Mohon tunggu...
Hilman Fajrian
Hilman Fajrian Mohon Tunggu... Profesional -

Founder Arkademi.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Kisah Motor dan Tali Tambang sebelum Revolusi Nontunai

11 Juni 2015   10:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:07 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah juga diajak Pak Mualimin ke rumah salah satu warga. Rumah sangat sederhana dengan listrik minim. Tapi sofanya baru dan ada lemari esnya. Saya tanya bagaimana listrik berdaya kecil di rumahnya bisa menghidup lemari es?

"Tidak saya hidupkan, Mas. Waktu itu ada sales (penjual) di pasar jualan itu (lemari es). Saya lihat bentuknya bagus. Saya beli saja dan saya pakai buat simpan baju," ujar Bapak itu dalam Bahasa Jawa sambil tertawa-tawa. Saya terperangah.

KETIKA TOKO DEKAT DAN BANK JAUH

Kisah pengalaman saya di atas menggambarkan betapa rentannya warga Desa Gaden Gandu Wetan terjerembab dalam kemiskinan. Gambaran yang sama juga terjadi hampir di seluruh masyarakat petani dan nelayan Indonesia. Bukan karena mereka pemalas dan daerahnya tak potensial. Sebaliknya, mereka semua pekerja keras yang hidup di 'kolam susu'. Setiap perdagangan dan pekerjaan pasti punya risiko. Rendahnya pengetahuan dan kemampuan mereka mengelola keuangan menyebabkan mereka selalu 'berjudi' dengan nasib lewat cara yang buruk. Ketika kekalahan itu datang, mereka langsung jadi miskin, bahkan bunuh diri.

Pertanyaan pertama kita atas kisah di atas adalah: kenapa penghasilannya tidak ditabung?

Waktu itu tidak ada kantor bank di Desa Gaden. Bank terdekat ada di kabupaten yang jarak tempuhnya sekitar 1 jam lebih. Ada koperasi simpan pinjam. Tapi jauh lebih banyak yang pinjam daripada yang simpan, akhirnya sulit bergerak. Dari perbincangan saya dengan Pak Mualimin, kalau urusan simpan uang sebenarnya mereka lebih percaya kepada bank yang punya nama besar dibanding koperasi yang dikelola warga 'yang itu-itu saja'. Tapi karena untuk menjangkau bank luar biasa sulit, maka mereka menyimpan uang di rumah. Saya melihat sendiri pilar rumah dari kayu dimodifikasi jadi tempat penyimpanan uang -- banyak pula.

Lalu kenapa konsumsi barang konsumtif begitu mudah dilakukan di sana? Karena para penjual barangnya datang langsung ke desa. Mereka mendekat ke sumber uang. Sayangnya, dulu bank tak mendekat ke mereka sehingga gagal menyelamatkan mereka dari ancaman kemiskinan karena kesalahan pengelolaan keuangan. Di sisi lain, bank juga terkendala dengan tingginya biaya mendirikan sebuah kantor cabang.

PENYELAMATAN LEWAT KEUANGAN INKLUSIF BRANCHLESS BANKING

Keberhasilan pembangunan salahsatunya ditandai dengan terciptanya sistem keuangan yang stabil dan memberi manfaat pada masyarakat. Institusi keuangan lewat fungsi intermediasinya punya peran penting mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, pengentasan kemiskinan serta pencapaian stabilitas sistem keuangan. Hanya saja industri keuangan yang berkembang sangat pesat belum tentu disertai dengan akses ke keuangan yang memadai.

(Peta dunia dan prosentase akses perbankan tahun 2011. Indonesia baru 20%/Findex WorldBank 2011)

Krisis keuangan global tahun 2008 telah mengajarkan masyarakat dunia bahwa kelompok berpendapatan rendah dan tidak teratur (in the bottom of the pyramid) adalah mereka yang sangat terdampak saat krisis. Mereka ini tinggal di daerah terpencil/pedesaan, orang cacat, dan masyarakat pinggiran yang umumnya tak punya akses ke bank (unbanked). Pertemuan G20 tahun 2009 menyepakati peningkatan akses keuangan bagi kelompok ini lewat program Financial Inclusion (Keuangan Inklusif). Indonesia termasuk salah satu yang tandatangan.

Oleh Bank Indonesia, Keuangan Inklusif didefinisikan sebagai: "Hak setiap orang untuk memiliki akses dan layanan penuh dari lembaga keuangan secara tepat waktu, nyaman, informatif, dan terjangkau biayanya, dengan penghormatan penuh kepada harkat dan martabatnya. Layanan keuangan tersedia bagi seluruh segmen masyarakat, dengan perhatian khusus kepada orang miskin, orang miskin produktif, pekerja migrant, dan penduduk di daerah terpencil"

Keuangan inklusif adalah seluruh upaya yang bertujuan meniadakan segala bentuk hambatan yang bersifat harga maupun non harga, terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan. Keuangan inklusif ini merupakan strategi nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pemerataan pendapatan, pengentasan kemiskinan serta stabilitas sistem keuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun