Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2022 sebanyak 26,16 juta orang atau turun 1,38 juta orang dari data Maret 2021 yang sebanyak 27,54 juta orang.
Tingkat kemiskinan tertinggi terjadi saat pandemi mengalami tingkat keparahan tertinggi yaitu September 2020 dengan jumlah orang miskin mencapai 27,55 juta orang, atau bertambah 2,77 juta orang dibandingkan posisi sebelum pandemi pada September 2019.
Namun saat inflasi Juli naik, kemiskinan akan semakin terasa kenaikannya dan dapat menyebabkan kondisi rentan bagi APBN tidak akan mampu meng-cover orang miskin apabila jumlahnya melebihi 35 juta orang.
Rekomendasi
Untuk menghadapi inflasi tinggi, Indonesia perlu melakukan 3 hal, di antaranya adalah memperkuat fiskal APBN, terutama menghimpun penerimaan negara yang tinggi dan sustainable.
Penerimaan tersebut untuk dana buffer manakala jumlah orang miskin meningkat drastis saat inflasi tinggi terjadi.
Bila penerimaan cukup kuat, negara bisa memberikan tambahan bansos agar daya beli kelompok miskin tidak tergerus drastis.
Langkah kedua adalah mengendalikan impor, khususnya sektor makanan dan sektor energi. Impor tidak membuat ekonomi berkelanjutan bahkan melalui impor harga makanan dan harga energi akan sangat mahal karena mengikuti harga dunia yang mengalami kenaikan tinggi akibat konflik Ukraina-Rusia dan krisis energi di Uni Eropa.
Langkah ketiga adalah memperkuat ketahanan pangan dan energi melalui pemanfaatan sumber daya lahan secara efektif.
Indonesia harus mendata jumlah lahan tak berguna dan mentrasformasikan menjadi lahan pangan yang produktif.
Langkah ini juga harus disertai efektifnya lembaga Badan Pangan Nasional yang memberikan data akurat terkait kondisi pangan Indonesia.