Usai dosen meninggalkan ruang kelas, Roi menghampiri mejaku tepat saat aku mengeluarkan kotak bekal makan siang dari tas kain yang sedari pagi diam-diam kulirik dan kudambakan.
"Ideku bagus 'kan?" tanyanya.
"Bagus. Aku takjub, tapi apa kamu benar-benar serius?"
"Tentu! Sudah tidak bisa kutunda lagi. Jadi, aku mohon dengan sangat kepadamu, Tam, bantu aku."
"Lihat. Aku ingin mengisi tenaga dulu. Sudah sejak pagi aku kelaparan."
"Ya, ya, makanlah. Aku tinggal ke kantin dulu ya!"
Roi pergi begitu saja, meninggalkan secarik kertas di atas mejaku. Kali ini tulisannya agak panjang sehingga membuatku berdecak. Jatuh cinta telah membuatnya lebih produktif menulis, batinku.
Sambil mengunyah nasi putih dengan lauk telur dadar, aku membaca tulisan Roi.
***
Seorang pujangga menuliskan ungkapan yang menyentuh hatiku pada postingan media sosialnya hari ini. Ia menulis: Tahun baru tidak memberikan pengaruh apa-apa bagi mereka yang tidak jatuh cinta.
Aku langsung merenungkan ungkapan itu. Saat ini aku sedang jatuh cinta kepadamu. Aku memikirkanmu setiap hari, sepanjang waktu. Mungkin terdengar sangat gombal, tetapi makin hari, memang hatiku makin condong kepadamu. Mungkinkah memang kau orang yang tepat?