Ada beberapa jenis perilaku yang termasuk ke dalam kategori bullying atau perundungan. Secara garis besar, bullying dapat dikelompokkan ke dalam enam kategori. Diantaranya adalah :
1.Bullying fisik. Biasanya perundungan fisik adalah salah satu dari jenis bullying pada anak yang paling mudah dikenali. Sering kali, yang menjadi korban akan menerima berbagai perlakuan fisik yang kasar. Menurut National Center Against Bullying, jenis perundungan fisik bisa berupa menghalangi jalan korban, menyandung, mendorong, memukul, menjambak, hingga merusak barang. Perhatikan apabila pada tubuh anak sering muncul luka atau memar tanpa alasan yang jelas. Biasanya anak yang menjadi korban enggan untuk mengakui bahwa dirinya ditindas secara fisik. Hal ini disebabkan karena takut dianggap tukang mengadu atau karena diancam oleh pelaku perundungan. Maka, anak mungkin akan menjawab bahwa luka tersebut didapat saat bermain atau jatuh dari tangga.
2.Bullying verbal. Salah satu dari jenis bullying pada remaja atau anak-anak lainnya adalah perundungan verbal. Tindakan ini bisa dilakukan dengan kata-kata, pernyataan, julukan, dan tekanan psikologis yang menyakitkan atau merendahkan. Dampak dari perundungan secara verbal mungkin tidak terlihat secara langsung. Maka dari itu, pelakunya tidak akan ragu untuk melontarkan ucapan yang tidak pantas secara terus-menerus. Biasanya, hal ini dilakukan ketika tidak ada saksi atau orang lain yang lebih tua. Perundungan jenis ini biasanya ditujukan pada anak yang fisik, penampilan, sifat, atau latar belakang sosialnya berbeda dari anak-anak yang lain. Tak jarang satu dari jenis perundungan ini dialami oleh anak yang gemuk, minderan, atau prestasinya di sekolah kurang tampak.
3.Tindakan pengucilan. Jenis perundungan lainnya yang juga cukup sering terjadi yaitu pengucilan. Korban tidak disakiti secara fisik maupun verbal, tetapi justru dimusuhi dan diabaikan oleh lingkungan pergaulannya. Korban akan kesulitan mencari teman, karena biasanya pelaku punya pengaruh yang cukup kuat untuk membujuk orang lain mengucilkan si korban. Biasanya, korban yang mengalami jenis perundungan ini sering menyendiri, mengerjakan tugas kelompok seorang diri dan tidak pernah bermain bersama teman-teman di luar jam sekolah.
4.Bullying dunia maya. Faktanya, bullying tak hanya terjadi di dunia nyata saja. Sekarang ini, bullying di dunia maya atau cyber bullying umum terjadi. Artinya, tidak dilakukan di lingkungan sekolah atau kehidupan sehari-hari secara langsung. Namun, pelaku melakukannya di dunia maya (cyber bullying) melalui internet. Perundungan ini bisa dibilang salah satu jenis yang cukup baru. Umumnya media yang digunakan untuk melalukan perundungan di dunia maya yaitu media sosial, aplikasi chatting, atau surat elektronik (e-mail).Mengingat sifatnya yang bebas, korban mungkin menerima perundungan dari orang yang tidak dikenalnya atau orang dengan nama pengguna (username) samaran. Perundungan yang terjadi biasanya berupa hinaan atau sindiran. Bisa juga berupa gosip tentang korban yang disebarkan melalui media sosial. Ciri-ciri anak yang menjadi korban cyber bullying adalah sering menghabiskan waktu di dunia maya tetapi tampak sedih atau tertekan setelahnya.
5.Bullying seksual. Jika anak sudah memasuki usia remaja awal, jenis perundungan ini lebih mungkin dialami. Pelaku perundungan akan mengomentari, menggoda, berusaha mengintip, bahkan menyentuh korban secara seksual. Tak hanya itu, jenis perundungan seksual pada remaja adalah jenis perundungan dengan cakupan yang cukup luas. Dimulai dari menyebarkan foto korban yang bersifat sensual dan pribadi, mengambil foto korban diam-diam dengan tujuan memuaskan gairah seksual pelaku, atau memaksa korban menonton atau melihat hal-hal yang berbau pornografi. Dalam beberapa kasus, perundungan seksual termasuk dalam tindakan kriminal yaitu pelecehan atau kekerasan seksual, yang memungkinkan pelaku ditindak secara hukum. Kebanyakan korban dari jenis perundungan seksual adalah anak perempuan, meskipun tak menutup kemungkinan anak laki-laki juga mengalami jenis perundungan ini.
6.Bullying antar saudara. Jenis bullying lainnya yang bisa terjadi pada remaja adalah perundungan dari saudara terdekat. Hal ini bisa terjadi ketika ada salah satu pihak yang merasa bahwa ia diperlakukan kurang baik dibandingkan dengan saudaranya. Remaja yang pernah dirundung pada masa kecilnya dilaporkan cenderung lebih rentan mengalami masalah mental sewaktu dewasa. Inilah bahaya bullying di rumah yang perlu lebih diwaspadai setiap orangtua.
KENAPA BULLYING BISA TERJADI?
Ada banyak faktor penyebab bullying pada anak. Salah satunya datang dari faktor keluarga. Anak yang tumbuh dan berkembang di dalam keluarga yang kurang harmonis, orang tua yang terlalu emosional dan kurangnya perhatian orang tua terhadap anak dapat menyebabkan timbulnya perilaku menyimpang salah satunya bullying. Untuk mencegah perilaku bullying pada anak, penting bagi kita untuk mengetahui penyebabnya sedini mungkin. Diantara penyebabnya adalah :
1.Pernah menyaksikan dan merasakan kekerasan. Pernah mengalami kekerasan dapat menjadi penyebab bullying. Pernah mengalami kekerasan dapat picu tindakan bullying. Bahkan tidak jarang orang yang melakukan perundungan adalah korban bullying di masa lalunya. Orang yang pernah menyaksikan dan merasakan kekerasan di rumah lebih berisiko melakukan tindakan bully pada orang lain. Jika ada anak atau anggota keluarga yang melakukan bully terhadap orang lain, jangan buru-buru menghakiminya. Cari tahu apakah ia sedang memiliki masalah internal dengan keluarganya. Jika ini kasusnya, berikan ia dukungan dan bimbingan.
2.Memiliki orangtua yang bersifat permisif. Orangtua yang bersifat permisif atau serba mengizinkan, ternyata dinilai bisa menyebabkan anaknya melakukan tindakan bullying. Sebab, orangtua dengan faktor bullying ini cenderung tidak membuat peraturan yang bisa mengawasi anak-anaknya sehingga mereka bebas melakukan apa saja, termasuk perundungan di luar rumah.
3.Kurangnya hubungan dengan orangtua. Memiliki hubungan atau komunikasi yang buruk dengan orangtua dipercaya dapat membuat seorang anak berisiko melakukan tindakan bullying.