Padahal, itu di tengah warga kulit berwarna jauh lebih banyak yang terjangkit Covid-19, mati akibatnya, dan kehilangan pekerjaan karenanya. Juga di tengah polisi yang leluasa membunuhi warga Afrika-Amerika. Trump bahkan membela polisi-polisi yang melakukan pembunuhan. Berulang dia menyatakan apa yang mereka lakukan itu adalah menegakkan hukum dan ketertiban.
James tak bisa diam. Jika mau, tentu saja dia bisa. Dan dia bisa diam dengan hidup serba wah karena harta berlimpah yang didapatnya dari kebintangannya di arena kompetisi NBA.Â
Tapi James memakai hartanya untuk mendirikan I Promise Scchool pada 2018, di kota asalnya, Akron, Ohio. Sekolah untuk anak-anak dari keluarga miskin ini bukan saja gratis, tapi pun menyediakan seragam, makanan, bus, sepeda, dan sumber daya gratis lainnya di luar kelas, seperti bantuan kesehatan fisik dan mental.
Ketika pandemi Covid-19 semakin nyata membuat puluhan juta orang, mayoritas warga kulit berwarna, tiba-tiba kehilangan pekerjaan dan --- karenanya --- tak sedikit yang kehilangan rumah, Yayasan James mendirikan I Promise Village.Â
Apa yang mulai dibuat pada Juli lalu ini adalah sebuah kompleks perumahan untuk keluarga dari anak-anak yang bersekolah di I Promise School yang membutuhkan rumah. Dan yang disediakan I Promise Village bukan saja atap, tapi pun berbagai kebutuhan sehari-hari lainnya dan perawatan kesehatan.
Misalnya, dengan berbagai cara (legal dan ilegal), politik AS menghilangkan semakin banyak hak suara warga kulit berwarna. Di antaranya dengan sensus yang meniadakan keberadaan mereka. Inilah yang mendorong Yayasan James mendirikan More Then a Vote pada 23 Juni lalu.Â
Fokusnya membetot lebih banyak warga memiliki hak suara dan menggunakannya pada saat seharusnya digunakan. Juga mendorong arena-arena olah raga dijadikan tempat pemungutan suara. Dasarnya untuk memungkinkan tertampungnya pemilih dalam jumlah besar dan sekaligus jarak fisik sesuai protokol kesehatan dapat dipraktikan.
Hal tersebut bersamaan dengan maraknya berbagai protes yang disulut oleh pembunuhan George Floyd, pria Afrika-Amerika, oleh polisi kulit putih pada siang bolong.Â
Video pembunuhannya beredar ke seluruh dunia melalui media sosial. Floyd mati kehabisan napas setelah setelah ditelungkupkan di jalan panas, dan selama delapan menit sembilan detik lutut seorang polisi putih menekan lehernya. Polisi itu terus begitu meskipun dengan leher ditekan lutut Floyd berujar, "I can't breathe! I can't breathe! I can't breathe..."
Para pebasket NBA terusik. Kyrie Irving, peraih cincin juara NBA bersama James ketika di klub Cleveland Cavaliers, menyerukan agar kompetisi NBA dalam gelembung tanpa penonton dihentikan. Seorang demi seorang pebasket NBA bergabung dengan pebasket klub Brooklyn Nets itu.