburg meraih gelar Bundesliga pertama.

Selama empat musim berseragam Vfl Wolsburg, penampilan ciamik Dzeko memikat hati pelatih Mancester City Roberto Mancini, ia akhirnya didatangkan ke Etihad Stadium pada tahun 2011.

Di kota Mancester, Edin Dzeko pun tampil dengan performa terbaik sepanjang musim 2012 sampai 2014 dan berhasil mengantarkan The Citizens meraih dua trofi premier league, piala FA, Capital One Cup dan Community Shiled.

Sebagai seorang muslim yang taat, ketika memperkuat Mancester City. Dzeko dipertemukan dengan sejumlah pemain berlatar belakang muslim, seperti Habib Kolo Toure dan saudaranya Yaya Toure, Samir Nasri, Abdisalam Ibrahim, Mohammed Abu, Abdul Razak dan Karim Rekik.

Bersama sejumlah pemain muslim di City inilah membuat Dzeko makin leluasa dan betah di klub milik bangsawan Uni Emirat Arab Syekh Mansour.

Namun, memasuki musim 2015, terjadi kesalapahaman dengan sang pelatih Manuel Pellegrini, sehingga Dzeko dipinjamkan ke As Roma Italia dengan opsi pembelian permanen dalam kontrak peminjaman. 

Sejak menjalani masa peminjaman di As Roma pada tahun 2015, Dzeko akhirnya diikat kontrak berdurasi 5 tahun bersama As Roma. Bersama klub berjuluk i Giallorossi itu, Dzeko mulai menemukan ketajamannya kembali, dari total 168 laga bersama As Roma, Dzeko berhasil mencatatkan 77 gol.

Sebagai penyerang haus gol, Dzeko pun dilirik raksasa Italia Inter Milan, sehingga pada tahun 2021 Inter Milan resmi mendatangkan Dzeko dari As Roma. 

Namun, kiprah Dzeko bersama Inter tak berlangsung lama, ia hanya menghabiskan waktu satu setengah musim bersama Inter Milan, dan tepat pada 2023 lalu, ia memutuskan berlabuh bersama Fenerbahce di Liga Turki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun