Mohon tunggu...
Endru Lazuardi
Endru Lazuardi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Good Company Bad Stock: SSIA

20 Desember 2017   23:59 Diperbarui: 21 Desember 2017   00:36 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pada analisis Good Company-Bad Stockini, saya akan memberikan analisis untuk perusahaan PT Surya Semesta Internusa (SSIA). Sebagai info, Kegiatan utama Perseroan bergerak dalam bidang pengembangan kawasan industri, properti komersial, jasa konstruksi dan perhotelan melalui penyertaan pada Entitas Anak. Perusahaan ini melantai di bursa pada tanggal 27 Maret 1997, dengan nilai nominal Rp 500,- per saham dengan harga penawaran Rp 975,- per saham. 

SSIA memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek Indonesia, yaitu Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA). Kemudian untuk kalian yang penasaran menganpa perusahaan ini dapat di katergorikan sebagai good company bad stock, berikut adalah analisis dengan menggunakan top-down approach:asd

Analisis Makro Ekonomi

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

PDB

6.20%

6.00%

5.56%

5.02%

4.79%

5.00%

5.06%

Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat perlambatan pertumbuhan produk domestik bruto yang cukup signifikan pada tahun sejak tahun 2012 sampai tahun 2015 jika dibandingkan dengan tahun 2011, setelahnya baru perlahan terjadi percepatan atau peningkatan pertumbuhan dari PDB Indonesia. Terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan perlambatan tersebu terjadi. Kondisi politik dalam negeri misalnya, kondisi politik yang tidak stabil karena mendekati masa pemelihan presiden yang baru bisa menjadi salah satu penyebab hal ini. 

Dilain pihak, apabila melihat melalui pandangan global, setelah mengalami rebound dari resesi global yang besar (2007-2009), laju pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia menurun pada periode 2010-2014. Namun demikian percepatan PDB di Indonesia pada tahun 2016 mengindikasikan ekonomi dan kestabilan dalam negeri maupun luar negeri indonesia menjadi semakin membaik dimana Indonesia memiliki kekuatan konsumen yang mendorong perekonomian dan telah secara signifikan memicu pertumbuhan investasi domestik dan asing sejak 2010. 

Selain itu tingkat suku bunga juga sedang tinggi saat mengalami perlambatan, Tingkat suku bunga yang tinggi membatasi pertumbuhan kredit dan karenanya mengurangi pertumbuhan ekonomi. Sejak pertengahan tahun 2013, bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) meningkatkan suku bunga acuannya (BI rate) dari level terendah dalam sejarah pada 5,75% kemudian secara bertahap, namun agresif, naik menjadi 7,75% di akhir 2014.

Analisis Industri

Prediksi sebagian pengembang bahwa tahun ini bakal menjadi tahun kebangkitan sektor properti tidak sepenuhnya tepat. Kendati pemerintah telah memberikan stimulus pemerintah melalui paket kebijakan ekonomi, mulai dari penurunan bunga kredit, relaksasi loan to value, potongan pajak penjualan, deregulasi perizinan, hingga amnesti pajak untuk mendorong pertumbuhan tidak berjalan mulus. Padahal Paket-paket tersebut sengaja dikeluarkan untuk mendorong minat masyarakat berinvestasi di sektor properti.

Colliers mencatat, kenaikan take up rate pada kuartal kedua 2017 hanya 84,86 persen. Artinya, terjadi penurunan 1,04 persen bila dibandingkan dengan kuartal pertama tahun ini yaitu 85,91 persen atau turun 1,05 persen bila dibandingkan kuartal yang sama tahun 2016 yaitu 85,90 persen. Kendati demikian, masih tetap ada peluang bagi properti untuk bangkit. Paket kebijakan ekonomi yang digulirkan pemerintah merupakan kebijakan yang positif. Terutama relaksasi loan to value dan penurunan suku bunga. 

Saat ini pemerintah harus dapat menjaga kepercayaan pasar dengan memahami situasi dan kondisi yang berkembang, dan jangan sampai menggunakan kebijakan yang kontradiktif dengan situasi saat ini seperti beberapa waktu lalu, dimana sempat berkembang isu yang cukup meresahkan pasar sehingga berpengaruh terhadap pembelian di sektor properti, seperti penarikan pajak progresif kepada pengembang yang tanahnya menganggur atau apartemen yang menganggur.

Analisis Mikro Perusahaan

PT Surya Semesta Internusa (SSIA)[9M] 20179M 20169M 20159M 20149M 20139M 20129M 2011Revenue2.4 T3.0 T3.9 T3.3 T3.4 T2.7 T2.2 TOperating Profit2.0 T386.5 B731.3 B386.3 B749.5 B682.0 B333.1 BNet.Profit1.2 T118.0 B476.4 B228.5 B486.0 B550.7 B183.1 BPBV0.48 x0.77 x0.90 x1.27 x1.40 x3.83 x1.46 x

Ini hanya sebagian singkat dari analisis mikro perusahaan, namun demikian melalui ini saja kita dapat melihat Revenue pada tahun Quartal 3 2017 mengalami penurunan sebesar 20% dibandingkan pada Quartal 3 2016, atau senilai Rp 600 Miliar. Operation profit meningkat secara sangat signifikan sebesar 417% dibandingkand dengan tahun 2016 atau senilai lebih dari 1,6 Triliun. hal ini berdampak pada peningkatan net profit yang sangat signifikan juga sebesar  917% atau senilai lebih dari 1 Triliun dibanding tahun sebelumnya. PBV menunjukan penurunan yang berarti harga saham undervalued.Kondisi tersebut dapat dikatakan lebih parah dibanding tahun kuartal 3 tahun 2016.

Valuasi

Sales
Book value
Dividend
Cash flow
(P/S ratio)
(P/B ratio)
(yield)
(EV/EBITDA)

Current value

0.59 x

0.77 x

2.28%

20.76 x

Historical comparison

Result

Undervalued

Undervalued

Undervalued

Overvalued

Average

0.62 x

1.01 x

1.89%

7.19 x

Importance

High

Low

Low

Low

Peer comparison

Result

Undervalued

Undervalued

Undervalued

Overvalued

Average

1.68 x

2.13 x

2.01%

82.9 x

Adjusted

1.68 x

1.01 x

2.01%

7.19 x

Correlation

0.33

0.36

0.47

0.76

Comparison

Domestic industry

Domestic industry

Domestic industry

All stocks in the world

Importance

Low

Low

Low

High

Surya Semesta Internusa dianggap undervalued berdasarkan analisis perbandingan historisnya (KPI: rasio P / S), namun dinilai dinilai terlalu tinggi berdasarkan analisis perbandingan rekannya (KPI: EV / EBITDA multiple). Namun, perbandingan historis menunjukkan korelasi yang lebih tinggi dengan harga saham Surya Semesta Internusa. 

Akibatnya, stok ini oleh karena itu saat ini dianggap 'undervalued'. Selanjutnya, permintaan Surya Semesta Internusa bisa menjadi lebih kuat dalam jangka panjang karena risiko turunnya yang terbatas mengingat rasio P / B di bawah 1,0, kecuali arus kasnya yang memburuk ke depan. Fakta bahwa Surya Semesta Internusa dianggap "undervalued" oleh analisis ini menunjukan (walau tidak pasti) akan terjadi kenaikan harga pada waktu mendatang.

Berdasarkan penilaian atau analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa PT Surya Semesta Internusa (SSIA) memiliki nilai fundamental mikro perusahaan yang cukup baik saat ini. Ini menandakan bahwa performa SSIA tahun ini sangat baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kendati demikian, PBV yang ada saat ini masih menunjukan terjadi penolakan terhadap baiknya kinerja perusahaan saat ini, yang berarti ekpektasi investor terhadap saham ini masih tidak cukup baik.  

Maka dari itu nilai undervalued yang dimiliki SSIA pada akhirnya menyimpulkan bahwa perusahaan ini baik secara nilai fundamental dan memiliki kinerja yang baik jika dibandingkan dengan “peer” nya tetapi tidak terapresiasi oleh pasar, sehingga dinyatakan sebagai Good Company Bad Stock.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun