Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Air Mata Di Hari Lebaran

14 Juni 2020   23:49 Diperbarui: 8 April 2024   13:12 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Assalamu'alaikum. Waalaikum Salam," Andre dan ibunya kompak menjawab salam, "Ayo, buka pintu Nak!" Itu pasti Bu Rina, begitu pintu terkuak ia melihat Bu Rina bersama suaminya, Pak Haji Munawar. Andre melempar senyum dan menyalami keduanya, lalu mempersilahkan mereka duduk. "Ibumu mana Andre?" Tanya Bu Rina, "Ibu temani Danang sarapan di dapur," jawab Andre lalu menuju ke dapur memanggil Ibunya.

"Maaf, Bu Sitra, tujuan kedatangan aku sama suamiku ke sini, hanya ingin menawarkan pekerjaan buat Bu Sitra," kata Bu Rina diamini Pak Haji Munawar "kebetulan si Dewi meminta izin kembali ke kampung karena Ibunya sakit, jadi tak ada orang yang membantu istriku berjualan di Toko," kata Pak Haji "Alhamdulillah, dengan senang hati saya menerima, mumpung saat ini libur Sekolah, Andre bisa menjaga adiknya di rumah, biar aku bisa membantu Bu Rina," ujarnya Bu Sitra sambil senyum.

***

Bulan Ramadan tinggal menyisakan sepuluh hari, toko sembako milik Bu Rina dan Haji Munawar ramai pengunjung, sebagian besar adalah ibu-ibu yang mencari berbagai kebutuhan untuk merayakan momen lebaran, warga lebih memilih belanja kebutuhan mereka di toko milik Bu Rina dan Pak Haji Munawar, lantaran harga barang murah tidak jauh berbeda dengan sejumlah toko sembako di pasar dan pusat kota.

Selain menjual sembako Pak Haji Munawar memanfaatkan lokasi di depan toko untuk menjual baju anak-anak, warga yang mematuhi himbauan pemerintah tentang hindari kerumunan demi cegah virus Corona, sehingga mereka memilih berbelanja di Toko Pak haji Munawar, karena selain tidak mengeluarkan ongkos transportasi, juga tidak berdesak-desakan seperti di pasar.

 "Alhamdulillah, banyak pengunjung," ujar Pak Haji Munawar kepada istrinya dan Bu Sitra. "Iya Pak haji," timpal Bu Sitra seraya menyusun barang-barang di rak toko. "Mumpung Bu Sitra membantu kami berdua, sehingga walapun banyak pengunjung, dapat dilayani dengan baik," kata Bu Rani sambil melempar senyum kepada Bu Sitra.

Biasanya Nadia putri semata wayang Pak Haji Munawar dan Bu Rani yang menajaga toko kalau libur kuliah, dia bersama Dewi, hanya saja karena akibat wabah Virus Corona, Pemerintah memberhentkan sementara aktivitas penerbangan, sehingga Nadia tetap berada di Yogyakarta, sementara Dewi kembali ke kampung merawat ibunya yang jatuh sakit. "Pak,! gimana kalau setelah lebaran, Bu Sitra tetap bekerja di sini? biar kalau si Dewi kembali dari Kampung mereka berdua aja yang menjaga toko," usul Bu Rani.

"Kalau Bapak sih maunya gitu, Bu Sitra tetap di sini membantu kamu sama Dewi," Kata Pak Haji sambil membetulkan letak kacanya yang melorot. Bu Sitra menyusun barang-barang di rak toko sambil mendengar percakapan Bu Rina dan Pak Haji Munawar, lalu berbisik dalam hati, "Semoga Allah Swt membalas kebaikan Pak haji dan istrinya, mereka telah banyak membantu aku dan almarhum suamiku."

Jam di dinding menunjukan pukul 17.00 Pak Haji Munawar memberi isyarat kepada istrinya untuk menutup toko dan membukanya kembali seusai sholat Tarawih, sementara di depan toko, persis di bahu jalan raya, warga mengerubuti para penjual takjil, dan terlihat Petugas dari Dinas Perhubungan bersama Polisi Lalu Lintas sibuk mangatur arus kendaraan untuk mengurai kemacetan, dan sesekali terdengar bunyi pluit dari Polisi Lalu Lintas di sela kebisingan kendaraan.

***

Danang berdiri di depan rumah dengan wajah ceria, Ia berharap ibunya kembali ke rumah dengan membawa kue kesukaannya, sementara Andre tetap berada di dalam rumah untuk menuntaskan hafalan ayat-ayat pendek yang ditugasi oleh Gurunya. Tak lama kemudian Bu Sitra datang, terdengar teriakan Danang dari depan rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun