Mohon tunggu...
Hida Al Maida
Hida Al Maida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara

Seorang introvert yang menyukai seni, puisi, langit, bintang, hujan, laut, bau buku, dan menulis. Punya kebiasaan aneh berbicara dengan diri sendiri, dan mencoret-coret setiap halaman paling belakang buku pelajarannya karena merasa isi kepalanya terlalu meriah, riuh, dan berisik untuk didiamkan begitu saja. Gemar menulis novel, puisi, serta tertarik tentang banyak hal berkaitan dengan hukum, perempuan, dan pendidikan. Baginya, setiap hal di muka bumi ini adalah keindahan dan makna yang perlu diselami sampai jauh, sampai kita menemukan sesuatu bernama hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Peri Buruk Rupa dan Kawanan Anjing

7 September 2023   09:31 Diperbarui: 7 September 2023   09:49 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            Miris memang. namun, begitulah kehidupan persahabatan dengan Fau yang sudah Kee jalani belasan tahun.

            "Aku menulis dongeng baru."

            Pagi ini, usai pertengkaran kecil mereka kemarin yang tak berujung, Fau datang. Dengan dress cokelat mudanya yang berkibar-kibar lembut, perempuan itu menyodorkan kertas-kertas berisi dongeng terbarunya. "Peri Buruk Rupa dan Kawanan Anjing," katanya menyebutkan judulnya.

            Kee tidak bisa menolak. Diajaknya Fau duduk, disediakannya secangkir jus dan kue kering untuk Fau, lalu mulai menekuri isi dongeng yang Kee yakin diselesaikan sahabatnya itu sepanjang malam---kantung matanya tampak begitu hitam pagi ini.

            "Kau akan merusak imajinasi anak-anak, Fau," komentar Kee setelah membacanya. "Mana ada peri yang buruk rupa?"

            "Karena mereka selalu identik dengan sosok mungil bersayap, lincah, dan cantik?" sahut Fau.

            Kee mengangguk tanpa ragu. Kata Fau, Kee adalah manusia paling normal yang pernah dia temui di dunia ini. Pria itu penuh pesan moral. Karena itu, semua dongeng Fau harus melewati Kee lebih dulu untuk uji kelayakan---bahkan sebelum diserahkan pada penyunting naskah.

            "Kau ingin ikut membohongi anak-anak, Kee?" tutur Fau.

            Kee mengerutkan kening.

            Fau bertanya lagi. "Kau ingin semua anak berlomba menjadi cantik dan baik? Seperti peri?"

            "Para orang tua menyukai itu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun