Sengaja menulis ini karena sudah gerah banget sama yang namanya tukang parkir, apalagi tukang parkir pinggir jalan. Sudah bukan rahasia lagi kalau parkir itu sering bawa masalah, terutama parkiran yang nggak pakai sistem loket.
Orang-orang teriak 'koruptor, koruptor'! pada wakil rakyat yang ketahuan korupsi. Bukannya masa bodoh ya, tapi kayaknya tindakan terhadap koruptor kelas teri kok kurang terdengar gaungnya, ya?
Jadi ceritanya, hari ini saya ngantar adik (laki-laki) ke Dispendukcapil Gresik untuk perekaman KTP-el (sengaja nyebut lokasi). Sebelum masuk gerbang, kami sudah diarahkan tukang parkir pinggir jalan untuk parkir disitu. Saya bilang ke adik, "Masuk aja. Ada kok parkiran di dalam", tapi ternyata lagi penuh dan kami diarahkan parkir di luar di pinggir jalan.
Aku sih aslinya males ya parkir disitu. Sudah tahu modus operasinya. Kita dikasih karcis. Disitu jelas tertulis kalau tarifnya seribu rupiah, karcis untuk pemilik kendaraan, dan habis parkir harus disobek.
Ya sudahlah kami masuk. Karena kurang jelas informasi tentang perekaman KTP-el, aku mulai emosi (he he) dan akhirnya pergi dari situ. Aku kasih uang ke si adik seribu rupiah, suruh dia yang kasih ke tukang parkirnya. Rasanya males aja berurusan sama orang macam mereka. Sementara karcis dari tadi aku bawa dan aku lipat dua.
Bahkan sebelum kami mencapai motor, tukang parkir itu mengikuti kami lalu bilang, "Dua ribu!", Karena aku lagi mode emosi, maka tak tanggung-tanggung aku langsung bilang, "Lho, bukannya seribu ya? Di karcisnya seribu."
Sudah kuduga orang itu kepalang basah, lalu minta karcis yang masih aku pegang. "Iya, ya udah sini karcisnya," katanya.
"Karcisnya kan buat pemilik motor," kataku tak mau kalah.
Suasana agak ribut, dan jadi tambah sedih dan kesel karena adikku ngambil karcis dari tanganku lalu dikasih ke tukang parkir. Masih jelas aku ingat si koruptor bilang, "Wes ta, kakean ngomong iki! (Sudahlah, banyak omong ini!)". Lalu ngacir. Dasar penakut, penipu! Sudah ketahuan jeleknya, reaksi penyelamatan pertama adalah menghina orang! Padahal saya menghina dia aja nggak!
Karena aku orangnya emosian, maka di perjalanan aku nangis. Aku bahkan berargumen sama si adik. Dia bilang dia rebut karcis dari aku biar suasana nggak tambah ramai. Takutnya jadi pusat perhatian orang. Biar saja. Mana peduli. Toh bukan aku yang salah. Lalu aku ngasih tausiyah ke dia tentang bagaimana sistem parkir harusnya bekerja. Bahwa tidak semua orang itu orang baik. Kita harus teliti dan waspada biar tidak dibodohi.
Bayangkan, dari satu orang dia bisa nipu seribu rupiah. Trus berapa banyak yang parkir disitu? Berapa jam dia kerja? Dan sudah berapa bulan dia kerja? Berapa uang yang berhasil dia dapat dari aktifitas menipu? Sungguh perbuatan jahat. Kalau ada kata 'koruptor', pikiran orang pasti langsung ke wakil rakyat yang ditangkap KPK. Hellloooo.... koruptor kenyataannya ada dimana-mana!
PENGALAMAN LAIN
Pengalaman lain waktu ada di Pasar Gresik. Masih dengan karcis yang rupanya sama, kami ditarik dua ribu. Pernah pas aku kesitu sendirian, aku cuma ngasih seribu. Pak parkirnya agak terkesima, tapi nggak bilang apa-apa trus pergi.
Syukurlah gak banyak omong, pikirku. Setidaknya bapaknya berhasil satu kali terhindar dari dosa melakukan pungutan liar.
Beberapa tahun sebelumnya, waktu ke Taman Bungkul Surabaya, ini lebih ekstrim lagi. Di karcis tertulis cuma lima ratus rupiah, jadi aku kasih lima ratus. Eh orangnya nolak. Mintanya tiga ribu.
"Kan di karcis lima ratus?" belaku.
"Yah, Mbak. Kan kami kerja juga butuh makan. Butuh minum."
Dongkol sih. Tapi aku kasih aja tiga ribu. Udahlah urusan dia sama Yang Di Atas. Sejak saat itu aku nggak pernah lagi parkir di situ.
Di rumah sakit depan Bungkul juga gitu. Karcisnya seribu (yang angka satunya sudah diganti angka 2 dengan spidol), tapi temanku ditarik dua ribu. Untung pas aku pergi, orang itu nggak tahu. Aku ngacir aja, Nggak bayar. Toh dengan aku nggak bayar orang itu nggak rugi dan masih tetep 'untung', kan?"
Pernah juga parkir di pinggir jalan depan Hypermart Plaza Gresik. Karcisnya masih sama. Ada papan bertuliskan tarif untuk motor itu seribu. Tapi tetep petugasnya minta dua ribu.
Sentimenku terhadap tukang parkir bikin aku milah-milah dulu tempat mana yang mau aku kunjungi. Ya kali masa ke ATM aja dimintai uang parkir? Sungguh terlalu!
Sebenarnya ini ada kesalahan juga sih di pihak konsumen. Selalu tanya, "Berapa?" ya jelas diminta lebih mahal dari seharusnya. Padahal kalau mau peduli sama karcis (kalau diberi karcis) disitu jelas tertulis berapa yang harus dibayar.
Hendaknya dari pemerintah sendiri selalu tegas. Memang banyak sekali tukang parkir, tapi bukankah itu memang sudah jadi tanggung jawab pemerintah? Aku yakin yang punya pengalaman tidak enak dengan tukang parkir bukan hanya aku. Selain itu, beri papan dengan tulisan besar-besar tentang tarif parkir. Sebenarnya banyak orang yang aku yakin nggrundel dalam hati, cuma tidak mau ribut dengan tukang parkir lalu akhirnya mengalah.
Koruptor bukan hanya tukang parkir. Pegawai pemerintah ada juga, seperti polisi yang minta dibuatkan surat kehilangan atau pegawai desa yang dimintai pembuatan surat. Ketika kita bilang, "Berapa, Pak?" jawabnya "Seikhlasnya." Ini jelas bukti kalau tidak ada tarif resminya. Tapi aku pernah dengar kalau praktik pungli begini sudah dihapuskan. Ternyata memang benar. Sudah kubuktikan. Jadi aku nggak bakal bayar atau tanya berapa tarifnya kalau orangnya sendiri tidak minta. Tahu ini rasanya lega.
MINTA KARCIS
Kalau aku yang sudah diberi karcis saja masih berani melakukan penipuan (atau juga pemerasan?) apalagi kalau tidak diberi karcis? Jadi kalau parkir, harusnya minta karcis. Karcis yang baru, bukan yang sudah ditekuk apalagi lecek (aku dulu pernah nerima karcis yang lecek banget!). Kalau karcisnya penampakannya seperti itu, bisa dipastikan itu karcis 'malak' dari orang yang sudah parkir sebelumnya. Seharusnya kan sesudah parkir karcis harus dirobek, agar tidak bisa dipakai lagi oleh tukang parkir. Kalau harusnya dengan satu karcis uang yang masuk seribu, dengan dipakai lagi bisa menghasilkan dua ribu, tiga ribu, dan seterusnya.
Jadi tipsnya, mintalah karcis parkir. Lalu bayar sesuai tarif yang tertulis. Jangan beri karcis pada tukang parkir. Kalau tetap dipaksa, robek aja karcis itu di depan mukanya. Hehe...
PENIPU SEKALIGUS PENGECUT
Orang-orang seperti itu, sudah penipu, pengecut lagi. Mungkin memang sudah paket komplit kali ya. Penjahat ya pengecut. Orang takut karena salah. Harusnya jika dia merasa benar, ya jelaskan dong aku salahnya dimana. Sudah ketahuan salah, yang keluar dari mulutnya cuma umpatan, lalu ngeloyor pergi. Itu laki-laki apa tempe ya?
Kalaupun diajak adu argumen aku nggak takut, karena aku nggak salah. Kalau masih nyolot, bakal kubawa dia ke DPRD (ada di sampingnya Dispenduk!) tapi karcisku sudah keburu direbut adik dan aku yakin penipu itu bakalan takut dan menolak kalau harus ke DPRD.
Karena itulah aku salut sama tukang parkir yang benar-benar bertanggung jawab, yang aku sendiri lupa pernah aku jumpai atau tidak.
Aku sudah mengadukan hal ini lewat internet. Jika ada yang mau mengadu, bertanya, saran tentang layanan di Gresik, bisa isi form pengaduan di sini
Artikel ini juga dimuat di blog pribadi saya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H