Suara angin terdengar cukup nyaring hari ini, mungkin sudah waktunya awan menangis setelah beberapa bulan terakhir selalu bahagia. Klakson mobil tidak terlalu terdengar di tempat ini, membuat gadis yang sedang mengeluarkan kukis dari oven bernyanyi mengikuti irama lagu dari handphone miliknya. Matanya berbinar dan sudut bibirnya terangkat saat melihat hasil karyanya yang kini tersaji dengan indah di display kue.Â
"Selamat, atas debutmu matcha kukis" gumamnya dengan senyuman lebar. Sara nyaring dari cerek yang ada di atas kompor membuat perhatian gadis itu teralih dari kukis dan bergegas untuk mematikan kompor.Â
"Sepertinya sulit untuk mendapatkan pelanggan pertama" keluh gadis itu dan duduk di sofa empuk dekat jendela. Matanya melirik ke arah gedung-gedung tinggi yang ada di sekeliling toko teh miliknya. Deru angin semakin kencang hingga membuat lonceng angin di tokonya berbunyi, alis gadis itu mengernyit saat melihat langit semakin gelap. Dia bisa melihat beberapa kilatan dibalik gelapnya langit saat itu. Jantungnya memburu dan tangannya menggengam erat meja yang tepat berada di depannya.
"Tolong jangan" gumamnya berulang kali sembari memejamkan mata saat hujan yang awalnya hanya rintik berubah menjadi deras. Mata gadis itu bergetar dalam pejamannya. Isak tangis mulai keluar, tangannya pun bergetar namun tidak memiliki niat untuk melepaskan genggamannya dari meja.Â
"Ahhhhhhh!" Teriaknya saat gemuruh dari kilat terdengar keras dan membuatnya jatuh dari sofa yang didudukinya. Gadis itu meremas dadanya dengan kuat, merasakan debaran kencang yang masih terasa. Matanya menatap kosong ke arah depan, nafasnya masih memburu namun perlahan membaik. Dia bangkit dari duduknya, dan dengan gerakan lemas berjalan menuju tempat dibelakang konter.Â
Dia menghembuskan napas lega saat melihat tidak ada lagi kilat yang menyambar di langit. Sebelum berjalan untuk menyalakan tea maker. Dia membuka rak untuk membawa stoples berisi bunga lavender kering dan daun mint. Dengan telaten, gadis itu memasukkan satu sendok lavender kering dan beberapa daun mint ke dalam tea maker. Setelahnya ia memasukan air panas ke dalamnya.Â
"Hah..syukurlah, meskipun hujannya masih deras. Setidaknya tidak ada lagi suara gemuruh" ucapnya dan duduk di kursi yang dekat dengan tea maker yang sedang melakukan tugasnya. Untuk menghilangkan rasa bosan, dia membuka buku novelnya dan perlahan situasi hujan di luar tidak terdengar karena fokusnya telah tertuju pada buku yang sedang dibacanya.Â
"Halo?" Suara wanita dan pintu yang terbuka membuat gadis itu terlonjak, matanya dengan cepat menatap gadis yang berdiri di ambang pintu tokonya.Â
'Pelanggan pertama!' Batin gadis itu dan dengan cepat menghampiri wanita yang terlihat bingung untuk masuk atau tidak.
"Halo, selamat datang ada yang bisa saya bantu?" Tanya gadis itu dengan senyuman paling ramahnya.Â
"Ah itu..sebenarnya aku hanya ingin berteduh..hujannya lebat dan payungku robek karena tersangkut di pohon" jujur wanita itu, lalu menatap sekeliling toko milik si gadis.Â