Mohon tunggu...
Hidayatullah
Hidayatullah Mohon Tunggu... Pengacara - Hidayatullahreform

Praktisi Hukum/Alumni Fakultas Hukum UHO

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Buzzer Politik di Media Sosial Kaya Narasi Provokatif Minim Narasi Analisis

20 Maret 2022   10:15 Diperbarui: 20 Maret 2022   10:18 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapan Buzzer-Buzzer Ini Hadir?

Seingat saya buzzer-buzzer ini diciptakan pada masa kampanye Pemilu yang mulai trand di Pemilu 2019, dan tetap saja hadir dimasa setelah pemilihan berakhir. Akhirnya lahir istilah "buzzerRp" dianggap memback up pemerintah dan "buzzerRp0" istilah untuk buzzer oposisi. Yang menyematkan istilah "buzzerRp" adalah pihak oposisi mengganggap bahwa pemerintah yang melindungi para buzzer dengan jasa tertentu.

Sedangkan "buzzeRp0" disematkan para netizen karena melihat pendukung opisisi juga ikut berubah layaknya buzzer walau tidak ada nilai jasa atau bersifat spontanitas. Keduanya saling mendiskreditkan, menyudutkan dan saling merusak reputasi baik tokoh, pemimpin bangsa atau siapa saja yang dianggap saling berseberangan dalam pertahanan dua kubu masing-masing.

Kehadiran buzzer ini mengacaukan suatu masalah menjadi debat kusir dan keluar topik karena tidak hadirnya diskusi dan dialektika analitis disana. Kalau dalam debat tersudutkan maka melakukan penyerangan pada konteks privacy, yang bagian salah satu ciri debat kusir para buzzer. Akhir dari perdebatan itu akan berujung pada provokasi, hoaks dan konten-konten yang menyesatkan.

Akhirnya kehadiran buzzer-buzzer ini baik dipihak calon yang menang untuk mempertahankan diri, maupun lahir karena balas dendam politik akibat calonnya kalah. Dampaknya menjadi penghalang orang untuk cerdas dan kritis.

Debat para buzzerRp dan buzzerRp0 ini menghalangi terciptanya masyarakat yang cerdas dan demokratis untuk melakukan kritik yang konstruktif termaksud dalam hal pilihan politik yang cerdas.

Dipihak buzzerRp apapun dari pemerintah semua baik, dan sebaliknya dipihak buzzerRp0 apapun dari pemerintah semua dianggap jelek. Lalu kedua belah pihak ini ricuh di medsos tapi damai-damai saja dikehidupan nyata.

Pokoknya analisis intelektual menjadi lumpuh. Yang menonjol adalah interst politik posisi dan oposisi. Kaum kritikus sangat sedikit sekali, itupun ingin selalu ditarik-tarik kemedan laga pada wilayah kaum oposisi. Bahkan sebahgaian sudah bergabung.

Padahal hakikat kaum oposisi berbeda dengan kaum kritis. Kalau kaum oposisi apapun itu dari pemerintah akan dipastikan ditolak paling tidak didebat.

Beda hal dengan kaum kritis yang menyampaikan gagasan, pandangan berbeda baik melalui media massa maupun media sosial atau bahkan sampai harus dilakukan dengan unjuk rasa penyampaian pendapat apabila ada sesuatu yang menyimpang dari pemerintah. Tetapi yang baik dari pemerintah dipastikan akan didukung.

Beberapa kaum oposisi juga ada yang tampak dengan narasi ilmiah dan analitisnya, tetapi ketika sampai pada diskursus pengikut setia menjelma menjadi buzzer juga, yang tiap hari kalau bukan bully, nyinyir dan kontra wacana penuh dengan narasi-narasi provokatif kering dengan nilai intelektual, padahal sumber narasinya ilmiah dan analitis. Tetapi digoreng terus sampai menjurus pada konten-konten yang bias intelektual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun