Mohon tunggu...
hidayati helmi
hidayati helmi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen LB Universitas Muhammadiyah Palembang

Membuat suatu inovasi dalam dunia pendidikan yang berkaitan dengan media baik cetak maupun noncetak yang bisa digunakan di dunia pendidikan baik tingkat menengah atas mapun perguruan tinggi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Fenomena Polusi Udara di Jakarta: Sebuah Review dari Perspektif Filsafat Lingkungan

15 Desember 2023   14:41 Diperbarui: 15 Desember 2023   14:50 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Penulis:

Hidayati

(Doctor Candidate of Mathematics Science Education Doctoral Programme, Jambi University)

Prof. Dr.rer.nat. Rayyandra Asyhar, M.Si

(Professor of Mathematics Science Education Doctoral Programme, Jambi University)

 

Pendahuluan

Polusi udara bukan lagi masalah yang dihadapi di Indonesia. Tetapi sudah menjadi masalah dunia. Indonesia, bersama dengan China, India, Pakistan, Bangladesh, dan Nigeria menyumbang 75% dari total beban polusi udara global karena tingkat polusi udara yang tinggi dan jumlah populasi yang besar (BBC News Indonesia, 2023a). Fenomena polusi udara di Jakarta merupakan salah satu contoh bagaimana hubungan antara manusia dengan alam. Sehingga kasus ini dapat kita kaji secara mendalam melalui perspesktif filsafat lingkungan. Filsafat lingkungan mengkaji hubungan kita, sebagai manusia, dengan alam atau lingkungan alami kita: filsafat ini mengkaji pemahaman filosofis kita tentang alam dan konsepsi kita tentang nilai dan hak alam; hal ini mengeksplorasi bagaimana kita hidup dengan dan di alam dan sejauh mana alam terlibat atau tidak dalam identitas manusia kita (Mathews, 2014). Lebih lanjut  (Brennan & Lo, 2010) menjelaskan bahwa Filsafat lingkungan merupakan disiplin ilmu filsafat yang mempelajari hubungan moral antara manusia dan alam, serta nilai dan status moral dari lingkungan dan isinya yang non-manusiawi. Sejarah filsafat lingkungan hidup diwarnai dengan kontroversi mengenai isu-isu seperti pemanasan global, keanekaragaman hayati, dan temasuk juga fenomena polusi udara yang terjadi di Jakarta. Kasus-kasus kontroversial ini berasal dari situasi konkret tentang bagaimana kita berhubungan dengan bumi (Klaver, 2007).  Sehingga pada tulisan ini berfokus pada pertanyaan apakah ada campur tangan manusia terhadap polusi udara yang terjadi di Jakarta? Apa sumber utama yang menjadi penyebab polusi udara di Jakarta? Beserta apa dampak yang diberikan dari polusi udara yang terjadi di Jakarta?

Pembahasan

Sumber Utama beserta Dampaknya

Meningkatnya tingkat polusi di Jakarta menunjukkan bahwa kualitas udara kota ini tidak sehat. Data WHO mendukung hal ini. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, materi partikulat dan polutan halus dengan radius 2,5 mikrometer (PM2.5) tidak boleh melebihi 5 mikrogram (g) per meter kubik (m3) dalam satu tahun rata-rata di area tertentu (WHO Air Quality Guidelines, 2021). Dikutip dari BBC berdasarkan pantauan IQAir per 15 Agustus 2023, rata-rata polutan halus yang beredar di udara Jakarta sebanyak 45,3 mikrogram (g) per meter kubik (m3). Angka ini sembilan kali lebih besar dari ambang batas yang ditentukan WHO (PM 2,5). Artinya, kualitas udara ini tidak sehat bagi kelompok sensitif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun