2. Dialog Antaragama
Cak Nun aktif mendorong 'dialog antaragama', serupa dengan Gus Dur, dengan tujuan membangun saling pengertian di antara berbagai komunitas keagamaan di Indonesia. Ia berargumen bahwa setiap agama memiliki hak untuk diakui dan dihormati.
3. Pendidikan Karakter
Ia juga menekankan pentingnya 'pendidikan karakter', yang tidak hanya fokus pada aspek akademis tetapi juga pada pengembangan moral dan etika siswa, agar mereka menjadi individu yang bertanggung jawab dalam masyarakat.
4. Kritik terhadap Materialisme
Cak Nun sering mengkritik budaya materialisme yang berkembang di masyarakat modern, menyerukan kembali kepada nilai-nilai spiritual yang lebih mendalam dalam kehidupan sehari-hari.
Kontribusi Gus Dur dan Cak Nun terhadap pemikiran Islam di Indonesia sangat berharga, terutama dalam konteks moderasi, pluralisme, dan integrasi nilai-nilai lokal ke dalam ajaran agama. Keduanya telah membantu membentuk wacana keagamaan yang lebih inklusif dan adaptif, serta mendorong masyarakat untuk menghargai keberagaman sebagai bagian dari identitas bangsa Indonesia.
Persamaan dan Perbedaan Gagasan Neo-Modernisme Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid
Gus Dur (K.H. Abdurrahman Wahid) dan Nurcholish Madjid (Cak Nur) adalah dua tokoh penting dalam pemikiran neomodernisme Islam di Indonesia. Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama dalam merespons tantangan modernitas, terdapat perbedaan dalam pendekatan dan fokus pemikiran mereka. Berikut adalah perbedaan pemikiran neomodernisme antara Gus Dur dan Cak Nur:
1. Pendekatan Terhadap Tradisi dan Modernitas
a. Gus Dur :