Mohon tunggu...
Hida Al Maida
Hida Al Maida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara

Seorang introvert yang menyukai seni, puisi, langit, bintang, hujan, laut, bau buku, dan menulis. Punya kebiasaan aneh berbicara dengan diri sendiri, dan mencoret-coret setiap halaman paling belakang buku pelajarannya karena merasa isi kepalanya terlalu meriah, riuh, dan berisik untuk didiamkan begitu saja. Gemar menulis novel, puisi, serta tertarik tentang banyak hal berkaitan dengan hukum, perempuan, dan pendidikan. Baginya, setiap hal di muka bumi ini adalah keindahan dan makna yang perlu diselami sampai jauh, sampai kita menemukan sesuatu bernama hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Takut

5 Maret 2023   11:53 Diperbarui: 22 Juni 2023   10:23 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            "Aku sudah katakan kalau aku takut berdosa, Pak."

            "Kau akan mati pada akhirnya."

            "Setidaknya dengan cara yang elegan."

            "Cara yang elegan?"

            "Dibunuh, tertabrak kereta, atau tiba-tiba mati saat aku tidur terdengar elegan."

            Harianja menghela nafasnya panjang. Apa kabar dengan dirinya yang malah menghindari kematian dengan cara-cara yang disebutkan gadis itu? Namun, percakapan ini membawa Harianja pada satu kebenaran; semua manusia akan mati pada akhirnya. Pertanyaannya hanyalah bagaimana dia akan mati? Membayangkannya saja membuat Harianja merinding. Keresahan-keresahan itu kembali menguak.

            "Kekasihku mengkhianatiku, Pak. Tugas akhir ini tidak selesai-selesai dan aku disuruh merevisi ribuan kali. Belum lagi tunggakan ini itu yang harus kubayar. Bukankah mati lebih baik, Pak?" tanya gadis itu.

            Sebaliknya, Harianja menemukan alasan mengapa dia takut kematian merenggutnya segera. Dia punya banyak tabungan. Apartemennya cukup luas. Pekerjaannya adalah pekerjaan yang diidam-idamkan orang lain di luar sana. Beberapa negara sudah pernah dia kunjungi. Rekan-rekan kerjanya mengelu-elukan namanya. Prestasinya melangit. Satu-satunya yang tidak dia punya hanyalah teman hidup.

            Artinya, jika gadis di sebelahnya ingin hidupnya cepat berakhir karena masalah bertubi yang menimpanya, Harianja malah takut menghadapi kematian karena tak ingin meninggalkan pencapaian-pencapain yang sudah diraihnya---di samping dia tidak ingin mati mengenaskan karena tidak punya siapa-siapa di sisinya.  

            "Katanya akan ada sesuatu yang indah di masa depan," celetuk gadis itu lagi. "Sayangnya aku terlalu lelah untuk terus berjalan ke masa depan itu. Rasanya seperti berjalan di jalan yang sangat panjang dan tidak ada akhirnya."

            "Kau pasti akan sampai di sana." Harianja ingin mengatakannya. Namun, pria itu bimbang. Bagaimana jika sampai di sana, gadis di sebelahnya mengalami keresahan yang sama seperti dirinya saat ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun