Mohon tunggu...
Hesdo Naraha
Hesdo Naraha Mohon Tunggu... Freelancer - Sharing for caring by "Louve" from deep Instuisi-Ku

God Is Good All The Time 💝

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masihkah Ada Semangat Laskar Pelangi di Hati Kita?

8 Mei 2020   09:00 Diperbarui: 8 Mei 2020   09:51 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sebuah refleksi ditengah peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2020)

Peringatan Hari Pendidikan Nasional atau seringnya disingkat menjadi: HARDIKNAS, setiap tahun diperingati pada tanggal 02 Mei; sebagaimana hari kelahiran Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Indonesia.

Sejarah pendidikan di Indonesia tidak lepas dari begitu banyak realita kepahitan hidup pada masa-masa awal, tertekan serta terhimpit oleh berbagai alasan penjajah, justru sama sekali tidak memadamkan Api semangat; perjuangan para tokoh disetiap masanya dalam menjalankan giat pendidikan dimasa lalu.

Berpuluh-puluh tahun berlalu, sejak Ki Hajar Dewantara lebih dulu menanamkan dasar bagi pendidikan di Negara kita tercinta: Indonesia, hari ini wajah pendidikan masih saja diperhadapkan dengan berbagai persoalan.

Namun apakah setiap persoalan akan memadamkan semangat juang kita, yaitu: Kita yang mengajar dan belajar! Apakah demikian? Jawablah pertanyaan itu didalam hati masing-masing, sembari melihat sejauh mana ‘saya’ sudah berjuang.

Mungkin Api semangat, dan perjuangan itu masih tetap membara 

Siapakah yang tidak mengenal sebuah film bertema Pendidikan, karya: Mira Lesmana (sebagai produser), dan Riri Riza (sebagai sutradara). Setiap kali Peringatan Hari Pendidikan Nasional, film ini selalu menjadi rekomendasi utama untuk ditontonkan sebagai sebuah pembelajaran; dengan alasan bahwa film tersebut mengajarkan nilai semangat juang, kesetiaan, konsistensi, kesabaran, serta patang menyerah yang sudah seharusnya dimiliki oleh setiap kita pelajar Indonesia dimana pun berada.

Film Laskar Pelangi menceritakan perjuangan hidup para pembelajar dalam menghiupi pahitnya kenyataan hidup dimasa itu, ketika setiap orang yang ingin belajar harus bersusah payah, mengobarkan banyak hal demi terwujudnya pendidikan yang layak.

Pembelajar dalam pandanganku ialah terdiri atas dua elemen yang saling berkaita yaitu: pertama ‘Orang yang belajar’ adalah penekanan pada siswa; atau orang-orang yang berusaha untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Dan yang kedua adalah ‘Orang yang mengajar’ penekanannya pada guru/tutor/mentor atau siapapun yang memberi, dan membagi pengetahuannya.

Sebelas tokoh utama yang menggambarkan ciri, dan karakteristik pelajar, dan dua tokoh utama yang menunjukan sikap, dan kepribadian guru dalam film Laskar Pelangi begitu jelas menunjukan seperti apa wajah pendidikan Indonesia; di daerah-daerah terpencil, di tengah-tengah kehidupan masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah. Tentu segala keterbatasan yang dimiliki sangatlah menyedihkan, dan disayangkan mengapa masih terjadi, dan bahkan tetap ada!

Film Laskar Pelangi sebagai sebuah karya besar yang diadopsi berdasarkan realita, film ini ditayangkan untuk pertama kalinya pada tanggal 25 September 2008.

Jika dihitung usianya hampir 12 tahun menemani banyak anak-anak dan orang dewasa untuk tetap berani bermimpi dan berusaha keras dalam menggapai cita-cita; sekalipun mungkin setiap cita itu begitu jauh rasanya, khalayaknya bintang di langit.

Siapa saja yang menonton Film Laskar pelangi akan merasakan sesuatu yang berbeda, film ini memberikan semangat, motivasi dan juga harapan besar pada setiap kita bahwa berjuang haruslah sepanjang waktu, tidak ada kata ‘nanti’ untuk berjuang demi mewujudkan setiap mimpi.

Ikal, dkk; Tokoh Utama Murid dalam Film Laskar Pelangi (loop.co.id)
Ikal, dkk; Tokoh Utama Murid dalam Film Laskar Pelangi (loop.co.id)
Tahun ini perhelatan Hari Pendidikan Nasional diperingati dengan tema: “Belajar Dari Covid-19” sebuah tema yang sangat menarik, dan tidak biasanya dipakai, namun tema ini ingin mengajak kita untuk melihat, merasakan dan berpikir secara realistis bahwa benar adanya; semenjak pandemi Covid-19 mewabah di Negara kita, dan semua Negara di dunia begitu banyak hal berubah, dan terjadi begitu saja.

Oleh sebabnya Mas Menteri Nadeim Makarim (Menteri Pedidikan Indonesia) dalam sambutannya di peringatan HARDIKNAS tahun 2020, menyatakan kepada kita semua bahwa :

Pertama. Ini adalah kali pertamanya guru-guru melakukan pembelajaran secara online.

Kedua. Orang tua untuk pertama kali menyadari betapa sulitnya tugas guru, dan tantangan untuk mengajar anak secara efektif.

Ketiga. Guru-siswa-orang menyadari bahwa pendidikan bukan hanya suatu hal yang dilakukan disekolah, tapi pendidikan yang efektif membutuhkan kolaborasi antara ketiga pionir ini.

Keempat. Melalui Covid-19 masyarakat juga belajar betapa pentingnya pola hidup sehat, dan betapa pentingnya norma-norma kemanusiaan didalam masyarakat, termasuk timbulnya empati, dan solidaritas diantara kita.

Dan yang terakhir. Mas Menteri menegaskan bahwa “Ini saatnya berinovasi dan bereksperimentasi, dan saatnya untuk belajar mendengar hati nurani, untuk belajar dari Covid-19.” 

Pendidikan Masa Kini Vs Pendidikan di Masa Laskar Pelangi

Chronosystem sebagaimana Bronfenbrenner menyatakanya dalam Teori Sistem Ekologi (unidiversidad.com)
Chronosystem sebagaimana Bronfenbrenner menyatakanya dalam Teori Sistem Ekologi (unidiversidad.com)

Betapa bahagianya bukan? Ketika kita diminta untuk tetap #dirumahaja namun aktivitas belajar kita tetap harus berlangsung. Persoalan yang dihadapi oleh dunia pendidikan masa kini tidaklah berbeda jauh dengan persoalan yang digambarkan dalam film Laskar Pelangi.

Problematika yang muncul karena adanya ketimpangan ekonomi adalah hal yang masih digumuli oleh para pembelajar didaerah-daerah terpencil; mirisnya kalau Laskar Pelangi masih memiliki gedung sekolah walaupun tidak layak, justru banyak diantara kita yang belum memiliki gedung belajar sama sekali.

Minimnya tenaga pendidik yang berkompentensi adalah problematika yang dihadapi oleh Laskar Pelangi, tetapi juga oleh kita disaat ini. Sungguh disayangkan ketika begitu banyak anak-anak yang tidak bisa belajar sekalipun memiliki gedung sekolah, karena kurangnya guru sebagai tenaga pendidik.

Realita ini terjadi pada salah satu sekolah didaerah saya di Maluku Tenggara, sebut saja kampung/desa (W); akibat keterbatasan guru, seorang Pendeta (Sebagai pelayan Gereja) lalu turun tangan mengambil alih sebagai pengajar demi mengisi kekosongan yang ada, dan tetap menjamin berlangsungnya pendidikan bagi anak bangsa.

Namun satu persoalan yang lebih berat lagi ialah degradasi semangat dan motivasi. Mungkin masih ada tapi tidak sebanyak yang dulu; ketika Laskar Pelangi menunjukan beratnya perjuangannya mereka demi mendapatkan Ilmu melalui sekolah.

Hari ini banyak anak-anak kita, generasi diambang zaman minelial justru mengalami defisit terhadapa semangat dan motivasi belajar. Padahal yang seharusnya terjadi ialah mereka semakin semangat, terpacu dan giat untuk belajar.

Walaupun presantase jumlahnya tidak begitu banyak, akan tetapi penyakit di tengah-tengah globalisasi ini sudah mewabah lebih awal sebelum Covid-19, dan menulari begitu banyak anak-anak di kota-kota besar maupun daerah-daerah kecil sampai pedesaan. Inilah yang disebut Chronosystem sebagaimana Bronfenbrenner menyatakanya dalam Teori Sistem Ekologi.

Sehingga sangat disayangkan ketika semangat juang yang dipertontonkan oleh Laskar Pelangi, yang seyogya nya harus dimiliki oleh setiap kita, kini telah ambruk hanya karena kenikmatan menjejaki dunia media sosial, hanya karena pentingnya membuka aplikasi games online dari pada membuka buku. Alhasil tidak banyak anak-anak yang mulai mengalami kemerosotan dalam pencapaian akademik, karena kurangnya belajar.

Orang Tua Sebagai Pendonor Semangat Belajar bagi Anak-anak 

Suneo dalam serial
Suneo dalam serial "Doraemon" selalu dikaitkan sebagai gambaran generasi masa kini (liputan6.com)

Sebagai penutup, saya ingin mengatakan hal ini: Orang Tua adalah Pendonor Semangat Belajar Bagi Anak-anak. Mengapa demikian?

Anak-anak setiap harinya bertemu dengan orang tua mereka, terkecuali bagi mereka yang sudah kehilangan salah satu atau bahkan kedu orang tuanya. Bagi mereka yang masih memiliki orang tua; ayah dan ibu, haruslah banyak mengabadikan waktu bersama, bisa dengan belajar bersama: Ingat pesannya Mas Menteri “orang tua harus menjadi guru bagi anak dirumah, karena belajar bukan hanya disekolah.”

Selain itu orang tua juga harus menjadi -Pendonor Semangat Belajar- yang bukan hanya memberikan interuksi, tetapi harus terlibat lansung dalam aktivitas anak yaitu: belajar bersama anak.

Banyak anak-anak yang sebenarnya menginginkan belajar dengan orang tuanya (atau dengan kata ingin diperhatikan lebih) tetapi merek tidak dapat menyatakannya, maka sebagai orang tua kita harus peka memahami perilaku anak, dan jangan memarahinya sebagai tambahan beban mental anak.

Dan yang terpenting adalah sharing by story telling. Anak-anak sangat suka bercerita bukan? Nah, pergunakan masa-masa #dirumahaja; WFH (work from home); learn from home sebagai waktu yang tepat untuk banyak berbagi dengan anak-anak.

Berbagi berarti selain orang tua yang bercerita, kita juga harus membiasakan anak kita untuk bercerita agar dari rumah; dia dilatih menjadi lebih percaya diri ketika tampil diluar rumah.

Jadi masih dengan nuansa HARDIKNAS 2020, dibawah payung Tema “Belajar Dari Covid-19” penulis mau mengatakan: Selamat menikmati Pendidikan sebagai anugerah Tuhan bagi setiap kita, apapun keadaan kita, kapan dan dimana saja teruslah belajar, karena belajar memberanikan kita untuk bermimpi dan mewujudkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun