Mohon tunggu...
HIKMAH FITRI ASHARI 121211079
HIKMAH FITRI ASHARI 121211079 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Akuntansi di Universitas Dian Nusantara

Accounting student at Dian Nusantara University. Supporting lecturer Prof. Dr. Apollo Daito, M.Sc.Ak, Forensic Accounting Course

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Skandal Kejahatan Akuntansi di Indonesia

19 Mei 2024   15:46 Diperbarui: 19 Mei 2024   15:46 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kejahatan Akuntansi | Gambar: HIKMAH FITRI ASHARI

Kasus manipulasi laporan keuangan PT Indofarma Tbk merupakan contoh nyata dari bahayanya kecurangan dalam dunia bisnis. Kasus ini harus menjadi pelajaran penting bagi semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan dan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang efektif. Dengan kerjasama dari semua pihak, kita dapat membangun lingkungan bisnis yang lebih sehat dan berkelanjutan. 

Kasus manipulasi laporan keuangan Indofarma Tbk merupakan hal tragis tentang keserakahan dan kebohongan yang mencoreng nama baik BUMN dan merugikan banyak pihak. Kasus ini menjadi pengingat penting bagi semua pihak untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai integritas dan etika dalam menjalankan bisnis. Hanya dengan komitmen bersama untuk membangun budaya bisnis yang sehat dan berkelanjutan, kita dapat mencegah terulangnya tragedi manipulasi keuangan di masa depan.

Gambar: HIKMAH FITRI ASHARI
Gambar: HIKMAH FITRI ASHARI

Kejahatan akuntansi, seperti manipulasi laporan keuangan, penggelapan dana, dan penipuan, dapat terjadi karena berbagai faktor, antara lain:

  • Tekanan (Pressure):
    • Tekanan untuk mencapai target: Karyawan atau manajemen perusahaan mungkin merasa tertekan untuk mencapai target keuangan yang ambisius. Hal ini dapat mendorong mereka untuk melakukan kecurangan untuk mencapai target tersebut.
    • Tekanan keuangan pribadi: Karyawan atau manajemen perusahaan mungkin mengalami masalah keuangan pribadi yang membuat mereka tergoda untuk melakukan kecurangan untuk mendapatkan keuntungan finansial.
    • Ketakutan kehilangan pekerjaan: Karyawan mungkin takut kehilangan pekerjaan jika mereka tidak mencapai target atau jika mereka melakukan kesalahan. Hal ini dapat mendorong mereka untuk menyembunyikan kesalahan atau melakukan kecurangan.
  • Kesempatan (Opportunity):
    • Kelemahan pengendalian internal: Perusahaan yang memiliki kelemahan dalam pengendalian internalnya, seperti kurangnya segregasi tugas atau sistem otorisasi yang lemah, lebih mudah menjadi sasaran kejahatan akuntansi.
    • Kurangnya pengawasan: Kurangnya pengawasan dari manajemen atau auditor internal dapat memberikan kesempatan bagi karyawan atau manajemen perusahaan untuk melakukan kecurangan tanpa terdeteksi.
    • Akses ke informasi dan aset: Karyawan atau manajemen perusahaan yang memiliki akses ke informasi dan aset keuangan perusahaan lebih berisiko untuk melakukan kecurangan.
  • 3. Rasionalisasi (Rationalization):
    • Sikap mental yang menjustifikasi kecurangan: Pelaku kejahatan akuntansi mungkin memiliki sikap mental yang menjustifikasi kecurangan, seperti "semua orang melakukannya" atau "saya hanya meminjam uangnya dan akan mengembalikannya nanti".
    • Kurangnya integritas dan etika: Pelaku kejahatan akuntansi mungkin memiliki integritas dan etika yang lemah, sehingga mereka lebih mudah tergoda untuk melakukan kecurangan.
    • Kurangnya kesadaran akan konsekuensi: Pelaku kejahatan akuntansi mungkin tidak menyadari konsekuensi serius dari tindakan mereka, seperti hukuman penjara atau denda yang besar.
  • Kejahatan Organisasi:
    • Kejahatan akuntansi dapat dilakukan secara terorganisir oleh sekelompok orang dalam perusahaan.
    • Kejahatan organisasi ini biasanya melibatkan perencanaan yang matang dan koordinasi yang baik.
    • Kejahatan organisasi ini biasanya lebih sulit dideteksi dan dituntut daripada kejahatan individu.
  • Budaya Perusahaan yang Buruk:
    • Budaya perusahaan yang mentolerir kecurangan dan pelanggaran dapat meningkatkan risiko terjadinya kejahatan akuntansi.
    • Budaya perusahaan yang tidak menghargai integritas dan etika dapat membuat karyawan lebih mudah tergoda untuk melakukan kecurangan.
    • Budaya perusahaan yang tidak transparan dan akuntabel dapat memberikan kesempatan bagi karyawan atau manajemen perusahaan untuk melakukan kecurangan tanpa terdeteksi.

Kejahatan akuntansi merupakan masalah yang kompleks dengan berbagai faktor penyebabnya. Penting bagi perusahaan untuk menerapkan kontrol internal yang kuat, meningkatkan pengawasan, dan membangun budaya perusahaan yang menunjang integritas dan etika untuk mencegah terjadinya kejahatan akuntansi.

Sikap terhadap Kejahatan Akuntansi | Gambar: HIKMAH FITRI ASHARI
Sikap terhadap Kejahatan Akuntansi | Gambar: HIKMAH FITRI ASHARI

Bagaimana Sikap Pemerintah Indonesia Terhadap Kejahatan Akuntansi?

  • Penguatan Regulasi:
    • Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor): UU Tipikor merupakan instrumen hukum utama untuk menjerat pelaku korupsi, termasuk korupsi yang terkait dengan akuntansi.
    • Undang-Undang Pasar Modal: UU Pasar Modal mengatur tentang pelanggaran di bidang pasar modal, termasuk manipulasi laporan keuangan dan penipuan sekuritas.
    • Undang-Undang Perlindungan Konsumen: UU Perlindungan Konsumen melindungi konsumen dari praktik penipuan, termasuk penipuan keuangan.
  • Penegakan Hukum:
    • Pembentukan Satuan Tugas Penanganan Tindak Pidana Korupsi (Satgas TPK): Satgas TPK dibentuk untuk mempercepat penanganan kasus-kasus korupsi, termasuk korupsi yang terkait dengan akuntansi.
    • Peningkatan Kapasitas Aparat Penegak Hukum: Aparat penegak hukum, seperti Kejaksaan Agung dan Kepolisian Republik Indonesia, terus dilatih dan ditingkatkan kapasitasnya untuk menangani kasus-kasus kejahatan akuntansi yang kompleks.
    • Kerjasama Antar Lembaga: Pemerintah menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga terkait, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), untuk memperkuat penegakan hukum di bidang akuntansi.
  • Pencegahan:
    • Penyusunan Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK): Stranas PK merupakan strategi nasional untuk mencegah korupsi, termasuk korupsi yang terkait dengan akuntansi.
    • Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas: Pemerintah terus mendorong peningkatan transparansi dan akuntabilitas di semua sektor, termasuk sektor keuangan.
    • Peningkatan Literasi Keuangan: Pemerintah dan lembaga terkait terus meningkatkan literasi keuangan masyarakat agar mereka lebih memahami tentang risiko kecurangan dan penipuan keuangan.
  • Pemberdayaan Masyarakat:
    • Pembentukan Masyarakat Anti Korupsi (MAKI): MAKI merupakan organisasi masyarakat sipil yang bergerak di bidang pemberantasan korupsi.
    • Pemberian Pelatihan Kepada Masyarakat: Pemerintah dan lembaga terkait memberikan pelatihan kepada masyarakat tentang bagaimana cara mendeteksi dan melaporkan kecurangan dan pelanggaran.
  • Kerjasama Internasional:
    • Pemerintah Indonesia menjadi anggota berbagai organisasi internasional yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan korupsi, seperti United Nations Convention Against Corruption (UNCAC) dan International Association of Anti-Corruption Authorities (IAACA).
    • Pemerintah Indonesia juga menjalin kerjasama bilateral dengan negara-negara lain untuk saling membantu dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi.
  • Peluang:
    • Membangun benteng kokoh melalui penguatan pengendalian internal.
    • Penerapan GCG.
    • Peningkatan penegakan hukum dan edukasi.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun