Sakitnya masih bertahan sampai kos. Aku jadi bingung, ini aku nanti bisa makan nggak, ya? Gawatnya lagi, siang aku harus kuliah. mana harus ngomong, lagi
Ternyata sakitnya nggak bertahan lama banget. Sebelum kuliah aku bahkan sudah bisa makan nasi.
Pengeluaran kunjungan pertama: administrasi 5.000 + dokter dan obat 15.000 + parkir 2.000 = 22.000
Kunjungan Kedua
Masih di hari Kamis pada minggu berikutnya. Poli gigi masih sama menakutkannya. Kali ini aku dibaringkan di kasur yang lain (di poli gigi itu kasurnya ada dua). Kali ini yang menangani dokter laki-laki.
Dokter yang satu ini terkesan lebih ‘kasar’ karena beberapa kali aku sempat kesakitan waktu gigiku dibersihkan. Bahkan aku sempat melihat gumpalan darah setelah aku berkumur. Hi, ngeri juga.
Yang kedua ini tambalan minggu sebelumnya diambil kemudian ditambal lagi dengan serabut putih yang entah sama atau tidak dengan yang kemarin. Setelah itu, ditambal lagi dengan cairan ketal putih mirip pep****nt. Rasa dan baunya pun mirip itu.
Seiring berjalannya waktu rasa dan baunya tidak hanya mirip odol itu, tapi juga mirip bau poli gigi. Parahnya, waktu makan terkadang rasa makanannya tercampur rasa odol dan poli gigi itu. Walaupun bukan rasa yang nggak enak banget, tapi kan gimana gitu. Belum lagi sensasi rasa 'crack' waktu pasta yang sudah mengeras itu tergigit. Geli gimana gitu
Untuk kali ini sudah tidak dikasih obat lagi, walau dikenakan biaya yang sama. Kata dokternya, aku masih harus kontrol lagi sekitar dua kali. Aku membatin, kalau gini lama-lama biayanya sama dengan biaya dokter gigi non puskesmas, dong?
Kunjungan Ketiga
Kali ini aku datang lebih pagi dari kunjungan sebelumnya. Sengaja aku nggak parkir motor di tempat parkir, tapi di dekat warung. Habis, males banget kalau harus bayar parkir dua ribu, soalnya aku sentimen sama yang namanya tukang parkir. Tahu atau tidak, mereka itu banyak yang seenaknya sendiri korupsi. Udah selangkah mirip sama para pejabat.