Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membumikan Basmalah

9 Januari 2022   16:00 Diperbarui: 9 Januari 2022   16:11 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Ungkapan "bicara  jaga aki" ini walaupun dinilai sederhana, namun pada tataran normatif memiliki arti yang sangat dalam sebagai manifestasi atau ekspresi pengagungan fitrah manusia sebagai khalifah fil ardh, yakni apapun yang dijalani  manusia di muka bumi, harus bersandar pada nilai-nilai ilahiyah, terlebih membumikan basmalah, untuk menepiskan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama.

Bicara jaga aki, ungkapan ini dimaknai sebagai pesan normatif  sebagaimana terkandung dalam kata basmalah (makna rahman dan rahim sebagai cerminan sifat Allah SWT), pada prinsipnya untuk menghindari kita dari tindakan berbohong, mencuri, menipu, memfitnah, menebar kebencian, dan menzalimi orang lain. 

Oleh karena itu, bagi kaum tua dulu, yang menginternalisasi pesan tersebut, sulit kita mendengar atau menemukan mereka berperilaku buruk, bahkan pada aspek kesehatan, jarang mendapati atau melihat mereka mendapatkan penyakit "aneh" dan mematikan, walaupun ini merupakan pandangan subjektif penulis, namun fakta menderas di tengah kehidupan menunjukkan hal tersebut. 

Penyakit jantung koroner, stroke, kanker, tuberculosis (TBC), penyakit paru obstruktif kronis dan penyakit kronis lainnya tidak mengancam mereka, hal ini lantaran faktor kebersihan hati yang kemudian berimplikasi pada tindakan mereka, karena wujud internalisasi makna rahman dan rahim dalam basmalah yang dijunjung tinggi dalam laku keseharian, sehingga benar-benar terhindar dari penyakit hati dan perbuatan-perbuatan mengandung dosa.

Pandangan di atas, jika merujuk pada konteks kehidupan saat ini, memang agak kontras dengan laku keseharian yang dijalani generasi tua dulu, berbeda karena dalam kehidupan saat ini, ucapan yang disampaikan kerap tidak sesuai dengan tindakan. 

Walaupun di tengah perkembangan ilmu pengetahuan disertai kecanggihan informasi teknologi, memudahkan kita mendapatkan pengetahuan bahkan ilmu agama, yang dinilai jauh berbeda dengan mereka dulu, namun ekspresi keagamaan kita terjadi distorsi yang cukup tajam, mengapa? Karena menjalani pekerjaan, kita melafalkan basamalah, namun berimplikasi pada tindakan yang kerap bertentangan dengan nilai-nilai normatif dalam ajaran agama.

Kita mengucapkan basmalah saat memulai aktivitas, namun kerap menzalimi orang lain, menebar sentimen negatif, memfitnah, merampas hak orang, korupsi, melakukan tindakan KDRT, persekusi, pemerkosaan, membunuh, dan melakukan tindakan  radikalisme (terorisme).dan lain-lain. 

Padahal, ketika bangun tidur, keluar rumah, dan menaiki kendaraan menuju ke tempat kerja, semuanya diawali dengan melafalkan basmalah, namun makna rahman dan rahim yang terkandung dalam basmalah yang kita lafalkan tersebut tidak dihayati, sehingga memunculkan tindakan yang bertentangan denga ajaran agama tersebut, ironisnya apabila tindakan negatif di atas jika dilakukan oleh mereka yang sangat memahami ajaran agama, atau dalam standar stratifikasi sosial memiliki pendidikan tinggi, maka sangat disayangkan.

Dari sejumlah perilaku negatif di atas, terlebih tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), menurut penulis, lantaran suami-istri tidak memahami makna rahman dan rahim yang terkandung dalam basmalah.

Mengapa demikian? karena  kehidupan rumah tangga sejatinya dibangun di atas landasan rahman dan rahim, yakni sejak berlangsungnya prosesi ijab kabul ditandai dengan penyatuan rahman dan rahim, di mana si mempelai wanita diwakili oleh orang tuanya atau wali dengan si mempelai pria. 

Dan momen sakral ini disebut sebagai penyatuan atau memperteguh kasih sayang (rahman dan rahim), yang kemudian diwujudkan dalam hubungan biologis antara kedua pasangan suami-istri sebagai bentuk nyata penyatuan rahman dan rahim. Sehingga, kehadiran anak dalam rumah tangga merupakan wujud dari penyatuan sifat rahman dan rahim. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun