Mohon tunggu...
Tatang  Hidayat
Tatang Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - Pegiat Student Rihlah Indonesia

Tatang Hidayat, bergiat di Student Rihlah Indonesia. Ia mulai menulis sejak SD, ketika masa SMK ia diamanahi menjadi pimpinan redaksi buletin yang ada di sekolahnya. Sejak masuk kuliah, ia mulai serius mendalami dunia tulis menulis. Beberapa tulisannya di muat diberbagai jurnal terakreditasi dan terindeks internasional, buku, media cetak maupun online. Ia telah menerbitkan buku solo, buku antologi dan bertindak sebagai editor buku dan Handling Editor Islamic Research: The International Journal of Islamic Civilization Studies. Selain menulis, ia aktif melakukan jelajah heritage ke daerah-daerah di Indonesia, saat ini ia telah mengunjungi sekurang-kurangnya 120 kab/kota di Indonesia. Di sisi lain, ia pun telah melakukan jelajah heritage ke Singapura, Malaysia dan Thailand. Penulis bisa di hubungi melalui E-mail tatangmushabhidayat31@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

7 Agustus 1967: Titik Nol Dakwah Pesantren Miftahul Huda Manonjaya, Tasikmalaya

4 Agustus 2021   13:15 Diperbarui: 4 Agustus 2021   13:22 1701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KH. Choer Affandi sedang memantau pembangunan Masjid Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya (Dokumentasi Pribadi Prof. Dr. Syahidin, M. Pd.)

7 Agustus 1967 : Titik Nol Dakwah Pesantren Miftahul Huda Manonjaya, Tasikmalaya

Oleh : Tatang Hidayat & Syahidin (Penulis Nilai-Nilai Pemikiran KH Choer Affandi dalam Jurnal Tadris IAIN Madura Vol. 14 No. 1 2019)

Pesantren Miftahul Huda didirikan pada 7 Agustus 1967 oleh K.H. Choer Affandi atau lebih sering dikenal dengan sebutan Uwa Ajengan (Fauzianti, Suresman, & Asyafah, 2015). 7 Agustus 1967 merupakan simbol peralihan perjuangan dakwah KH. Choer Affandi dari jihad mengangkat senjata menjadi jihad dengan pemikiran (jihad bil fikroh) (Wawancara Aliyun Murtado, 2015). Selain sebagai filosofis titik nol peralihan perjuangan dakwah KH. Choer Affandi dari jihad mengangkat senjata menjadi jihad dengan pemikiran, 7 Agustus 1967 juga bisa diartikan sebagai titik nol dakwah Pesantren Miftahul Huda sekaligus hadirnya kilauan cahaya dari Manonjaya, Tasikmalaya.

Sejak berdirinya tahun 1967, Pesantren Miftahul Huda telah membawa dampak sosial keagamaan bagi masyarakat Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya. Inilah yang menjadikan Pesantren Miftahul Huda sebagai pusat perkembangan Islam di kawasan Manonjaya saat ini. Hal itu bisa dilihat dari berbagai kegiatan sosio-religius yang telah dilaksanakan sejak berdirinya pesantren hingga saat ini (Agussandi, 2013).

Seiring perkembangannya, saat ini Pesantren Miftahul Huda merupakan Pondok Pesantren Salafiyah terbesar di Jawa Barat. Pesantren Miftahul Huda memiliki tiga peranan penting, yaitu sebagai lembaga pendidikan Islam, pengembangan sumber daya manusia dan pengembangan masyarakat (Adeng, 2011). Sementara itu, hal yang menarik dan menjadi keunikan dari Pesantren Miftahul Huda sebagai hasil didikan KH. Choer Affandi ada dalam strategi manajemen komunikasi yang diterapkan dalam pengembangan sumber daya manusia, yakni dengan manajemen komando immah jam'ah yang dalam aplikasinya menggunakan doktrin ideologi tauhid sebagai falsafah dan ta'at serta patuh pada imam sebagai doktrin operasional (Prasanti, 2017).

Keturunan K.H. Choer Affandi

Keturunan K.H. Choer Affandi selanjutnya meneruskan perjuangan beliau untuk mengembangkan pesantren, khususnya Pesantren Miftahul Huda. Diantara keturunan-keturunan beliau ada yang menjadi dewan kiai, anwar muda yaitu suatu organisasi yang terdiri dari putra putri dan cucu pendiri Pesantren Miftahul Huda (Hasanudin, 2017). Berdasarkan penuturan orang-orang terdekat KH. Choer Affandi, dapat dipahami bahwa beliau merupakan sosok murabbi, muhajjir dan mujahid. Beliau merupakan sosok ulama legendaris yang mendidik santrinya penuh dengan totalitas, beliau mendidik santri dengan tegas bagaikan militer, itu semua dilakukan demi mencontohkan sikap disiplin. Di sisi lain, beliau pun lembut terhadap keluarga, bahkan beliau tidak segan-segan lebih mementingkan urusan santrinya daripada keluarganya. Beliau merupakan sosok yang mampu memberi ghiroh untuk senantiasa menjaga ruhl jihad agar tetap melakat pada keluarga dan santrinya (Lukman Dkk, 2016).

Landasan Pemikiran KH. Choer Affandi

Beliau mengawali realitas permasalahan masyarakat setelah turun gunung adalah masalah 'Aqdah, sehingga memilih tauhid sebagai pokok ajarannya, yang menjadikan Alquran dan Sunnah sebagai landasan berfikirnya.(Wawancara Aliyun Murtado, 2015). Dasar yang dipakai sumber dalam ilmu Tauhid adalah dalil 'aqly (petunjuk akal ghorzi) dan dalil naqly (petunjuk Alquran dan ad) (Affandi, 2012a : 4).

Prinsip Pendidikan KH. Choer Affandi

Prinsip pendidikan KH. Choer Affandi adalah tauhid, yakni harus benar-benar beriman kepada Allah, Rasul-Nya dan 'Aqdah Sam'iyya. Oleh karena itu, beliau banyak mengarang kitab tentang tauhid, seperti kitab Induk Natsar, Majmu'atul Aqdah, Talwih Tijan, 'Aqidah Islmiyya dan masih banyak yang lainnya. Prinsip pendidikannya tercantum dalam kitab 'Aqidah Islmiyya yang disebut mabadi. Setiap yang akan mempelajari suatu ilmu, termasuk ilmu tauhid, terlebih dahulu perlu mengetahui 10 macam mabadi-nya sebagai berikut :

1. Ta'rif / Definisi : Menurut lughot atau asal kata tauhid berasal dari wahada-yhidan-tauhdan artinya mengetahui bahwa sesuatu itu adalah satu. Menurut istilah adalah ilmu yang menetapkan aqidah agama Islam yang diambil dari dalil-dalil yang yaqin. Menurut syar'i adalah Allah yang disembah, serta mengi'tiqadkan tunggal-Nya disertai dengan pengakuan dan penerimaan ketunggalan at, Sifat dan Af'al-Nya.

2. Mauu / Sasaran : Sasaran pembahasan ilmu tauhid adalah at Allah, at Rasul, Barang Mumkinul Wujud, 'Aqidah Sam'iyya.

3. amroh / Hasil dari Ilmu Tauhid : Hasil yang akan didapatkan dari mempelajari ilmu tauhid adalah ma'rifa kepada Allah dan Rasul-Nya disertai dengan dalil-dalil yang yaqin. Menentukan kebahagiaan yang abadi di akhirat, bahwa tempat seluruh mukminin (yang bertauhid) adalah surga.

4. Falu / Keutamaan : Nilai Ilmu Tauhid adalah termulia diantara seluruh ilmu, karena bertalian dengan at Allah dan Rasul-Nya.

5. Nisbat / Hubungan dengan ilmu yang lain : Hubungan ilmu tauhid dengan ilmu yang lainnya adalah merupakan dasar dan akar dari beberapa ilmu ajaran agama Islam, sedangkan ilmu yang lainnya merupakan cabang dari Ilmu Tauhid.

6. Wa'i / Yang mempunyai gagasan : Ilmu tahuid pada pokoknya adalah dari para Nabi dan Rasul, berdasarkan dari wahyu Allah SWT, kemudian disusun dan dibukukan pertama kali oleh Ab al-Hasan al-Asy'aryserta pengikutnya, dan oleh Abu Manur al-Ma'ridi serta pengikutnya, yang dinamakan golongan al-Najiyah, golongan Ahlussunnah atau golongan Asy-syaroh.

7. Al-Ismu / Nama Ilmu Tauhid : Ilmu tauhid mempunya beberapa nama diantaranya ilmu tauhid, ilmu kalam, ilmu haqqo, ilmu 'Aqid, ilmu uluddin, ilmu 'aqidul iman, ilmu ulhiya, ilmu ma'rifa.

8. Istimdad / Sumber pengambilan Ilmu Tauhid : Dasar yang dipakai sumber dalam ilmu tauhid adalah dalil 'aqly (petunjuk akal) dan dalil naqly (petunjuk Alquran dan ad).

9. Hukum Syar'i /  Pandangan hukum syara terhadap Ilmu Tauhid : Hukum syara' (hukum Islam) mewajibkan dengan wajib 'ain (individu) kepada seluruh mukallaf (manusia dan jin) untuk mempelajari ilmu tauhid dan bertauhid.

10. Masalah -- Masalah yang terkandung dalam Ilmu Tauhid : Masalah yang terkandung di dalam ilmu tauhid adalah qoiyyah, logika dan bahasan tentang sesuatu yang pasti ada (wajibat), sesuatu yang mustahid ada (musthilat), dan sesuatu yang mumkin ada dan mumkin tidak ada (jaizat) (Affandi, 2012a : 2-4).

Tujuan Pendidikan KH. Choer Affandi

Tujuan pendidikan KH. Choer Affandi yakni supaya masyarakatnya bisa mengamalkan Islam secara kaffa melalui jalan ma'rifa kepada Allah, karena ma'rifa kepada Allah akan membawa kepada kesucian, kesucian jiwa akan membawa kepada amal aleh, amal aleh bisa menjadi kifara terhadap dosa, oleh sebab itu usahakan supaya diri ini bisa ma'rifa kepada Allah, yang kalau sudah ma'rifa kepada Allah pasti akan tentram jiwa, tidak akan putus asa (Affandi, 2012b:22). Dalam implementasinya, tujuan pendidikan yang beliau gagas tercantum dalam Tri Murti Pesantren, yakni 'Ulamaul 'Amiln, Immamal Muttaqin dan Muttaqin.

Konsep Belajar Mengajar

Konsep belajar mengajar yang KH. Choer Affandi ajarkan kepada muridnya adalah tegas layaknya militer,  dan setiap apa yang beliau sampaikan harus selalu ada yang menulis. Beliau menginginkan suatu perubahan dalam sistem pembelajaran di pesantren, sehingga beliau pernah berkeliling pesantren-pesantren di Pulau Jawa untuk melakukan studi banding guna mendapatkan terobosan yang tepat dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran (Fattah, 2013:7-9).

Beliau mengajarkan dakwah dengan konsep perbuatan, sehingga dalam diri beliau ada jiwa kewibawaan dan suri teladan yang baik. Ada peristiwa menarik yang menunjukkan kewibaan beliau dihadapan para santrinya. Pada saat itu ketika para santri di asrama sedang berisik, kemudian beliau berkeliling dengan menggunakan tongkatnya, seketika para santri yang tadinya berisik itu terdiam ketika mendengar suara langkah dan tongkat beliau. Padahal, beliau tidak bicara apa-apa, tetapi dengan suara langkah dan tongkat beliau yang kedengaran santri sekejap membuat santri yang tadinya berisik bisa terdiam. Hal tersebut menandakan bahwa ada komunikasi edukatif antara kiai dan santri meskipun tidak ada suara yang disampaikan oleh KH. Choer Affandi (Syahidin, 1994).

Sementara itu, konsep belajar mengajar Uwa Ajengan (sebutan lain K.H. Choer Affandi) dalam pendidikannya ada yang dikenal dengan ta'lm, tafwid dan tawasul. Ilmu yang pasti akan didapatkan dalam ta'lm sehari-hari. Adapun ilmu yang abstrak akan didapatkan di luar ta'lm, seperti ta'im kepada ilmu dan guru, serta khidma kepada guru dan pesantren. Khidma kepada guru misalnya santri membantu pekerjaan gurunya, baik tinggal di rumah gurunya, atau membantu pekerjaan gurunya sehari-hari seperti usaha, bertani, mengurus peternakan dan lain sebagainya. Begitupun dengan khidma kepada pesantren, seperti pengabdian kepada pesantren dengan mengajar kepada santri pemula, ikut membangun pesantren dan lain sebagainya (Wawancara Ilham Qodari Rois PP Miftahul Huda Manonjaya, 2015).

Adapun tafwid yaitu ijab qabul penyerahan orang tua kepada guru, supaya anaknya dididik dengan oleh dan ria dengan aturan yang diberikan oleh gurunya. Sehingga ketika seorang santri mau menjadi murid Uwa Ajengan, seorang santri tersebut harus ria terhadap aturan yang dibuat beliau di Pesantren Miftahul Huda.  Misalnya saat penerimaan peserta didik baru, dalam pendidikan modern saat ini tidak ditemukannya ijab qabul antara guru dan murid, dan itu berbanding terbalik dengan apa yang ada di Pesantren Miftahul Huda yang masih mempertahankan tradisi ijab qabul antara orang tua, kiai dan santri sampai saat ini. Jika ada santri baru, biasanya orang tua santri tersebut akan bertemu dengan kiai dan menitipkan anaknya, sehingga ada ijab qabul antara orang tua, kiai dan santri. Implikasinya akan ada keridhoan antara orang tua, kiai dan santri saat menjalani proses pembelajaran di pesantren. Sedangkan tawasul yaitu mencari wasilah supaya dalam mencari ilmu bisa dimudahkan oleh Allah SWT, bisa dalam bentuk do'a, khidma kepada guru dan pesantren, atau dalam bentuk amalan sunnah lainnya.(Wawancara Ilham Qodari Rois PP Miftahul Huda Manonjaya, 2015).

K.H. Choer Affandi merupakan sosok penulis handal, sehingga beliau memiliki cukup banyak karya tulis, dan sebagian besarnya ditulis dalam bentuk nam. Karya-karyanya yang sempat terinventarisir adalah sebagai berikut:

1) 50 'Aqdah 'Ajmin Mu'min Munjin;

2) 'Aqdah Islmiyyah;

3) Asrr Asm al-usn;

4) Kupasan Lengkap al-Asm al-usn;

5) Naaman Sunda Syahadatain & Kalima oyyiba;

6) Nam Istighah;

7) Nam Sunda Hidyat al-Atqiy';

8) Nam Sunda Majm't al-'Aqdah Juz Awwal;

9) Nam Sunda Majm't al-'Aqdah Juz al-niy;

10) Nam Sunda Safnat al-Naj;

11) Pangajaran Aq'id al-mn;

12) Sunda Qiysan;

13) Tarjamah Kitab Bainam (Sejarah Isra Mi'raj);

14) Tarjamah Sunda Bacaan alat Fardlu; dan

15) Tawi Tijn al- Durry (Sulasman, 2015).

Kurikulum Pendidikan

Kurikulum yang digunakan di pesantren sebagaimana sistem pendidikan salafiyyah pada umumnya tidak mengenal penjenjangan, kurikulum, silabus, dan sistem evaluasi, dimana para santrinya belajar tanpa mengenal batas waktu sehingga terkadang ada santri yang belajar hingga belasan tahun bahkan puluhan tahun. Akan tetapi di Pesantren Salafiyyah Miftahul Huda, K.H Choer Affandi telah mencoba sejak lama mengembangkan sistem salafiyyah menjadi sistem semi formal, ada penjenjangan, silabus, kurikulum pembelajaran, dan sistem evaluasi disusun berdasarkan tujuan dan sasaran belajarnya. Jenjang pendidikan di Pesantren Miftahul Huda pada dasarnya dibagi menjadi tiga, yaitu Ibtida, anawi, Ma'had Ali, semuanya mempunyai tiga tingkatan, hanya saja pada tingkatan dua dan tiga pada jenjang Ma'had Ali kegiatan santrinya lebih dititik beratkan pada praktek mengajar dan mengurus organisasi (Fattah, 2013: 31-32).

Materi Pendidikan

Materi pendidikan yang KH. Choer Affandi ajarkan terdiri dari 12 disiplin ilmu (fan). Beliau belajar 12 disiplin ilmu dan diajarkan kembali dalam materi yang sampaikannya, diantaranya ilmu tauhid, ilmu fiqh, ilmu alat, ilmu tafsir, asm al-Husna, ilmu suluk/falak, ruhl jihad, ilmu fari (ilmu waris) dan ilmu Alquran/tajwid (Fattah, 2013:68).

Adapun yang menjadi ciri khas materi yang selalu ditanamkan dalam setiap pembelajaran dengan beliau dan seluruh cabang Pesantren Miftahul Huda yakni selalu melantunkan naam kalimat oyyiba sebagai berikut :

Sejarah lahirnya kalimat oyyiba tersebut terlahir dari beberapa guru KH. Choer Affandi. Diantaranya :

  • K.H. Raden Didi Abdul Majid, Pesantren Kalangsari, Cijulang, Ciamis. Padahal beliau hanya ahli mingguan riyaoh saja, dan beliau dipercaya sebagai asistennya.
  • Syekh Jalal Sayuti, Gerenggeum, Kebumen, Jawa Tengah. Beliau dalam metode pembelajarannya memakai jalan suluk bidayah. Uwa Ajengan langsung dilatih riyaoh. Beliau baru mengerti bahwa setelah dilatih oleh gurunya, mendapat ijazah kalimat thoyyibah Lilha illallah L Maujda Illallah. Maksudnya disini begini sekarang saya atas kuasa Allah. Uwa Ajengan mengerti setiap waktu yang dilalui akan di hisab dan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah.
  •  Setelah itu murabbi melakukan latihan riyaoh-nya sambil membaca lagi syair sunda dan Uwa Ajengan menghayati makna dan akhirnya terbuka kembali tabirnya, bahwa supaya dagang ingin mendapatkan untuk tetapi tujuannya adalah mengharap ria Allah. Uwa Ajengan pun mengerti syiiran tersebut adalah ijazah kalimat oyyiba Lilha Illallah L Maqsda Illallah. Jadi dari Syekh Jalal Suyui ada dua kalimat oyyiba.
  • KH. Sekarmaji, beliau mendidik Uwa Ajengan selama kurang lebih 100 hari, dilatih riyaoh dan hanya diperbolehkan memakai pakaian serba putih dari mulai baju sampai celana pun harus putih. Disanalah paling dahsyat Uwa Ajengan dibimbing kalimat oyyiba. Dan ditambah dua kalimah oyyiba Lilha Illallah L Matlba Illallah dan Lilha Illallah L Ma'bda Illallah. Sehingga dari semua murobbi beliau tadi lahirnya empat kalimat oyyiba (Fattah, 2013: 70-72).

Evaluasi Pendidikan

Dalam melakukan evaluasi, biasanya KH. Choer Affandi melakukan teknik tes lisan dan tulisan. Tes pembacaan kitab beserta pemahamannya biasanya dijadikan indikator bagi para santri untuk melanjutkan pendidikan berikutnya.  Adapun bagi santri yang akan dimukimkan, maka beliau sendiri yang mengevaluasinya, baik dari segi tes pemahaman kitab maupun kesiapan mentalnya dalam mengabdi kepada masyarakat (Hidayat & Syahidin, 2019).

Bersambung...

Tulisan lainnya silakan berkunjung dan boleh disebarluaskan.

Nilai-Nilai Pemikiran KH. Choer Affandi  dan Relevansinya Dalam Pendidikan Modern (Studi Ulama Legendari Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya)

Mengenal Sosok KH. Choer Affandy Ulama Legendaris Miftahul Huda Tasikmalaya

Relevansi Pemikiran KH. Choer Affandi Dalam Dunia Pendidikan

KH. Choer Affandi (Uwa Ajengan) : Jejak Dakwah Ulama Trah Mataram Dari Tasikmalaya

Resensi Novel Biografi KH. Choer Affandi : Hubungan Nama Choer Affandi dan Kekhalifahan Turki

Daftar Pustaka

Adeng. (2011). Sejarah Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya. Jurnal Patanjala, 3(1), 18--32.

Affandi, C. (2012a). 'Aqidah Islamiyyah. Tasikmalaya: Yayasan Pesantren Miftahul Huda.

Affandi, C. (2012b). Mutiara Hikmah Jalan Pikeun Ngahontal Darajat Kawalian. Tasikmalaya: Yayasan Pesantren Miftahul Huda.

Agussandi, I. M. (2013). Perkembangan Pondok Pesantren Miftahul Huda dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat Kabupaten Tasikmalaya (1980-2009). Jurnal Penelitian Pendidikan, 2(2).

Fauzianti, I., Suresman, E., & Asyafah, A. (2015). Model Pembelajaran Tauhid di Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya. Tarbawy, 2(2), 115--122.

Hasanudin, S. (2017). Mekanisme Religio-Politik Pesantren: Mobilisasi Jaringan Hamida dalam Politik Elektoral Tasikmalaya. Masyarakat Jurnal Sosiologi, 22(1), 53--80.

Hidayat, T., & Syahidin. (2019). Education Values Based On The Thinking Of KH. Choer Affandi And Their Relevance To The Modern Education (The Study of The Legendary Islamic Scholar of Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya, Tasikmalaya). Tadris: Jurnal Pendidikan Islam, 14(1), 27--39.

Lukman Dkk, A. (2016). Biografi: Mengenal Sosok K.H. Choer Affandi Ulama Legendaris Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Tasikmalaya. Majalah Suara Ulama.

Murtado, A. (2015). Biografi dan Pemikiran KH. Choer Affandi Dalam Dunia Pendidikan. Tasikmalaya.

Prasanti, D. (2017). Strategi Komunikasi Pengembangan Sumber Daya Manusia Pndok Pesantren Salafi (Studi Kasus tentang Komunikasi Pengembangan SDM Pondok Pesantren Miftahul Huda Tasikmalaya). Jurnal Nomosleca, 3(1), 482--402.

Qodari, I. (2015). Biografi KH. Choer Affandi. Tasikmalaya.

Sulasman. (2015). Peasceful Jihad dan Pendidikan Deradikalisasi Agama. Walisongo, 23(1), 151--176.

Syahidin. (1994). Komunikasi Kyai-Santri di Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya (Tesis). Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun