Mohon tunggu...
Hery Sinaga
Hery Sinaga Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil

-Penulis konten -saat ini sedang suka-sukanya menggeluti public speaking -Sedang menyelesaikan buku motivasi -karya novel : Keluargaku Rumahku (lagi pengajuan ke penerbit)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pongo, Sang Raja Kera dalam Sebuah Cerita Fabel

7 Januari 2021   18:34 Diperbarui: 7 Januari 2021   18:46 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Woi, kalau mau gak mau kasi makanan, jangan melempar kulit makanan atau sampah dong." Sebagian dari mereka meneriaki ulah manusia yang didalam mobil.

Melihat demikian, kesedihan Pongo bertambah, ternyata sungguh memilukan kehidupan kaumnya setiap hari mengemis makanan dari manusia yang layaknya dikatakan mahluk yang punya akal, hati nurani, dan melebihi dari binatang ternyata tidaklah mencerminkan layaknya seorang manusia yang kadang-kadang tidak punya belas kasih.

" Sudahlah Baginda Raja, jangan bersedih."

" Iya, Popo, tapi kaumku...kaumku dihina seperti itu oleh kaum manusia. Ini ulah mereka yang membuat kita seperti ini. Ini ulah mereka. Mereka harusnya memperhatikan kelansungan hidup kita. Bukan membantu, malah ketawa mengejek yang terlihat dari celah kaca mobil yang mereka naiki."

" Iya, Baginda. Biar lah mereka seperti itu, karena mereka mungkin sudah dibutakan oleh hedonisme dunia."

Hari ini makanan yang mereka dapatkan cukuplah untuk kebutuhan 2 atau 3 hari kedepan. Tidak semua yang mendapat makanan waktu mengemis di pinggir jalan raya. Tapi itulah kebaikan Pongo, Sang Raja Kera. Dia selalu bersikap adil kepada kaumnya tanpa ada membeda-bedakan. Karena kalaupun ada yang tidak membawa pulang makanan hasil mengemis, tidak menjadi masalah bagi Pongo. Yang paling penting baginya adalah setiap makanan yang terkumpul hasil mengemis harus dibagi rata kepada setiap kera tanpa terkecuali. Dan tidak ada penghargaan yang berlebihan yang diberikan Pongo kepada Kera yang membawa banyak makanan dari hasil mengemis. Perlakuan adil Pongo ini, menimbulkan ketidaksukaan dari salah seekor dari kaumnya kepada Pongo.

" Aku tidak terima, pokoknya aku tidak terima dengan sikap Pongo yang tidak membagikan makanan yang kita bawa secara adil bagi semua. Harusnya aku dapat lebih banyak karna aku juga bawa banyak makanan hasil dari mengemis. Aku sudah berpeluh keringat dibawah terik matahari mengemis dari pagi sampai petang. Tapi apa, Pongo tidak bersikap adil."

" Sudah, sabar Poco. Bisik Pobo padanya. Nanti ada saatnya kita ambil kekuasaan ini dari tangannya. Tenang saja." Katanya kepada teman konspirasinya itu dengan mata sinis dan penuh dendam. Kebencian dalam diri Poco, diperalat oleh Pobo untuk berkonspirasi membunuh Pongo. Perasaan yang sama ketika hal yang sama dirasakan oleh Pobo 2 tahun yang lalu yang dia pendam sampai hari itu.

Rencana jahat untuk membunuh Pongo mulai Pobo dan Poco susun. Mereka berdua menyusun strategi dan memikirkan cara dan kapan waktu yang tepat untuk membunuh raja mereka sendiri. Hari demi hari mereka tetap seperti biasa mengemis di atas jembatan jalan raya Sibaganding.

" Aku belum tau caranya bagaimana membunuh Pongo."

" Aku juga bingung, karna tidak ada celah sedikitpun untuk bisa membunuhnya. Pengawal setianya selalu nempel bersamanya. Belum lagi pengamanan yang super ketat. Berlapis-lapis, layaknya seorang presiden di Jaman Orde Baru jaman ketika kerajaan kita masih kaya dengan makanan dan masih banyak pohon yang berbuah. Hahaha."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun