Mohon tunggu...
Hesti Edityo
Hesti Edityo Mohon Tunggu... Administrasi - Guru

Seorang ibu dari 4 lelaki hestidwie.wordpress.com | hesti-dwie.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[MPK] Merangkai Untaian Mimpi #2

10 Juni 2011   14:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:39 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ibu? Rum nggak salah dengar, kan?" terbata Ruminah bertanya. Ia mencubit lengannya sendiri, sakit! Ini bukan mimpi!

Mbak Indah mengangguk, "Iya, Rum. Kamu nggak salah dengar. Sebenarnya permohonan itu sudah Ibu ajukan sejak 3 bulan lalu. Diproses selama 3 bulan, hasilnya baru keluar hari ini. Maaf, ya, Rum, kalau Ibu nggak pernah cerita sebelumnya. Ibu hanya ingin kamu punya bekal yang lebih baik, Rum. Pak Karjo sering cerita ke Ibu, kalau kamu selalu juara kelas dari SD dan ingin sekali melanjutkan kuliah. Ibu lihat, kamu orang yang ulet, jadi Ibu yakin kamu bisa."

Ruminah terdiam. Bulir bening muncul di sudut-sudut matanya. Baru beberapa menit lalu, kisah Lara Cameron menginspirasi dirinya. Siapa sangka, jalan meraih mimpi itu kini ada di hadapannya? Ah, gusti Allah memang welas asih!

"Tahu nggak, Rum, siapa yang bantu Ibu mengurus berkas-berkas scholarshipkamu?"

"Bapak yah?" Ruminah menggeleng dan balik bertanya.

"Oooh bukan,bukan. Mana sempat Bapak mengurus ini itu kesana kemari. Tuh,si John tetangga kita itu yang bantu semuanya." Mbak Indah tersenyum menggoda Ruminah.

Ruminah jadi tersipu malu, "Oh, kok bisa-bisanya yah dia mau bantu saya?"

"Bukan cuma itu saja. John juga kuliah di situ udah semester tiga sekarang. Nah, dia mau ajak kamu bareng ntar kalau jam kuliahnya sama. Selebihnya, ia juga bersedia antar jemput kamu ke train station terdekat." Masih dengan nada menggoda Mbak Linda melanjutkan "Sepertinya ia perhatian banget sama kamu, Rum... "

Wajah Ruminah memerah, "Ah, Ibu! Terima kasih, Bu, mimpi Rum akhirnya terwujud!" Ruminah mencium tangan Mbak Indah penuh dengan rasa hormat.

Bulir-bulir bening di sudut mata Ruminah mulai mengalir jatuh. Ingin sekali Ruminah memeluk Simbok  dan bersujud di kakinya sekarang. Rasa rindu yang membuncah dan rasa bahagia atas rahmat yang diterimanya membuat perasaan Ruminah bercampur baur. Seandainya Simbok bisa melihatnya, Ruminah yakin, Simboknya pasti sangat bahagia.

Gurat-gurat wajah Simbok yang menua seakan hadir begitu jelas di pelupuk mata Ruminah. Ia hanya berbisik dalam hati, "Aku bisa kuliah, Mbok!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun