Mohon tunggu...
Achmad Nur Hidayat
Achmad Nur Hidayat Mohon Tunggu... Konsultan - Pakar Kebijakan Publik

Achmad Nur Hidayat (Born in Jakarta) previously earned Master Public Policy on Economic Policies from Lee Kuan Yew School of Public Policy National University of Singapore (NUS) and from Tsinghua University, Beijing China in 2009. He had an executive education from Harvard Kennedy School of Government, Boston-USA in 2012. He is currently assisting and providing recommendation for both the Supervisory Board of Central Bank of Indonesia and Government of Indonesia in the effort to increase sustainable economic growth, maintain the financial system stability and reinvent human resources capacities in line with technological disruption. He was Chairman of Student Boards (Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia) University of Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Nancy Pelosi dan Potensi Perang di Perairan Taiwan

3 Agustus 2022   18:34 Diperbarui: 4 Agustus 2022   23:46 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dampak Ekonomi Bila Pecah Perang China-Taiwan

Bila terjadi gesekan militer secara fisik maka bisa dipastikan akan menambah berat ekonomi dunia. Kerugian dunia tidak hanya jiwa namun juga ekonomi, sosial dan budaya.

Korban jiwa pasti akan terjadi di kedua belah pihak. Namun yang pasti rugi besar adalah rakyat Taiwan itu sendiri.

Bila kontak fisik terjadi, Nancy Pelosi dan delegasi kongres AS mungkin akan segera meninggalkan Taiwan dan Biden tidak akan membiarkan wilayah Udara Taiwan terbuka untuk diserang oleh China.

Satu hal yang pasti terjadi, kontribusi ekspor semikonduktor Taiwan akan terhenti.

Taiwan menguasai 48 persen suplai semi konduktor dunia dan menguasai 61 persen manufaktur sektor peralatan dunia world's equipment. Chips Prosessor dari Apple, Intel sampai Tesla tergantung pada Taiwan.

Jika ekspor semi konduktor tersebut berhenti, peralatan teknologi yang diproduksi Apple, Intel sampai Tesla akan menjadi hilang.

Rute perdagangan laut pun akan terganggu di perairan Taiwan dan perairan Laut China Selatan akan berhenti dan itu menghentikan 78% perdagangan laut dunia.

Bisa dibayangkan bila perdagangan laut terhenti, harga-harga impor pasti akan naik dan dunia dalam hitungan bulan akan mengalami hyperinflasi dimana-mana.

Oleh karena itu, peran Indonesia sangat dibutuhkan untuk terlibat mendamaikan para pihak. Kementerian Luar Negeri harusnya segera menyatakan sikapnya agar pihak AS dan pihak China tidak saling provokasi. 

Masalahnya adalah Presiden Jokowi baru saja ketemu Presiden XI Jinping. Bila tidak hati-hati pernyataan Indonesia akan dinilai berat sebelah ke China.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun