Karena September.
Meskipun secara pendidikan saya cukup berhasil, namun tidak untuk isi hati, pikiran, dan kebahagiaan. Keberhasilan saya dari sekolah dasar hingga pengukuhan gelar sarjana sungguh tidak berarti tanpa disaksikan oleh kedua orang tua. Jangankan melihat saya naik panggung, menyaksikan saya bisa mengayuh sepeda hasil hadiah mereka saja tidak bisa. Selama 16 tahun pula hari raya saya terasa hampa.
Saat ini saya terus berjuang untuk mencari pengganti kebahagiaan itu. Saya terus berharap agar ada pengganti dari nikmat terbesar yang telah kembali. Saya hanya ingin secepatnya bertemu dan mengungkapkan rindu yang teramat dalam kepada mereka.
Karena September, hidup saya berubah. Karena September, hidup saya masih begitu hampa. Karena September, Ntahlah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H