Mohon tunggu...
Achmad Nur Hidayat
Achmad Nur Hidayat Mohon Tunggu... Konsultan - Pakar Kebijakan Publik

Achmad Nur Hidayat (Born in Jakarta) previously earned Master Public Policy on Economic Policies from Lee Kuan Yew School of Public Policy National University of Singapore (NUS) and from Tsinghua University, Beijing China in 2009. He had an executive education from Harvard Kennedy School of Government, Boston-USA in 2012. He is currently assisting and providing recommendation for both the Supervisory Board of Central Bank of Indonesia and Government of Indonesia in the effort to increase sustainable economic growth, maintain the financial system stability and reinvent human resources capacities in line with technological disruption. He was Chairman of Student Boards (Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia) University of Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Efikasi Vaksin dan Reputasi Kesehatan Publik

12 Januari 2021   09:42 Diperbarui: 13 Januari 2021   06:05 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ANTARA FOTO/M Agung Rajasa via Kompas.com)

Menteri Kesehatan sebaiknya perlu menunda penjadwalan pemberikan vaksin kepada nakes bila vaksin yang digunakan pertama kali adalah vaksin berefikasi rendah. Alasannya adalah pemerintah harus melindungi pasukan frontline dari perang melawan COVID-19 yaitu para tenaga kesehatan. Jika mereka perlu divaksin secara prioritas maka Menkes seharusnya memberikan vaksin berefikasi tertinggi seperti yang dilakukan di negara maju.

Vaksin sinovac dapat tetap digunakan namun secara porsi mungkin hanya sekitar 20-30% dari total dosis yang akan dimassalkan, sisanya 70-80% menggunakan kombinasi vaksin berefikasi tinggi diatasnya.

Terkait dengan keuangannya, Pemerintah tidak perlu khawatir karena pemerintah dapat membeli vaksin berefikasi tinggi dari Pfizer, Moderna , sputnikV dan Astrazeneca tersebut menggunakan fasilitas yang diatur UU Nomor 2 Tahun 2020 yaitu menawarkan pembelian SUN kepada Bank Indonesia. Karena pembelian vaksin dapat dikategorikan sebagai publik good.

Singkatnya pemerintah perlu memperbaiki kebijakan vaksinasinya berdasarkan dirilisinya angka efikasi Sinovac yang jauh dibawah ekspektasi 65.3% melalui perbaikan kebijakan yaitu memberikan vaksin ber-efikasi tinggi kepada prioritas pertama yaitu relawan nakes dan para pelayan publik yang secara jumlah tidak terlalu besar.

Selanjutnya pemberian gelombang kedua vaksinasi dapat dikombinasi dengan vaksin ber-efikasi rendah mengingat ketersediaannya vaksin ber-efikasi tinggi masih terbatas.

Bila ketersediaan vaksin sudah berlimpah, vaksin ber-efikasi rendah akan ditinggalkan oleh masyarakat sehingga produsen vaksin berefikasi rendah akan meningkatkan risetnya agar mencapai vaksin yang lebih tinggi efikasinya. itulah mekanisme pasar yang akan terjadi di tahun-tahun mendatang. Vaksin berefikasi rendah akan tidak memiliki pasar di mana pun di seluruh dunia.

dok. pribadi
dok. pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun