Mohon tunggu...
Hilman Fajrian
Hilman Fajrian Mohon Tunggu... Profesional -

Founder Arkademi.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bukan Zaman Romeo dan Juliet

4 Agustus 2015   15:35 Diperbarui: 4 Agustus 2015   15:35 2050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari survei indikator PRJMN 2012, banyak remaja yang berpacaran dengan cara tidak sehat. Buntutnya adalah kehamilan yang berujung aborsi yang mengancam hidup si wanita, atau pernikahan dini dalam kondisi tidak siap membangun keluarga. Padahal dari keluargalah masa depan negara dibangun.

"Harga yang ditanggung dari kehamilan remaja adalah hilangnya potensi termasuk pendidikan yang kian menyempit, kurangnya kesempatan mengembangkan diri, terbatasnya pilihan hidup dan kemiskinan yang terus menerus terjadi bagi para ibu muda dan masyarakat di sekitarnya. Kehamilan remaja bukan hanya masalah kesehatan karena bila dilihat secara mendalam, hal ini berakar pada masalah kemiskinan, ketidaksetaraan gender, kekerasan, perceraian, ketidaksetaraan peran remaja perempuan dengan pasangan mereka," kata Perwakilan United Nations Population Fund (UNFPA) Indonesia Jose Ferraris.

[caption caption="Tanda dilarang berpacaran di salah satu flyover di Jakarta yang sering digunakan sebagai tempat berpacaran karena tempatnya yang remang-remang. (Inilah.com)"]

[/caption]

Tantangan lain GenRe adalah persoalan sosial budaya, tafsir agama dan kebijakan negara. Tidak sedikit pemahaman adat yang mendorong anak segera menikah di usia dini, salah satunya agar orangtua tidak malu atau melepas tanggungjawab ekonomi. Dari segi tafsir agama, pernikahan dini juga terjadi karena menghindari perzinahan. Sementara, dari kebijakan negara adalah tidak sinkronnya usia minimal pernikahan antara BKKBN dan UU Pernikahan yang membolehkan wanita berusia minimal 16 tahun dan pria 19 tahun untuk menikah.

[caption caption="22 ribu pelajar se-Tangerang Selatan berikrar tak menikah dini dalam rangkaian peringatan Hari Keluarga Nasional ke-22 pada 29 Juli 2015 lalu. (sman2tangsel.sch.id)"]

[/caption]

PERGESERAN USIA PERNIKAHAN

Namun, perlahan tapi pasti masyarakat kita mengalami pergeseran usia pernikahan. Hasil sensus 1971, rata-rata wanita perkotaan Indonesia menikah di usia 21,1 tahun. Di tahun 2005, bergeser ke rata-rata 24,6 tahun. Bagi pria perkotaan, bergeser dari 27,2 tahun menjadi 27,9 tahun.  Riset yang dilakukan Markplus tahun 2010 terhadap 800 responden berusia 16-35 tahun di 6 kota besar Indonesia, menjelaskan fenomena pergeseran tren usia menikah ini. Pergeseran usia pernikahan ini erat sekali hubungannya dengan tingkat pendidikan. Di masa lalu, seseorang sudah dianggap layak menikah bila lulus SMA. Dengan naiknya standar pendidikan ke perguruan tinggi, layak menikah baru dianggap ketika sudah lulus kuliah. Makanya banyak orangtua minta anak mereka lulus kuliah dulu sebelum menikah. Karena itu menikah di usia 22 tahun bagi kalangan ini masih dianggap dini.

Alasan lain bergesernya usia pernikahan karena anak muda takut tidak bahagia. Setelah digali, tidak bahagia ini artinya belum mapan secara materi, belum siap kehilangan kebebasan, cemas karena melihat perceraian orang lain, dan ragu terhadap pasangannya sendiri.

Padahal, dari mayoritas responden menyatakan mereka ingin menikah muda di awal usia 20-an. Alasannya karena mereka ingin tidak terlalu tua ketika anak mereka besar nanti, atau kepingin cepat punya anak.

Jadi, sebenarnya pergeseran usia pernikahan bukan karena anak muda Indonesia ingin menikah lebih tua. Tapi mereka makin sadar bahwa menikah itu bukan persoalan mudah. Banyak juga yang cemas. Kesadaran dan kecemasan inilah yang membuat mereka mendorong diri sendiri memperkecil risiko dan bersiap. Seperti juga yang dilakukan oleh Riska dan Ramdoni secara alamiah.

[caption caption="Generasi muda Indonesia, menghadapi banyak tantangan dan tanggungjawab, namun tetap bersiap dan berencana. (Beritasatu.com)"]

[/caption]

Komunitas dan pelaku usaha yang jeli melihat ini kemudian menyediakan platform untuk saling berkolaborasi, terutama di new media. Di forum Kaskus ada sub-forum Wedding & Family dan Heart to Heart. Ada juga Weddingku. Di sana ribuan orang saling berbagi pengalaman dan wawasan mempersiapkan diri dan menghadapi pernikahan, atau cara berpacaran yang sehat. Pendekatan dengan cara ini sangat ampuh mengingat jumlah pengguna internet Indonesia tahun 2014 mencapai 88,1 juta orang. 49% di antaranya berusia 18-25 tahun, 33,8% berusia 26-35 tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun