Mohon tunggu...
Hery Sinaga
Hery Sinaga Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil

-Penulis konten -saat ini sedang suka-sukanya menggeluti public speaking -Sedang menyelesaikan buku motivasi -karya novel : Keluargaku Rumahku (lagi pengajuan ke penerbit)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pongo, Sang Raja Kera dalam Sebuah Cerita Fabel

7 Januari 2021   18:34 Diperbarui: 7 Januari 2021   18:46 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Pokoknya sebelum matahari terbit, mereka sudah harus mati."

" Siap Baginda."

Pongo bangun dari tidurnya. Waktunya telah tiba katanya dalam hati. Saat itu jam masih pukul 04.00 dini hari. Popo, pelayannya yang setia itu sudah bangun lebih dulu dan sudah menyiapkan senjata untuk digunakan membunuh Poco dan Pobo. Bak algojo, Pongo mengangkat Pedang Sakti yang dititiskan oleh malaikat pencabut nyawa.

" Apa Baginda tidak mempertimbangkan lagi keputusan baginda."

" Keputusanku sudah kuat dan aku siap menerima resiko dari semesta atas ingkar janjiku."

" Baik Baginda, kalau keputusan baginda raja sudah kuat."

" Ini teh sudah saya sediakan buat baginda." Pongo meminum perlahan teh hangat yang sudah disediakan Popo.

Dengan badan tegap, dia langkahkan kaki nya dengan tangan kanannya memegan Pedang Sakti. Dia pun siap untuk menghabisi nyawa kedua kaumnya itu yang dianggap seperti duri dalam daging. Saat itu pun tiba, mendapati keduanya masih tidur nyenyak, Pongo dengan beringas menghabisi nyawa keduanya hingga keduanya bersimbah darah. Dengan 1 hunusan pedang sakti, Poco dan Pobo pun mati. Sesaat menghunuskan pedang, Pongo merasa lemah dan penglihatannya berpendar. Tangannya mulai ringkih memegang pedang. Napas nya terasa sesak. Semakin lama semakin menjadi jadi hingga akhirnya dia terjatuh dan meregang nyawa.

" Maafkan saya Baginda, saya harus melakukan ini. Saya sudah memasukkan racun ke dalam teh Baginda sebelum saya berikan kepada Baginda. Karna saya menginginkan kekuasaan ini juga. Ini sudah lama saya inginkan." Popo merasa heran kalau raja nya itu tidak berubah menjadi manusia. Malahan tidak lama kemudian, ketika ayam berkokok, tubuh nya bergetar-getar hebat, bulu-bulu ditubuhnya perlahan lahan hilang berubah menjadi seperti kulit manusia. 

Akhirnya dia menyaksikan sendiri dirinya berubah menjadi manusia. Dia lupa satu hal wangsit dari pencipta semesta kepada rajanya itu, kalau raja Pongo membunuh salah seekor dari kaum nya dia akan berubah menjadi manusia kembali akan tetapi Raja Pongo tidak akan berubah menjadi manusia apabila dia dibunuh walaupun dia membunuh kaumnya sendiri. Akhirnya Popo tidak bisa menjadi raja dari kerajaan kera di Sibaganding tetapi dia menjadi Pawang dari Kaum Kera yang di Sibaganding.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun