Mohon tunggu...
Hida Al Maida
Hida Al Maida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara

Seorang introvert yang menyukai seni, puisi, langit, bintang, hujan, laut, bau buku, dan menulis. Punya kebiasaan aneh berbicara dengan diri sendiri, dan mencoret-coret setiap halaman paling belakang buku pelajarannya karena merasa isi kepalanya terlalu meriah, riuh, dan berisik untuk didiamkan begitu saja. Gemar menulis novel, puisi, serta tertarik tentang banyak hal berkaitan dengan hukum, perempuan, dan pendidikan. Baginya, setiap hal di muka bumi ini adalah keindahan dan makna yang perlu diselami sampai jauh, sampai kita menemukan sesuatu bernama hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kita Rehat Saja Dulu (Cerpen)

23 Juni 2023   20:40 Diperbarui: 23 Juni 2023   20:42 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, Rihga tidak mungkin mengiyakan begitu saja. Kanaya memberinya pertanyaan yang sangat Rihga inginkan jawabannya sejak gadis itu tiba-tiba mengaku menyukainya. Maka, Rihga ikut turun dan menyusulnya.

Persis seperti yang diduganya, Kanaya menoleh dan menatapnya dengan kening berlipat. Cahaya matahari yang menghunjam wajahnya, latar belakang toko-toko di belakangnya, serta bunyi lalu lalang kendaraan merefleskikan rutinitas mahasiswa di kota-kota besar.

Rihga memandanginya lama-lama.

"Kak Rihga turun di sini, atau mau menyampaikan sesuatu buat mematahkan ucapanku tadi?" tanyanya terus terang, masih dengan pembawaannya yang tenang.

Raut wajah kusut Rihga mengendur. Laki-laki itu menunduk sebentar untuk menatap Kanaya lagi setelahnya. "Aku gagal, Nay," akunya. "Lagi."

"Terus apa yang Kak Rihga lakukan? Ngamuk di depan Pak Brata atau banting proposal ke mukanya?" sahutnya.

"Proposalnya kubuang. Aku muak."

Bahu Kanaya merosot seketika. "Yaah, gitu aja nyerah." Suaranya berubah lirih.

Alis Rihga bertaut tak suka. "Aku bukan kamu, ya, Nay," tudingnya. "Aku bukan kamu yang masih bisa ketawa dan lanjut baca buku walau udah dimarahin habis-habisan sama Pak Brata. Aku juga bukan kamu yang bisa makan tenang di kantin setelah dicerca sama Pak Brata."

"Yup, Kak Rihga bener." Sekali lagi, si aneh itu---sebutan Rihga untuk nama baru Kanaya---mengaamiini perkataannya. "Mental setiap orang berbeda. Tapi bukannya itu gak sepantasnya dijadikan alasan untuk menyerah? Istilah 'kalau orang lain bisa, kenapa aku nggak?' itu ada benernya, loh, Kak Rihga. Karena setiap orang pasti punya alasan kenapa dia bertahan dalam sesuatu."

Kali ini, semesta sedikit unik. Baru saja Rihga mempertanyakan alasan-alasannya tetap hidup dan bertahan, sosok Kanaya tiba-tiba saja menyinggung hal yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun