Perjalanan hidupmu sungguh sangat romantis dengan lika-liku perjuangan, diawali dengan lahirnya bintang kejora di tanah Laskar Si Pitung pada 24 Agustus 1965. Engkau terlahir dari nasab yang sangat mulia, Habib Husein Shihab nama ayahmu, seorang aktivis sekaligus 'pemberontak' yang nekat terhadap penjajah pada zamannya. Sementara ibumu, Syarifah Sidah Al-Aththas, putri Habib Alwi Al-Atthas, seorang penegak Amar Ma'ruf Nahi Munkar berjuluk Macan Petamburan.
Mengawali masa kecil dengan maniak mengaji, mulai tampil beda dan semakin berbeda saat menginjak masa remaja, berdebat dengan gurumu sendiri seorang pendeta saat usiamu 10 tahun. Saat beranjak dewasa engkau pelajari silat sebagai tradisi kewajiban ulama dan jawara. Engkau yang mewarisi genetik tokoh dunia, cucu pitung, cucu Habib Alwi Al-Atthas, Putra Habib Husein bin Shihab, cucu sayyidina Husein RA, cucu Sayyidina Ali bin Abi Thalib KW, dan tentunya cucu kandung Baginda Nabi Agung Rasulullah Muhammad SAW.
Engkau yang pernah merantau ke Sumatera untuk bekerja, engkau yang mendapatkan beasiswa untuk belajar di King Saud University, engkau yang pernah sambangi tokoh ulama dunia Abuya Prof. Dr. Sayyid Muhammad Alwi Al-Maliki, engkau yang selalu menyibukkan aktivitas dengan menuntut ilmu dan tumpukkan kitab, hingga akhirnya engkau melepas masa lajang saat usiamu 22 tahun.
Engkau lewati masa hidupmu dengan sederhana, atap bambu menjadi saksi perjuangan rumah tanggamu, ketujuh putrimu lahir dan tumbuh dalam sebuah kondisi perjuangan dan pengorbanan cukup berat. Engkau yang pernah menjadi kepala sekolah Aliyah Jami'at Khaer yang berlokasi di KH. Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Asa Bundamu di Markaz Syariah akan menjadi monumen sejarah perjuanganmu, berbagai kegiatan sosial telah engkau lalui, saat Aceh dilanda Tsunami Desember 2004, engkau tinggalkan istri dan anakmu untuk mengangkat puluhan ribu mayat, begitupun dengan bencana yang terjadi di daerah lainnya, engkau selalu berkontribusi untuk membantu.
Engkau yang memiliki sederet guru dan bertaburan ilmu, rajanya buku dari petamburan, seorang Mufti Besar Sulu Philipina, sehingga dibelakang namamu tertera gelar DPMSS (Datuk Paduka Maulana Syar'i Sulu). Engkau yang pernah ditembak sniper saat perjalanan dakwah di jalan S Parman, Jakarta Barat.
Engkau yang pernah menyongsong maut di atas sampan saat perjalanan dakwah, engkau yang pernah masuk penjara pada tahun 2002, engkau yang pernah masuk penjara ke 2 pada 2003, dan engkau yang pernah masuk penjara ke 3 kalinya pada 2008, seolah namamu berada didalam barisan para ulama tingkat dunia yang pernah masuk penjara juga.
Engkau yang selalu bilang bahwa dalam perjuangan pasti ada resikonya, namun engkau selalu menguatkan para laskarmu, karena bagimu di fitnah merupakan sesuatu yang biasa, jika di bunuh mudah-mudahan syahid, jika di penjara niatkan 'uzlah, dan jika di buang anggap saja tamasya.
Saat keluar dari penjara, ternyata urat takutmu laksana putus, engkau tetap melakukan Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Engkau yang telah melahirkan karya spektakuler dengan mendirikan Front Pembela Islam (FPI) yang dideklarasikan pada 17 Agustus 1998, meskipun ormasmu banyak mendapat tuduhan, tetapi engkau buktikan dengan karya lahirkan beribu jasa.
Engkau tidak kenal lelah untuk persatukan umat dan bangsa, engkau usir preman Ketapang, engkau pun gadai nyawa di Ambon dan Poso, engkau usap duka di Aceh, engkau tenggelamkan majalah playboy, engkau juga sadarkan beberapa jama'ah Ahmadiyah, ormasmu FPI selalu siaga bencana, ormasmu lakukan kegiatan bedah kampung dan program Go Green.
Aksi Bela Islam I, II (411), dan III (212) menjadi aksi terbesar di dunia, dan aksi super damai tersebut menjadi sejarah dalam tinta emas peradaban manusia, sehingga umat tidak berlebihan memberikan gelar kepadamu sebagai Imam Besar Umat Islam Indonesia. Namun, meskipun karyamu begitu banyak untuk umat dan bangsa ini, tetap saja engkau tidak luput dari mega fitnah dan bully.