Mohon tunggu...
hikma ulvia
hikma ulvia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Institut Agama Islam Al Mawaddah Warrahmah Kolaka

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sosiologi Ekonomi Kontemporer

13 Oktober 2023   19:06 Diperbarui: 13 Oktober 2023   19:38 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu bentuk sosiologi ekonomi kontemporer dalam penelitian A Intan Cahyani tentang pandangan Yusuf Qardhawi sebagai salah satu ulama fikih kontemporer yaitu terkait tentang hukum zakat profesi yang didasarkan pada pendapat Muhammad Ghazali yang mengatakan bahwa yang memiliki pendapatan tidak kurang dari pendapatan petani yang wajib zakat maka ia wajib mengeluarkan zakat sama dengan petani tersebut.

 

Pada jurnal penelitian Herlins Yustati dalam ungkapan Descartes yang dominan yaitu "aku berbelanja, maka aku ada". Hal ini merupakan peneguhan eksistensi manusia yang terkadang tanpa bernalar. Kapitalisme pasar menjadikan manusia makhluk ekonomi sebagai satu-satunya dimensi dihidupnya. Kemudian, simbol dan logika ekonomi yang berat dengan hubungan sosial sesama manusia sehingga kondisi ini dimanfaatkan oleh kaum kapitalis untuk menjadikannya bagian dari strategi pemasaran di era modern, salah satunya yaitu komodifikasi. Hal ini adalah salah satu bentuk kajian sosiologi ekonomi kontemporer yang sering dibicarakan. Penelitian ini juga sejalan dengan jurnal utama dimana terdapat pengaruh yang ditimbulkan kapitalisme pasar terhadap konsumen.

 

Sejalan dengan jurnal utama dalam penelitian Atok Syihabuddin ditemukan bahwa banyak manusia tidak cukup puas dalam memenuhi kebutuhannya. Mereka bermewah-mewah untuk pengaktualisasian diri, kenyataannya justru di dukung oleh pakar ekonomi seperti Galbraith, ia mengatakan barang merupakan sumber kenikmatan paling besar yang menjadi tolak ukur prestasi manusia. Islam hadir memberikan tawaran hidup yang berimbang untuk kebahagiaan falah.  Hal ini bukan hanya menjadi jawaban ketidakadilan sistem sosio-ekonomi kontemporer tetapi juga sebagai peristiwa yang menunjukkan usaha dengan kecerdasan tinggi yang sudah berlangsung lama dalam sejarah kaum muslimin. Dalam penelitian ini falah hadir untuk mematahkan pendapat Gilbraith yang dapat menjadikan manusia menjadi manusia yang serakah terhadap setiap barang yang dilihatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun