Mohon tunggu...
Hery Sinaga
Hery Sinaga Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil

-Penulis konten -saat ini sedang suka-sukanya menggeluti public speaking -Sedang menyelesaikan buku motivasi -karya novel : Keluargaku Rumahku (lagi pengajuan ke penerbit)

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mari Jaga Bumi dengan Tindakan Kecil dan Sederhana untuk Mendukung Net-Zero Emissions

3 Oktober 2021   18:04 Diperbarui: 4 Oktober 2021   00:01 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mansai godang di tano on.

namasa da Amang, namasa da Inang.

Ima angka parungkilon, nang dohot parmaraan.

Asa tung marmanat.

Hita on sude, tu joloan on.

" Nunga lam matua be portibion " (penggalan reff)

Kalimat di atas adalah penggalan lirik lagu suku batak toba berjudul "Tapasada Ma Rohata" yang dinyanyikan oleh Trio Lamtama jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia artinya bahwa banyak yang terjadi berupa bencana maupun penderitaan di bumi ini karena mengganggap bahwa bumi ini sudah semakin menua.

Dalam video klip lagu tersebut di highlight (disorot) atau memperlihatkan terjadinya banjir yang menghanyutkan rumah dan kenderaan milik manusia yang disebabkan karena ulah manusia yang tidak memikirikan masa depan bumi.

Dalam lagu tersebut terkandung pesan bahwa kita harus ingat dan pegang teguh pesan orang-orang terdahulu atau nenek moyang kita untuk berjalan di jalan yang lurus dan benar. Sehingga kita tidak menderita akibat ulah yang kita perbuat terhadap dunia ini.

Terjadinya banjir dan bencana alam sebagaimana yang di highlight dalam video klip lagu Tapadasada Ma Rohatta merupakan dampak dari adanya perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu sebagai akibat dari terjadinya pemanasan global yang ditandai dengan naiknya suhu di permukaan bumi secara global yang tidak terlepas dari efek rumah kaca yang menyebabkan panas dari sinar matahari tetap berada di bumi.

Dikutip dari kompas.com, bahwa Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) baru-baru ini merilis outlook tahunan dan mempridiksi bahwa suhu bumi akan naik sekitar 1 sampai 1,5 derajat celcius setiap tahun pada lima tahun ke depan.

Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kenaikan suhu bumi sebesar 1 -- 1,5 derajat selsius tidak sejalan dengan apa yang sudah disepakati oleh setiap negara industri dan maju dalam konferensi tingkat tinggi di paris pada 2015 (Paris Agreement) yang mewajibkan negara industri dan maju mencapai Net - Zero Emissions atau nol bersih emisi pada tahun 2050.

Bencana Yang Menimbulkan Awareness

Terjadinya fenomena alam yang semakin tidak menentu hingga menyebabkan terjadinya bencana diberbagai belahan dunia termasuk Indonesia, tidak terlepas dari aktivitas kehidupan manusia yang sebagai faktor tunggal dan utama penyebab terjadinya pemanasan global secara masif sejak revolusi industri berakhir.

Kejadian-kejadian atau bencana alam yang terjadi pada satu titik akan menimbulkan kesadaran setiap pemimpin di dunia pada umumnya dan setiap manusia pada khususnya bahwa bumi sedang dalam kondisi tidak sehat yang memerlukan penanganan dan perawatan yang lebih baik.

Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki kesadaran dan komitmen yang ditunjukkan dengan meratifikasi Paris Agreement di New York pada tanggal 22 April 2016  yang akan menurunkan emisi gas rumah kaca pada tahun 2030 yang termaktub dalam  The First Nationally Climate Change (NDC) yang merupakan acuan pelaksanaan komitmen mitigasi perubahan iklim dengan rencana penurusan emisi hingga tahun 2030 sebesar 29% sampai dengan 41%.

Namun peran negara sebagai regulator dan penyelenggara pemerintahan tentu tidak bisa menjadi faktor tunggal dalam mencapai keberhasilan komitmen Indonesia mewujudkan Net Zero Emissions pada tahun 2060 apabila tidak didukung oleh berbagai pihak termasuk masyarakat sebagai bagian entitas terkecil dalam sebuah wilayah negara.

Tindakan Kecil dan Sederhana Mengurangi Emisi Dalam Kehidupan Sehari-hari

Ada sebuah adagium atau istilah bahwa untuk mengatasi sebuah masalah tidak perlu dengan melakukan sesuatu ide atau tindakan yang besar, mari mulai dengan tindakan dan hal yang kecil dan sederhana.

Sebagai pribadi atau masyarakat dalam lingkup terkecil dari sebuah negara, tentu punya peran yang sangat sentral dalam mewujudkan sebuah kebijakan yang menjadi solusi dalam mengatasi berbagai permasalahan.

Saya merupakan bagian dari entitas terkecil itu memiliki peran yang sama dan justru bisa dikatakan penting dalam berkontribusi mewujudkan pengurangan emisi dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai tujuan negara menuju Net - Zero Emissions pada tahun 2060.

Ada 4 tindakan kecil dan sederhana namun sangat penting menurut saya dan yang sudah saya lakukan dalam kehidupan sehari-hari dalam mendukung net zero emissions melalui pengurangan emisi.

1. Membuang sampah pada tempatnya sebagai Implemtasi Zero Waste City dalam lingkup Rumah Tangga

Membuang sampah sembarangan, tentu akan menimbulkan dampak yang tidak baik bagi lingkungan. Lalu apa kaitannya dengan tidak membuang sampah sembarangan dengan bisa menurunkan emisi?

Jawabannya tentu ada.

Analoginya seperti ini, dimana ketika kita membuang sampah sembarangan baik itu di tanah maupun diselokan saluran air, sampah yang kita buang sembarangan itu akan mengakibatkan kualitas tanah dan air akan mengalami degradasi.

Sampah yang dibuang di selokan atau saluran air akan terbawa arus air hingga menuju muaranya yaitu sungai atau laut, ketika laut atau sungai sudah tercemar dengan limbah sampah akan menurunkan kualitas ekosistem laut dan perairan yang merupakan salah satu faktor alamiah yang bisa menyerap emisi sebesar 23%.

Sementara sampah yang kita buang di tanah, akan menyebabkan degradasi tanah dimana tanah akan kesulitan untuk mengurai limbah sampah yang tentu akan menurunkan kualitas tanah sebagai salah satu cara alamiah dalam menyerap emisi.

2. Melakukan penghematan dalam pemakaian listrik

Pemakaian listrik secara efisien merupakan tindakan kecil dan sederhana dalam mengurangi emisi yang bisa kita lakukan setiap harinya.

Mematikan lampu di tempat yang tidak memerlukan penerangan cahaya pada saat pagi hari dan malam hari (earth hour).

Tidak lagi menggunakan dispenser untuk air minum tetapi lebih memilih air minum dengan cara dimasak dan ini sudah saya lakukan selama 5 bulan. Ketika saya tidak lagi menggunakan dispenser, saya bisa menghemat pemakaian listrik, dimana pada saat memakai dispenser ketika saya mengisi token listrik 100 ribu Cuma tahan 2 minggu namun setelah tidak memakai dispenser isi token 100 ribu bisa tahan 1 bulan.

Serta tidak menggunakan AC, adalah contoh kecil yang sudah saya lakukan dalam kehidupan sehari-hari dalam mengurangi emisi.

Lalu apa relevansinya dengan pengurangan emisi?

Energi listrik yang dihasilkan tentu dilakukan dihasilkan oleh perusahaan listrik negara dengan proses panjang untuk mengolahnya dengan menggunakan energi fosil seperti batubara dan minyak masih mendominasi yaitu sebesar 87,4%. Dan kita tahu bahwa berdasarkan Nationally Determined Contributions (NDC) energi fosil seperti batubara dan minyak akan menjadi penyumbang emisi terbesar pada 2030 hingga mencapai 58%.

Dengan melakukan penghematan dalam pemakaian listrik, tentu kita sudah berkontribusi terhadap pengurangan emisi karena tidak membebani perusahaan listrik negara dalam menghasilkan energi listrik untuk sesuatu manfaat yang percuma.

3. Tidak menyalakan AC Mobil saat berkendara

Salah satu tindakan sederhana dalam kehidupan sehari-hari yang saya dan kita semua bisa lakukan adalah tidak menggunakan AC mobil ketika berkendaraan apalagi didaerah urban yang notabene cuaca nya cenderung lebih panas.

Tindakan tidak menyalakan AC, adalah tindakan sederhana yang saya lakukan ketika mengendarai mobil. Hal itu didukung juga dengan kondisi dimana tempat saya tinggal memiliki cuaca yang tidak terlalu panas pada siang hari dan dingin di malam hari.

Mungkin ini terdengar susah untuk dilakukan, namun mau tidak mau harus dilakukan sebisa mungkin walaupun akibatnya yang kita rasakan adalah kepanasan dan kegerahan.

Memang iya, karena panas dan gerah yang kita rasakan itu adalah akibat ulah kita sendiri sebagai manusia. Tentu ketika kita sebagai manusia yang benar, harus mau merasakan sebagai akibat dari apa yang sudah kita lakukan.

4. Tidak mengkonsumsi Rokok

Hal terakhir yang bisa saya lakukan dalam berkontribusi dalam penguraganan emisi dikehidupan sehari-hari adalah tidak mengkonsumsi rokok. Sudah 11 tahun saya tidak mengkonsumsi rokok. Selain sehat, saya juga mendapatkan nilai ekonomis yaitu biaya rokok yang selama ini dihabiskan bisa dialihkan untuk keperluan yang lebih penting misalnya biaya belanja dapur.

Kalau kita hitung selama 11 tahun tidak merokok, berarti sudah ada sebanyak 4.015 bungkus rokok atau 64.240 batang rokok yang bisa dihemat untuk tidak dikonsumsi.

Dan sebanyak itu pula saya sudah berkontribusi tidak menyumbang limbah sampah berupa puntung rokok hasil sisa isapan yang bisa merusak ekosistem lingkungan sebagai salah satu alat alamiah untuk menyerap emisi.

Bisa kita bayangkan misalnya saat ini seseorang itu mengkonsumsi rokok sebanyak 1 bungkus per hari dengan harga 26 ribu, apabila dikalikan dalam 1 bulan, ini artinya akan menghabiskan biaya sebesar 780 ribu. Itu masih satu bungkus, bagaimana lagi kalau habis 2 bungkus per hari tentu akan lebih besar lagi uang yang habis. Dan tidak tahu berapa lagi jumlah limbah sampah yang akan dihasilkan dari puntung rokok hasil isapan.

Dan Kita tahu juga bahwa produksi rokok dan produk tembakau lain tentu berdampak pada lingkungan karena membutuhkan rangkaian proses yang saling terkait dan memiliki implikasi terhadap penyumbangan emisi.

 Tidak perlu dengan tindakan yang besar untuk menyelesaikan sebuah masalah, melainkan dengan tindakan yang kecil dan sederhana, kita sudah dapat berkontribusi dalam mengatasi dan mengurai permasalah yang ada di dunia ini.

Mari menjaga Bumi supaya tetap sehat dengan Tindakan yang kecil dan sederhana namun sangat penting dan bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun