Mohon tunggu...
Hilman Firdaus
Hilman Firdaus Mohon Tunggu... -

aku tidak berhenti menciptakan diri [jean-paul sartre]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menggugat Keislaman Saya-dan Mereka

9 Februari 2011   22:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:44 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Adakah orang-orang biadab dan perusuh itu memahami hal tersebut?

Mungkin tidak, karena semua itu tak lebih dari teoritis belaka, dan teori adalah bagian tetek-bengek untuk kalangan akademis. Namun implikasi dari ketidakpahaman itu sangat jelas: sama-sama mengaku islam; yang satu bertingkah polah, yang satu damai-damai saja. Maka pada titik ini saya menggugat keislaman saya sendiri-juga mereka.

Pedoman bagaimana menjadi pemeluk agama islam tertuang dalam rukun islam. Poin pertama berisi pengakuan keesaan Allah dan kerasulan Muhammad. Pengakuan ini bersifat pribadi: hanya individu yang bersangkutan dan Allah yang tahu. Meskipun pada praktiknya seringkali pengakuan itu harus disaksikan sesama umat muslim, itu tak lain adalah penegasan bahwa yang bersangkutan telah menjadi pemeluk agama islam.

Poin kedua adalah melaksanakan shalat lima waktu. Shalat ini penting: Shalat adalah pembeda antara orang islam dan orang non-islam. Tidak perlulah menginjak poin ke-3 sampai ke-5  andai poin ke-2 belum terpenuhi: maka investigasi para biadab di Cikeusik dan perusuh di Temanggung, adakah mereka melaksanakan shalat lima waktu? Seandainya mereka gagal memenuhi kewajiban itu, maka gugurlah keislaman mereka meskipun KTP menyatakan mereka beragama islam.

Formalitas agama di KTP telah menyeret umat islam ke dalam kehancuran, dan orang terlanjur membuat generalisasi: orang islam itu biadab! Orang mungkin lupa betapa tentram hati ketika memasuki mesjid, orang mungkin lupa selama bulan Ramadhan hingga 7 hari setelah lebaran kegiatan ekonomi bergulir cepat, orang mungkin lupa ribuan atau bahkan jutaan hewan ternak disembelih pada hari raya kurban sehingga mereka yang sehari-hari makan nasi dengan garam bisa merasakan nikmatnya daging.

Saya lupa bagaimana wajah islam itu; mereka mungkin juga lupa seperti apa wajah islam itu; apalgi orang-orang telah menutup mata terhadap islam: maka islam saat ini adalah pantai yang porak-poranda oleh tsunami sehingga orang melupakan keindahannya namun mengingat kengeriannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun