Gundahlah asosiasi basket AS. Begitu pula para pemilik klub. Mereka pun segera mengadakan pertemuan. Para perwakilan pemain, termasuk James, diundang. Namun, di tengah pertemuan, James keluar. Dia merasa ada hal mendasar yang tak disentuh forum tersebut.
James lantas menghubungi Chris Paul, ketua asosiasi pemain NBA. Perbincangan dengannya membuat James menghubungi Obama. Mantan Presisen AS tersebut menyarankan agar James dan kawan-kawan menggunakan keahliannya.Â
Maka mereka bersedia melanjutkan kompetisi. Namun dengan beberapa syarat. Beberapa bagian dari pertandingan diminta (dan dipenuhi oleh pemilik klub dan asosiasi basket AS) untuk kampanye solidaritas antirasis.
Hal itu bukan saja membuat kompetisi dilanjutkan hingga Lakers meraih gelar juara dengan mengalahkan Miami Heat, klub tempat James meraih cincin juara untuk pertama dan kedua kalinya, tapi pun membuat para pebasket ramai-ramai mendukung More Than a Vote.Â
Dengan sendirinya, karena para pebasket NBA adalah juga selebriti yang masing-masing memiliki sebegitu banyak fans, membludaklah warga AS yang mengajukan diri sebagai sukarelawan More Than a Vote. James sendiri menyulap tubuhnya menjadi papan iklan dengan memakai kaos bertuliskan "Vote or die".
Gerakan tersebut tidak menyatakan dukungan terhadap Joe Biden. Namun Trump merasa terancam. Bahkan berang. Melalui akun Twitternya, Trump menyebut James tidak bisa bermain basket. Dia menantang James untuk beradu slum dunk.
James menanggapi cuitan Trump dengan tertawa. Begitu juga tanggapannya terhadap mereka yang menuntut James agar bermain basket belaka.
Kareem Abdul Jabar beda. Memang tak sedikit yang tergila-gila memuji-muji Jabbar, menyebutnya lebih besar daripada James. Tetapi, melalui kolomnya di The Guardian (12 Oktober 2020), mantan bintang NBA ini malah menyanjung James sebagai atlit modern. James disebutnya sebagaisimbol penyatuan olah raga dan moral. Dan untuk ini tidaklah mudah.
"Untuk menjadi simbol, seseorang harus unggul dalam olahraganya," ujar Jabbar. "Menyaksikan wajah determinasi LeBron yang dipahat di Mount Rushmore saat ia menunjukkan perpaduan yang mempesona antara kelincahan, keanggunan, kekuatan, dan keterampilan ciamik yang dengan jelas mendorong rekan satu timnya untuk mendorong diri mereka lebih keras dan lebih tinggi menunjukkan bahwa ia layak mendapatkan setiap penghargaan yang didapatnya.
Tapi kesediaannya yang tak tergoyahkan untuk terus meyakinkan mereka yang kecewa dan kehilangan haknya mengapa mereka perlu memilih, menjadikannya perwujudan dari kemenangan kejuaraan NBA ini."
James mencapai apa yang disanjung Jabbar tentulah tidak hanya karena bakat dan kerja kerasnya sendiri. James sendiri mengakui banyak pihak yang turut memungkinkannya. Beberapa nama dia sebutkan ketika dia menerima gelar pemain terbaik NBA 2020.