Akhirnya saya pun kembali pulang, dan mempersiapkan untuk keberangkatan ke Bandara Soekarno Hatta. Memang keberangkatan ini perlu perjuangan, hari Senin, 26 Maret 2018 tepatnya pukul 03.00 saya harus segera berangkat ke Bandara Soekarno Hatta supaya bisa mengejar kumpul bersama panitia.
Di tengah perjalanan karena kendaraan yang saya naiki tidak berhenti untuk melaksanakan shalat shubuh, akhirnya saya melakukan tayamun dan melaksanakan shalat shubuh untuk menghormati waktu di dalam mobil. Â
Bagi kawan-kawan yang lain, jika mau melakukan rihlah ke beberapa daerah, sangat penting sebelum berangkat untuk mempelajari fiqh safar terlebih dahulu, supaya saat mengadakan rihlah tetap tidak meninggalkan shalat. Â Tepat pukul 06.00 akhirnya saya tiba di Bandara, pada hari itu ternyata di bandara sudah banyak beberapa orang yang mau melakukan perjalanan ke beberapa daerah.Â
Sesampainya di bandara, saya segera menuju mushola untuk melaksanakan shalat sunnah, dan bisa bertemu dengan beberapa jama'ah umroh yang ternyata usianya sudah pada sepuh, namun usia mereka tidak menjadi halangan untuk menuju baitullah dan perlu diapresiasi, bagamana dengan kita ? Sudah ada keinginankah untuk ke baitullah dan berziarah kepada Baginda Rasulullah SAW ?.
Setelah tiba waktunya melakukan persiapan keberangkatan bersama panitia, akhirnya saya pun bisa bersilaturahim dengan kawan-kawan yang lainnya yang ternayta berasal dari beberapa daerah di Indonesia. Sungguh saat berkenalan dengan mereka, saya merasa malu dengan diri saya sendiri.
Terlihat yang ada dihadapan saya ternyata adalah orang-orang hebat, saat diskusi dengan mereka, ternyata mereka memang orang-orang hebat yang mengikuti agenda ini, diantara mereka ada dosen, pengusaha, mahasiswa yang sudah ke luar negeri beberapa kali, bahkan hingga siswa pun ada.
Saya pun hanya tertunduk malu dengan diri ini, lantas selama ini apa yang telah saya lakukan untuk membanggakan ibu pertiwi ? Namun, semua itu bukan menjadi alasan bagi saya untuk terus menyesali semua ini, karena saya harus bangkit dan membuktikan pada ibu pertiwi, bahwa bangsa ini memiliki pemuda-pemudi yang mampu membanggakan negeri ini di kancah international.
Setelah semua persiapan selesai, tibalah giliran saya untuk check in, terlihat barang bawaan yang saya bawa tidak sebanyak dengan kawan-kawan yang lain, karena memang dalam mengikuti kegiatan study comparative ini saya niatnya mau silaturahim, rihlah sebagai bagian dari metode pembelajaran para ulama dan belajar.
Setelah check in selesai, tibalah saatnya saya menunggu pesawat di boarding room, setelah waktunya tiba, maka saya pun segera masuk ke dalam pesawat. Saat itu saya seolah tidak percaya, apakah benar saya ini akan meninggalkan ibu pertiwi ?
Namun, saat itu pesawat yang saya naiki mengalami penundaan penerbangan atau delay, dikarenakan menunggu tamu yang akan ikut naik pesawat yang saya naiki. Setelah ditunggu beberapa lama, dan ternyata tamu tersebut tidak ada, akhirnya pesawat yang saya naiki pun bisa take off dan meninggalkan landasan bandara Soekarno Hatta.
Saat pesawat telah take off, tidak terasa air mata ini menetes, dan saya mulai teringat kisah yang disampaikan guru saya (Drs. KH. Djalaluddin Asy-Syatibi) yang telah menceritakan pengalaman beliau bersama gurunya Mama KH. Abdullah bin Nuh salah seorang ulama besar di Indonesia yang berasal dari Cianjur.