Mohon tunggu...
Hikmat Gumelar
Hikmat Gumelar Mohon Tunggu... Freelancer - Esais

Direktur Institut Nalar Jatinangor, esais. Kini berdomisili di Kabupaten Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

LeBron James Menyatukan Olahraga dan Moral

16 Desember 2020   08:57 Diperbarui: 16 Desember 2020   12:26 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pebasket NBA, LeBron James, berbicara pada acara penghormatan untuk mendiang Kobe Bryant sebelum laga kontra Portland Trail Blazers di Staples Center, Los Angeles, California, pada 31 Januari 2020. (Foto: AFP/Harry How)

James pun tahu bahwa ada banyak pebasket NBA yang vokal. Mereka pun bahkan mempertaruhkan reputasi dan hidupnya untuk memungkinkan keadilan dan kesetaraan. 

Tapi bahkan para pebasket yang berhadapan dengan James dan kawan-kawannya di final mengakui bahwa James seperti ditulis Jabbar; simbol penyatuan olah raga dan moral.

LeBron James, LeBron James dari Lakers, kedua dari kiri, memakai kaos Black Lives Matter dan berlutut dengan rekan setimnya selama lagu kebangsaan sebelum pertandingan pertama mereka di gelembung NBA, 30 Juli. Foto Mike Ehrmann -AP
LeBron James, LeBron James dari Lakers, kedua dari kiri, memakai kaos Black Lives Matter dan berlutut dengan rekan setimnya selama lagu kebangsaan sebelum pertandingan pertama mereka di gelembung NBA, 30 Juli. Foto Mike Ehrmann -AP
Begitu pula atlit-atlit di luar basket. Misalnya, Naomi Osaka. Juara US Open 2020, yang setiap masuk ke area lapangan tenis tempat bertanding selalu memakai masker dengan tulisan nama warga Afrika-Amerika yang dibunuh polisi, ini mengucap bahwa James "bukan saja pemain terbaik, tapi juga punya paling kuat."    

Lewis Hamilton, superstar Formula I dan satu-satunya atlit berkulit hitam di olah raga tersebut, mengaku terinspirasi James. Setiap hendak mulai balapan, Hamilton menekuk satu lututnya seperti polisi yang menekuk lutut menekan leher Floyd. Dan Hamilton demikian dengan memakai kaos bertuliskan "Black Lives Matter".

Meski demikian, James tak lantas membesar kepalanya. Begitupun ketika majalah TIME menobatkannya sebagai Atlit Terbaik 2020. Impiannya memang bukan berkepala besar, tapi turut memungkinkan kesetaraan dan keadilan terutama melalui bidang yang disukai dan disuntukinya.

Itulah yang diusahakannya antara lain dengan mendirikan I Promise Shool, I Promise Village, dan ke mana pergi menjelang pilpres AS memakai kaos bertuliskan "Vote or die". 

Suka atau tidak, itu semua telah turut memungkinkan pilpres AS 2020 diikuti pemilih terbanyak sepanjang sejarah pilpres AS, dan Trump yang menggelorakan superioritas putih dikalahkan oleh Biden.

James memang bersukacita. Tapi dia pun menegaskan bahwa pekerjaannya menegakkan kesetaraan dan keadilan baru saja dimulai. "Kita merasa sangat baik sekarang. Tapi Anda tidak ingin merasa hebat. Karena itu tidak pernah selesai."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun