Mohon tunggu...
Hilma Hasanah
Hilma Hasanah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis pemula yang membutuhkan banyak kritik dan saran mendukung.

Bismillah, hamasah! Menebar kebaikan lewat tulisan. Semoga menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bullying dan Dampaknya pada Kesehatan Mental

25 September 2021   11:16 Diperbarui: 25 September 2021   11:22 5900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

8.Ceritakan pada anak-anak tentang bullying. Masa lalu tidak akan pernah bisa diulang, apalagi diubah. Namun akan selalu ada pelajaran yang bisa Anda petik dari pengalaman di masa lalu. Bila Anda memiliki anak, ajari mereka untuk saling mengasihi dengan sesama teman. Ceritakan pengalaman Anda sebagai korban bullying agar mereka bisa menyadari pentingnya kasih sayang dalam pertemanan. Ini juga bisa mencegah anak kita mengalami trauma masa kecil, atau menjadi penyebab trauma dalam hidup orang lain.

9.Berbanggalah atas apa yang Anda capai, hingga trauma masa kecil tak lagi menghantui. Sadarilah bahwa pengalaman buruk Anda di masa lalu telah mengasah Anda menjadi pribadi yang lebih kuat dan berani. Bertahan dari penggencetan bukanlah hal mudah, betapa banyak di luar sana anak-anak yang bunuh diri karena tidak kuat menjadi korban bullying. Namun Anda masih hidup sampai sekarang, karena Anda lebih kuat dari mereka. Jangan biarkan apa yang terjadi di masa lalu memengaruhi kehidupan Anda di masa sekarang dan masa depan. Anda patut untuk berbahagia tanpa harus dibayangi masa lalu yang buruk. Hiduplah dengan berani, buat pilihan yang menantang diri Anda untuk lebih maju. Lepaskan masa lalu, hiduplah untuk masa sekarang dan masa depan. Bila Anda masih merasa sulit untuk melakukannya, cobalah untuk terapi ke psikolog agar bisa pulih dari trauma masa kecil ini.

KASUS BULLYING DAN HUKUM DI INDONESIA

Pada tahun 2006 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kasus kekerasan pada anak mencapai Rp 25 juta, dengan berbagai macam bentuk, dari yang ringan sampai yang berat. Lalu, data BPS tahun 2009 menunjukkan kepolisian mencatat, dari seluruh laporan kasus kekerasan, 30 persen di antaranya dilakukan oleh anak-anak, dan dari 30 persen kekerasan yang dilakukan anak-anak, 48 persen terjadi di lingkungan sekolah dengan motif dan kadar yang bervariasi.

Plan Indonesia sendiri pernah melakukan survei tentang perilaku kekerasan di sekolah. Survei dilakukan di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Bogor, dengan melibatkan 1.500 siswa SMA dan 75 guru. Hasilnya, 67,9 persen menganggap terjadi kekerasan di sekolah, berupa kekerasan verbal, psikologis, dan fisik. Pelaku kekerasan pada umumnya adalah teman, kakak kelas, adik kelas, guru, kepala sekolah, dan preman di sekitar sekolah. Sementara itu, 27,9 persen siswa SMA mengaku ikut melakukan kekerasan, dan 25,4 persen siswa SMA mengambil sikap diam saat melihat terjadi kekerasan.

Contohnya saja seperti kasus bullying yang beberapa waktu lalu viral di media sosial. Kasus ini berada di Kota Malang di mana siswa SMP Negeri 16 Kota Malang mengalami kejadian bullying yang dilakukan oleh teman-temannya.

Bullying yang dilakukan membuat korban harus mengalami amputasi pada jari tengahnya. Polisi pun telah melakukan penyidikan lebih lanjut mengenai kasus bullying tersebut.

Kapolresta Malang Kota menyatakan bahwa sebelumnya korban juga pernah diangkat beramai-ramai dan dibanting di paving pada saat jam istirahat. Tindakan bullying yang terjadi beberapa waktu lalu ini cukup menyita banyak perhatian dari masyarakat Indonesia. Selain kasus tersebut , masih banyak kasus bullying lainnya.

Dengan banyaknya kasus yang terjadi sayangnya tidak diimbangi dengan pemberian sanksi dari pihak sekolah terkait. Pihak sekolah terkadang tidak memberikan sanksi yang berat bagi pelaku bullying tersebut. Pihak pemerintah juga harus melakukan tindakan agar kasus bullying juga tidak terus menerus terjadi.

Sayangnya kasus bullying ini menurut beberapa orang dianggap cukup sepele. Mereka mengatakan bahwa tindakan dari pelaku bully dilakukan atas candaan bersama teman. Akan tetapi tindakan tersebut tidak wajar bagi korban dan dapat memberikan dampak yang sangat buruk bagi korban.

Banyak dari pihak sekolah terkait memberikan kebijakan dengan cara menyelesaikan masalah bullying ini secara kekeluargaan. Hal tersebut banyak mendapat kecaman dari beberapa masyarakat karena menurutnya hal tersebut tidak layak di selesaikan dengan cara kekeluargaan.

Jika cara itu dilakukan, takutnya akan menambah kasus serupa apabila tidak diimbangi dengan sanksi yang berat kepada pelaku bullying.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun