PENGALAMAN LAIN
Pengalaman lain waktu ada di Pasar Gresik. Masih dengan karcis yang rupanya sama, kami ditarik dua ribu. Pernah pas aku kesitu sendirian, aku cuma ngasih seribu. Pak parkirnya agak terkesima, tapi nggak bilang apa-apa trus pergi.
Syukurlah gak banyak omong, pikirku. Setidaknya bapaknya berhasil satu kali terhindar dari dosa melakukan pungutan liar.
Beberapa tahun sebelumnya, waktu ke Taman Bungkul Surabaya, ini lebih ekstrim lagi. Di karcis tertulis cuma lima ratus rupiah, jadi aku kasih lima ratus. Eh orangnya nolak. Mintanya tiga ribu.
"Kan di karcis lima ratus?" belaku.
"Yah, Mbak. Kan kami kerja juga butuh makan. Butuh minum."
Dongkol sih. Tapi aku kasih aja tiga ribu. Udahlah urusan dia sama Yang Di Atas. Sejak saat itu aku nggak pernah lagi parkir di situ.
Di rumah sakit depan Bungkul juga gitu. Karcisnya seribu (yang angka satunya sudah diganti angka 2 dengan spidol), tapi temanku ditarik dua ribu. Untung pas aku pergi, orang itu nggak tahu. Aku ngacir aja, Nggak bayar. Toh dengan aku nggak bayar orang itu nggak rugi dan masih tetep 'untung', kan?"
Pernah juga parkir di pinggir jalan depan Hypermart Plaza Gresik. Karcisnya masih sama. Ada papan bertuliskan tarif untuk motor itu seribu. Tapi tetep petugasnya minta dua ribu.
Sentimenku terhadap tukang parkir bikin aku milah-milah dulu tempat mana yang mau aku kunjungi. Ya kali masa ke ATM aja dimintai uang parkir? Sungguh terlalu!
Sebenarnya ini ada kesalahan juga sih di pihak konsumen. Selalu tanya, "Berapa?" ya jelas diminta lebih mahal dari seharusnya. Padahal kalau mau peduli sama karcis (kalau diberi karcis) disitu jelas tertulis berapa yang harus dibayar.