Dampak Ekonomi Bila Pecah Perang China-Taiwan
Bila terjadi gesekan militer secara fisik maka bisa dipastikan akan menambah berat ekonomi dunia. Kerugian dunia tidak hanya jiwa namun juga ekonomi, sosial dan budaya.
Korban jiwa pasti akan terjadi di kedua belah pihak. Namun yang pasti rugi besar adalah rakyat Taiwan itu sendiri.
Bila kontak fisik terjadi, Nancy Pelosi dan delegasi kongres AS mungkin akan segera meninggalkan Taiwan dan Biden tidak akan membiarkan wilayah Udara Taiwan terbuka untuk diserang oleh China.
Satu hal yang pasti terjadi, kontribusi ekspor semikonduktor Taiwan akan terhenti.
Taiwan menguasai 48 persen suplai semi konduktor dunia dan menguasai 61 persen manufaktur sektor peralatan dunia world's equipment. Chips Prosessor dari Apple, Intel sampai Tesla tergantung pada Taiwan.
Jika ekspor semi konduktor tersebut berhenti, peralatan teknologi yang diproduksi Apple, Intel sampai Tesla akan menjadi hilang.
Rute perdagangan laut pun akan terganggu di perairan Taiwan dan perairan Laut China Selatan akan berhenti dan itu menghentikan 78% perdagangan laut dunia.
Bisa dibayangkan bila perdagangan laut terhenti, harga-harga impor pasti akan naik dan dunia dalam hitungan bulan akan mengalami hyperinflasi dimana-mana.
Oleh karena itu, peran Indonesia sangat dibutuhkan untuk terlibat mendamaikan para pihak. Kementerian Luar Negeri harusnya segera menyatakan sikapnya agar pihak AS dan pihak China tidak saling provokasi.Â
Masalahnya adalah Presiden Jokowi baru saja ketemu Presiden XI Jinping. Bila tidak hati-hati pernyataan Indonesia akan dinilai berat sebelah ke China.