Membuang sampah sembarangan, tentu akan menimbulkan dampak yang tidak baik bagi lingkungan. Lalu apa kaitannya dengan tidak membuang sampah sembarangan dengan bisa menurunkan emisi?
Jawabannya tentu ada.
Analoginya seperti ini, dimana ketika kita membuang sampah sembarangan baik itu di tanah maupun diselokan saluran air, sampah yang kita buang sembarangan itu akan mengakibatkan kualitas tanah dan air akan mengalami degradasi.
Sampah yang dibuang di selokan atau saluran air akan terbawa arus air hingga menuju muaranya yaitu sungai atau laut, ketika laut atau sungai sudah tercemar dengan limbah sampah akan menurunkan kualitas ekosistem laut dan perairan yang merupakan salah satu faktor alamiah yang bisa menyerap emisi sebesar 23%.
Sementara sampah yang kita buang di tanah, akan menyebabkan degradasi tanah dimana tanah akan kesulitan untuk mengurai limbah sampah yang tentu akan menurunkan kualitas tanah sebagai salah satu cara alamiah dalam menyerap emisi.
2. Melakukan penghematan dalam pemakaian listrik
Pemakaian listrik secara efisien merupakan tindakan kecil dan sederhana dalam mengurangi emisi yang bisa kita lakukan setiap harinya.
Mematikan lampu di tempat yang tidak memerlukan penerangan cahaya pada saat pagi hari dan malam hari (earth hour).
Tidak lagi menggunakan dispenser untuk air minum tetapi lebih memilih air minum dengan cara dimasak dan ini sudah saya lakukan selama 5 bulan. Ketika saya tidak lagi menggunakan dispenser, saya bisa menghemat pemakaian listrik, dimana pada saat memakai dispenser ketika saya mengisi token listrik 100 ribu Cuma tahan 2 minggu namun setelah tidak memakai dispenser isi token 100 ribu bisa tahan 1 bulan.
Serta tidak menggunakan AC, adalah contoh kecil yang sudah saya lakukan dalam kehidupan sehari-hari dalam mengurangi emisi.
Lalu apa relevansinya dengan pengurangan emisi?
Energi listrik yang dihasilkan tentu dilakukan dihasilkan oleh perusahaan listrik negara dengan proses panjang untuk mengolahnya dengan menggunakan energi fosil seperti batubara dan minyak masih mendominasi yaitu sebesar 87,4%. Dan kita tahu bahwa berdasarkan Nationally Determined Contributions (NDC) energi fosil seperti batubara dan minyak akan menjadi penyumbang emisi terbesar pada 2030 hingga mencapai 58%.