Namun, aku belum tahu, pengaruh apa yang kudapatkan dari perasaan cinta terhadapmu, yang terkait dengan tahun baru ini? Apakah sebuah resolusi? Impian dan cita-cita baru?
Seketika itu juga aku membuka catatanku, lalu mulai menuliskan tujuan-tujuan hidupku. Jujur, sebelumnya aku tidak begitu yakin, apa sesungguhnya tujuan hidupku selama ini. Aku merasa belum menemukan hal-hal pasti yang ingin kutuju dan kuwujudkan. Selama ini aku lebih sering menjalani kehidupanku dengan apa adanya dan mengalir begitu saja. Jika ada tujuan, itu hanyalah tujuan-tujuan jangka pendek yang bisa kupikirkan dan kuperjuangkan seiring berjalannya waktu. Bukan tujuan-tujuan jangka panjang yang membuat hidup makin bergairah dan berhasrat atau bahkan berambisi penuh.
Aku tidak tahu, apakah ini terjadi karena sedikit atau banyak pengaruh dari mencintaimu. Namun, sudah jelas ini merupakan kehendak Tuhan yang Maha Kuasa atas hidupku. Mungkin, melaluimu, aku kembali termotivasi untuk bergerak lagi. Ternyata benar, seperti yang kutulis dalam buku harianku, sejak bertemu denganmu, aku berani bermimpi lagi. Sejak mencintaimu, aku berani menatap masa depan dengan lebih percaya diri.
Aku tidak ingin melupakan hari ini. Hari ketika aku menemukan tujuan hidupku. Hari ketika aku merasa bahagia merinci semua keinginan dan langkah-langkah untuk mewujudkannya. Alhamdulillah.
Semoga Tuhan memudahkan jalanku. Semoga Tuhan menyampaikan rasa terima kasihku kepadamu. Aamiin.
-Roi.
***
Roi benar-benar jatuh cinta pada perempuan itu. Dari tulisannya, tampak sekali dia ingin perempuan itu tahu perasaannya. Seperti biasa. Dan kini, aku mesti menulis ulang tulisan-tulisan itu dengan rapi agar lebih enak dibaca.
Ya, inilah tugasku, membantu Roi mendapatkan hati perempuan idamannya. Setiap tulisannya yang kutulis ulang, Roi akan memberiku amplop yang isinya akan kutabung sebagai dana darurat atau dana khusus untuk menikmati akhir pekan.
Roi bilang tulisanku tampan, meski aku seorang perempuan. Aku sering terheran-heran kenapa dia mengatakan itu padahal tulisan tidak memiliki jenis kelamin. Namun, aku senang-senang saja.
"Hei! Sudah kau tulis, Tam?" suara Roi melintasi ruangan, menjangkauku yang duduk di bangku paling pojok belakang. Di pintu yang terbuka, dia bersandar, sesekali menenggak minuman dingin.