***
Dalam perjalanan ke rumah sakit, Bu Kalsum merenung dalam, menenangkan diri, walaupun tahu benar rasa takut dan khawatir itu membalut erat. Tidak!, pekik Bu Kalsum dalam hati membayangkan hal-hal buruk pada Farhan, karena sebelumnya, anak tetangganya bernama Sandra pun mengalami hal serupa, dan setelah dirawat selama seminggu pada ruang unit gawat darurat, namun nyawanya tak tertolong. "Ya Allah, lindungilah anakku, berilah ketabahan kepadaku untuk menghadapi kejadian ini," gumamnya.
Saat hendak mencapai rumah sakit, Bu Kalsum tak mampu menyembunyikan kesedihannya, matanya mulai berkaca-kaca dan sesekali tatapannya ke arah depan mobil, lalu merunduk membayangkan kecelakaan yang menimpah anak semata wayangnya itu, seperti diceritakan Pak Kades kepadanya. "Ayo! Semuanya pakai masker ya! Kita sudah berada di depan rumah sakit," kata pak kades. "kalau tidak pakai masker nanti kita dilarang masuk, sebab sekarang masih masa pandemi," sambung istrinya.
"Maaf! Ibu-ibu dan Bapak-bapak ingin membesuk pasien di ruang mana?" Tanya salah seorang perawat saat melihat Bu Kalsum berserta Pak Kades dan istri serta beberapa warga yang mendampingi Bu Kalsum menuju pada ruang Unit Gawat Darurat. "Kami ingin ke ruang IGD," jawab Bu Kalsum, seraya menyebut nama anaknya.
"Oh iya bu, tapi di sini aturannya, hanya tiga orang aja yang berkenaan masuk, sementara yang lainnya harus menunggu di luar ruangan," ujar perawat berjilbab itu, sambil meminta Bu Kalsum mengikutinya ke ruang IGD.
Pintu ruang IGD terkuak, Bu Kalsum terperangah ketika menatap Farhan di atas ranjang dengan tangah menempel selang infus. Tak bisa menyembunyikan kesedihannya, ia meraih tangan Farhan sambil sesenggukan lalu memeluknya. "Tentang kronologis musibah yang menimpa anak ibu sementara ditangani pihak berwajib, dan teman-teman Farhan sementara berada di kantor polisi, mereka dimintai keterangan perihal kejadian ini," kata si perawat yang berdiri di sisi kiri ranjang Farhan.
"Oh iya, mengenai administrasi selama berada di rumah sakit nanti, semuanya di tanggulangi oleh Bapak yang menabrak Farhan, dan semuanya sudah di tandatangani sejak Farhan di bawa masuk di ruang IGD" ujarnya seraya mengulas senyum kepada Bu Kalsum. "Dan, Bapak tersebut berjanji akan kembali ke rumah sakit setelah ia dimintai keterangan bersama teman-teman Farhan di kantor polisi."
Mendengar penjelasan perawat tentang biaya administrasi selama di rumah sakit ditanggulangi oleh orang yang menabraknya anaknya, Walaupun larut dalam kesedihan, Bu Kalsum merasa tidak terbebani dengan biaya pengobatan dan biaya selama Farhan berada di rumah sakit.
Farhan hanya bisa menatap wajah ibunya dan sesekali matanya berkaca-kaca. Dia tidak tahu sosok lelaki yang menabrak dia bersama teman-temannya. Sebab, sejak kejadian itu dia mengalami pingsan dan begitu tersadar dia sudah berada pada ranjang di ruang IGD.
Namun, setelah siuman, dia hanya mendengar percakapan dokter dan lelaki tersebut, kata lelaki yang juga merupakan salah seorang konglomerat itu bahwa karena kondisi hujan dan berangin sehingga pandangannya menjadi kabur dan tidak melihat Farhan bersama teman-temannya menyebrangi jalan.
Tabrakan pun tak terelekan. Dan, panik serta takut dihakimi warga, sehingga pria konglomerat itu pun bergegas menuju kantor polisi menyelamatkan dirinya. Sementara Farhan bersama teman-temannya dilarikan oleh warga ke rumah sakit.