Sebuah laporan yang dirilis oleh Energy Policy Institute (EPIC) dari University of Chicago menyatakan bahwa telah terjadi peningkatan polutan halus sebesar 30% di udara Jakarta dan sekitarnya selama sepuluh tahun terakhir. Sebagai contoh, penduduk Jakarta, ibu kota Indonesia, dapat kehilangan 2,3 tahun usia harapan hidup mereka jika tingkat polusi dari tahun 2016 terus berlanjut sepanjang hidup mereka. Di banyak tempat, penurunan angka harapan hidup jauh lebih besar dari empat tahun. Menurut data AQLI, kualitas udara bukanlah masalah utama di Indonesia dua puluh tahun yang lalu, tetapi dalam beberapa tahun terakhir, kualitas udara telah menurun secara signifikan, dengan penurunan terbesar terjadi setelah tahun 2013.(Greenstone & Fan, 2019).
Jakarta merupakan salah satu ibu kota besar di Indonesia. Salah satu sumber utama polusi udara di di daerah perkotaan yaitu pembakaran bahan bakar fosil, terutama di pembangkit listrik dan kendaraan bermotor (Pnard-Morand & Annesi-Maesano, 2004). Dimana  85% dari seluruh polusi udara global berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan biomassa (International Energy Agency (IEA), 2016). Secara analogi, Jakarta, ibukota negara, adalah penyebab utama polusi udara. Menurut CREA, sebuah organisasi penelitian independen tentang polusi udara, penyebab utama polusi udara Jakarta adalah polusi lintas batas dari provinsi Banten dan Jawa Barat. Sektor industri manufaktur dan pembangkit listrik merupakan penghasil polusi terbesar. Saat ini, setidaknya ada 16 PLTU berbasis batu bara yang dapat ditemukan di dekat Jakarta. Sepuluh dari PLTU tersebut berada di Banten, dan enam sisanya berada di Jawa Barat. Di sektor manufaktur, 418 perusahaan berlokasi dalam radius 100 kilometer dari wilayah metropolitan Jakarta pada tahun 2019 (Myllyvirta et al., 2020). Meskipun penelitian CREA dilakukan tiga tahun silam tapi faktanya tidak berubah. Bahkan, kondisi saat ini lebih buruk. Hal ini dapat diketahui dari masih terdapatnya aktivitas  industri manufaktur di kawasan Marunda, Jakarta Utara, yang masih menggunakan batubara untuk bahan bakar energi listriknya.
Dikutip dari BBC, berdasarkan pantauan LSM sejumlah perusahaan pengolahan dan penyimpan batubara atau stockpile di Marunda, Jakarta Utara, membuat kesehatan warga di sana terganggu bahkan ada yang sampai mengganti kornea mata. Lebih lanjut pelanggaran yang dilakukan perusahaan stockpile di Marunda cukup berat yakni tak memiliki Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) yang rinci. RKL adalah upaya penanganan dampak terhadap lingkungan yang ditimbulkan dari suatu kegiatan. Sedangkan RPL adalah upaya pemantauan komponen lingkungan yang terkena dampak akibat kegiatan.(BBC News Indonesia, 2023b)
Direktur Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup bersama Kehutanan KLHK menghentikan empat kegiatan perusahaan yang dapat berpotensi menimbulkan pencemaran PM2.5. Adapun keempat perusahaan tersebut, yaitu: 1) PT Wahana Sumber Rezeki yang berlokasi di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Marunda, Jakarta Utara bergerak di bidang pengolahan dan pemasok batubara atau stockpile. 2) PT Unitama Makmur Persada berlokasi di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Marunda, Jakarta Utara juga bergerak di bidang pengolahan dan pemasok batubara atau stockpile. 3) PT Maju Bersama Sejahtera di kawasan Cakung, Jakarta Timur juga bergerak di bidang pengolahan dan pemasok batubara atau stockpile. 4) PT Pindo Deli 3 di Kabupaten Karawang, Jawa Barat adalah produsen kertas. Masing-masing keempat perusahaan ini telah melakukan pelanggaran, seperti PT Wahana Sumber Rezeki dan PT Unitama Makmur Persada selama menjalankan kegiatan tidak memiliki Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) yang rinci. Sedangkan PT Maju Bersama Sejahtera disebut melakukan pelanggaran terkait ketidaksesuaian dokumen lingkungan dengan kondisi di lapangan. Adapun pada kegiatan dumping limbah sisa pembakaran batubara atau FABA dan cerobong di PT Pindo Deli 3, Satgas KLHK menyebut terjadi kesalahan dalam lubang sampling yang tidak memenuhi ketentuan teknis (BBC News Indonesia, 2023b).
Sumber polusi udara terbesar selanjutnya yaitu berasal dari sektor transportasi. Penelitian CREA juga menemukan sumber pencemar berikutnya berasal dari sektor transportasi, kemudian perumahan serta komersil, dan terakhir domestik seperti pembakaran sampah (Myllyvirta et al., 2020). Hingga saat ini, lalu lintas jalan raya merupakan sumber utama polusi udara di kota-kota besar di negara-negara industri. kendaraan bensin dan diesel di jalan raya mengeluarkan 37% dari total NOx, 11% CO, 5% NH3, dan 2% PM2.5 (Xiong et al., 2022). Dari perspektif global, kendaraan diesel dan bensin di jalan raya menghasilkan hampir 20% emisi antropogenik global masing-masing NOx and non-methane volatile organic compound (NMVOC) (Anenberg et al., 2017; Huang et al., 2020), yang merupakan prekursor utama ozon (O3) dan PM2.5 (Fiore et al., 2009; Stohl et al., 2015; Xiong & Du, 2020). Kendaraan diesel bahkan mengeluarkan NOx 4-7 kali lebih banyak dalam kondisi pengoperasian di dunia nyata dibandingkan saat pengujian di laboratorium (Anenberg et al., 2017).
Polusi udara memberikan dampak negatif terhadap kesehatan manusia. Seperti Pembakaran bahan bakar fosil di pembangkit listrik menghasilkan emisi sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOX), materi partikulat (PM), karbon dioksida (CO2), merkuri (Hg), dan polutan lainnya. Emisi NOX dan SO2 berkontribusi pada pembentukan ozon di permukaan tanah dan PM halus, yang dapat menyebabkan masalah pernapasan dan kardiovaskular, dan paparan merkuri dapat meningkatkan kemungkinan masalah kesehatan mulai dari kanker hingga kerusakan sistem kekebalan tubuh (US EPA, 2023). Sedangkan dapat diperkirakan hampir 10.000 kematian dini akibat PM2.5 dan ozon pada populasi orang dewasa (usia >30 tahun) dapat dikaitkan dengan emisi NOx dari hasil bahan bakar diesel (Jonson et al., 2017). Lebih lanjut emisi diesel juga memberikan dampak buruk terhadap lingkungan kita, iklim global, dan keadilan lingkungan (Huang et al., 2020).
Penutup
Kesimpulan
Dari uraian penyebab utama polusi udara dijakarta dan dampak yang diberikan dapat diketahui bahwa masih banyak kegatan manusia, baik itu kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan sekor industri, sektor transportasi, kemudian perumahan serta komersil, dan terakhir domestik seperti pembakaran sampah dapat memberikan dampak buruk terhadap lingkungan. Â Jika dihubungkan dengan etika lingkungan maka kita sebagai manusia yang memiliki keterkaitan erat dengan lingkungan yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan lingkungan agar berdampak baik bagi kehidupan anak cucu kelas.
Â
References