Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Air Mata Di Hari Lebaran

14 Juni 2020   23:49 Diperbarui: 8 April 2024   13:12 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

Bu Sitra bergegas ke kamar, Ia mendapati Danang tergolek di atas ranjang dengan wajah pucat pasi, ditemani Sang kakaknya, tubuh Danang menggigil karena demam, Bu Sitra semakin panik.
"Bu sebaiknya, kita bawa Danang ke rumah sakit aja Bu," kata Andre dengan raut wajah menyiratkan kesedihan.
"Iya, setelah berbuka kita bawa Danang ke rumah sakit,"

"Uang yang dikasih Bu Rina, ditambah pemberian dari Pak haji Munawar untuk membeli daging untuk esok, kita pakai aja buat pengobatan adik kamu,". Ujar Bu Sitra sambil menikmati hidangan buka puasa yang telah disiapkan Andre.
"Iya bu," sahut Andre seraya menuju ke sumur di dekat dapur untuk mengambil air wudhu.
Bu Sitra lalu menyusul Andre ke sumur mengambil air wudhu, untuk melaksanakan sholat magrib bersama Andre.

***
Menurut diagnosa dokter, Danang menderita Demam berdarah, hanya saja kata dokter kondisi Danang tidak terlalu parah, hanya butuh istirahat dan konsumsi obat yang teratur biar lekas sembuh, mendengar penjelasan dokter, Bu Sitra tampak ketakutan, sebab Ia trauma dengan kondisi suaminya saat itu, karena terlambat berobat sehingga nyawa tak tertolong.

Maafkan ibu, Danang...! karena sering meninggalkan kamu, Ibu bekerja hanya untuk membahagikan kamu dan kakakmu di hari lebaran, Bu Sitra mengesah dalam suatu perasaan bersalah terhadap anaknya.
Sementara di luar terdengar bunyi tabuhan beduk berbalasan dan suara takbir menggema di setiap masjid, menjalar ke berbagai penjuru langit, suara takbir yang membahagiakan umat Muslim, setelah selama sebulan penuh melaksanakan ibadah puasa.

Anak-anak di jalan tampak gembira mendengar lantunan suara takbiran yang menggema di masjid dan musholah, lalu kembang api menyemburkan pijar-pijar api di udara, membuat langit kian benderang, dan membuat suasana malam lebaran kian meriah. Bu Sitra tak sanggup menyembunyikan kesedihannya, Ia mengelus kepala Andre lalu menggenggam tangan Danang sambil meneteskan air mata. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun