Aku memilih diam saja, sebab aku nggak mau dianggap pasien yang cerewet. Kalau sakit ya resiko, siapa suruh giginya bolong?
Tapi aku nggak tahan juga untuk bilang, “Ini diapain ya, Dok?” waktu si dokter udah mulai bersiap beraksi dengan alat-alatnya yang menakutkan.
“Cuma dibersihkan.”
Bohong. Pasti nggak cuma dibersihkan aja. pasti akan terjadi sesuatu yang lain.
Si dokter mengambil salah satu alat yang mirip bor mini dengan ujung tumpul. Nah, mungkin ini yang katanya dulu disebut bor. Apa ‘bor’ ini untuk membersihkan gigiku?
Aku bersiap-siap merasa sakit ketika alat si dokter mau menyentuh gigiku. Ternyata begitu mendarat, aku nggak merasa sakit. Tapi merasakan rasa yang tidak enak di mulutku. Ya, semacam bau bor begitulah (padahal aku nggak tau persis bau bor itu bagaimana).
“Kumur,” begitu perintah si dokter setelah selesai ‘mengebor’ gigiku. Begitu kumur, rasanya agak pahit gimana gitu. Ternyata proses pembersihan gigi nggak cuma sekali aja, namun diulang-ulang.
Pada akhirnya, si dokter memasukkan sesuatu di gigiku yang berlubang. Semacam serabut halus berwarna cokelat begitu. Si dokter menekan-nekan serabut itu di lubang gigi, kemudian ditutup dengan serabut putih yang lebih halus teksturnya, namun lebih kasar dari kapas.
Seingatku prosesnya cuma segitu. Terus kata dokter, itu tadi berfungsi untuk mematikan saraf gigi. Kenapa begitu? Aku nggak tahu. Aku bahkan sempat berpikir kalau suatu saat gigi berlubangku itu akan dicabut paksa. Tapi pikirku, gigi yang dicabut dulu cuma gigi seri dan gigi taring, tidak pernah gigi geraham.
Dokternya bilang, mungkin selama seminggu itu gigiku akan sakit, namun ada juga orang yang tidak merasakan apa-apa. Aku harap aku orang yang tipe kedua. Dokternya juga bilang kalau aku harus kontrol tiap minggu. Oh ya, para serabut itu, khususnya yang cokelat, rasanya kayak cengkeh dan cukup kuat. Yakin, deh, soalnya dulu waktu kecil sempat penasaran. Aku pikir cengkeh itu bisa dimakan kayak kue nastar. Ternyata...
Selesai prosesnya,tiba-tiba gigiku rasanya sakit banget, lebih sakit dari hari sebelumnya sebelum dibawa ke puskesmas. Kepalaku sampai terasa berat saking nahan sakitnya. Sama dokter disuruh bayar 15.000 kemudian diberi resep obat. Obatnya berupa pil enam butir, yang segera habis dalam dua hari.