Sebagai pemain kecil (baca: UMKM) bukan berarti tidak boleh bermimpi tinggi. Walau masih UMKM, menghasilkan produk unggulan juga bisa, bahkan sampai menembus pangsa ekspor.
Cerita kegigihan UMKM yang berhasil menembus produknya untuk ekspor, bisa tergambar sosok Hayatun, melalui bendera PT Hataraya Food Indonesia. Sebagai bentuk catatan bahwa untuk membentuk badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) juga begitu mudah, bisa juga perorangan. Untuk NIB, P.IRT, serta sertifikasi halal merupakan standar minimal UMKM dari segi legalitas.
Melalui produk unggulannya berupa keripik kulit lumpia dan biskuit coklat. Keripik lumpia ia beri label "Makaya Sumpia, sedangkan biskuit coklat dengan "Brownies Story". Dari kunjungan event "Sambang UMKM Bersama Bolang" Sabtu (1/05/24) kali ini memperoleh banyak informasi perihal pengalaman Hayatun dalam keberhasilan menembus pasar ekspor. Kami diterima dengan hangat, dengan segudang cerita. Baik suka ataupun duka dalam berusaha.
Bagaimana Hataraya Food bisa berkembang menembus pasar ekspor? Sudah 4 kali Hataraya mengirimkan produknya sejak 31 Juli 2023. Tulisan berikut mencoba menangkap sekelumit cerita dan semangat Hayatun dalam menggapai impian.
Gigih berjeraring
Untuk mencapai sukses kita perlu banyak teman yang saling menunjang. Begitu pun dengan Hayatun yang begitu gigih dalam berjejaring. Beberapa yang ia lakukan adalah mengikuti kumpulan, komunitas dan sejenisnya. Baik yang berkecimpung di produk, managemen, dan pengembangan lainnya.Â
Dengan berjejaring akan banyak teman. Sehingga peluang bisnis akan terbuka lebar. Dari mulanya sekedar berteman lalu berkembang menjadi mitra bisnis. Maka tidak heran ia kerap kali mengikuti beberapa pameran produk UMKM. Baik yang dilakukan instansi pemerintah ataupun swasta.
Pasar camilan di Malaysia cukup besar. Camilan jadul seperti kerupuk, rengginang, dll dengan olahan sederhana sudah lama masuk negeri jiran.
Mengaplikasikan pelatihan
Hayatun termasuk figur yang tidak saja rajin mengikuti pelatihan tetapi juga mengaplikasikannya. Ketika menjadi binaan dari lembaga pembiayaan ekspor, ia mempelajari betul seluk beluk ekspor. Mulai dari perhitungan biaya sampai syarat perizinan.
Ia juga tergabung dengan Akademi Mudah Ekspor (AME) yang merupakan kumpulan para UMKM yang berhasil ekspor. Ketika ada tawaran untuk memperkenalkan produk di Malaysia, ia pun turut menyodorkannya. Dan tidak disangka produknya lolos, dari segi rasa ataupun perizinan. Â
Melalui AME dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) mengadakan program "ongkos gratis" untuk ekspor. Sebagai langkah awal berbentuk konsinyasi oleh pihak supplier di Malaysia. Ia pun menyanggupinya dengan ekspor -bersama produk UMKM lainnya- untuk mengirimkan produk. Langkah awal ia mencoba 100 karton yang masing-masing berisi 20 pcs. Produk yang ia pasarkan adalah kulit lumpia dengan 5 rasa: Baper, Pizza, Pedas Keju, Pedas Manis, dan Super Pedas.
Mampu membaca pasar
Tidak dinyana ternyata produknya cukup diminati warga Malaysia. Produknya pun laku di negeri jiran itu. Dan pada akhirnya supplier dari Malaysia meminta kembali produk nya. Untuk selanjutnya ia merasa lega karena supplier sudah menerapkan sekema beli putus. Sampai saat ini ia sudah ekspor selama empat kali.
Menurutnya untuk menembus pasar ekspor -walaupun UMKM- cukup mudah. Jika pasar meminati, maka produk akan laku. Ia membaca pasar bahwa di negeri Malaysia lidahnya hampir sama dengan selera orang Indonesia kebanyakan. Apalagi di sana banyak warga Indonesia (baca: TKI) yang merupakan pasar tersendiri.
Ia juga bisa membaca pasar bahwa kesukaan -rerata- generasi milenial yang suka rasa pedas. Hal itu bisa dilihat camilan dengan rasa pedas cenderung diminati. Maka dari itu Makaya Sumpia mengikuti tren tersebut, dan nyatanya memang banyak diminati.
Menjaga kualitas produk
Walaupun tergolong UMKM, ia sangat mempertimbangkan kualitas produknya. Ia mengkalim bahwa produknya tersebut tidak memakai bahan pewarna dan pengawet buatan. Warna produknya merupakan warna asli dari bahan tersebut tanpa  memberi pewarna tambahan sedikitpun.
Pada Makaya Sumpia yang rasa pedas terlihat berwarna kemerahan, itu merupakan warna asli dari olahan cabai. Untuk semua bumbu rasa pedas, manis, keju merupakan rasa asli (yang diolah) bukan perasa  buatan. Ia menyatakan bahwa ada perbedaan jika menggunakan bubuk perasa yang dijual dipasaran, yang tidak tahan lama dan mudah menggumpal. Untuk produk makaya sumpia sendiri bisa tahan sampai satu tahun.
Untuk bahan pun ia menggunakan yang berkualitas. Minyak penggorengan ia menggunakan katagori premium. Dari segi harga memang paling mahal, namum untuk hasil penggorengan produk paling baik. Rasa renyahnya -sensasi krauk- bisa terbentuk, dan produk tidak "berminyak".
Terus berinovasi
Untuk menjadi UMKM yang tangguh harus punya semangat interpreneur: pantang menyerah, percaya diri, tahan banting, berani ambil risiko, serta terus berinovasi. Hayatun terus mengembangkan produknya tidak hanya sebatas makaya sumpia dan biskuit coklat. Inovasi terus dilakukan dengan mencoba mewujudkan pesanan pelanggan, soal rasa misalnya.
Ia pernah berinovasi membuat makaya sumpia dengan rasa kopi, dalam rangka memenuhi pesanan pengusaha kopi di Pulau Bali. Tidak mudah memang menenukan rasa yang pas. Perlu ada trial and error yang tiada henti sampai sesuai keinginan.
Pemasaran
Untuk mendapatkan produk Hataraya Food, bisa melalui toko online dan beberapa toko oleh-oleh. Untuk memasarkan secara offline, kebanyakan Hataraya menggunakan skema reseller, dan tidak mendistribusikan secara langsung.
Saat ini produk Hataraya sudah bisa di dapatkan di jaringan ritel mini market (masih terbatas di Malang dan sekitarnya). Dan dalam waktu dekat produk makaya sumpia akan memasuki pasar ritel modern.
Untuk pasar ekspor produk Hataraya masih terus berlanjut. Yang awalnya dibantu dengan "ongkir gratis". Saat ini Hataraya Food sudah berhuhungan langsung dengan pihak ritel di Malaysia, dalam hal ini Do Mart (jaringan ritel produk Indonesia di Malaysia). Untuk mengirimkan produk ke Malaysia, sudah ditangani pihak eksportir yang juga mengirimkan beberapa produk UMKM lainnya.
Tidak terasa mulai pagi sampai siang kami berbincang. Banyak informasi yang didapatkan. Yang pada intinya dari sambang ini, bahwa ternyata ada profil UMKM -- di Kota Malang- yang sudah mempunyai produk unggulan bahkan sampai ekspor. Dari banyak paparan tersebut ternyata pula, untuk menembus pasar luar negeri, tidak sesulit yang dibayangkan. Syaratnya perlu adanya kemauan, jejaring, kualitas produk, dan pangsa pasar.
Jika semua stage holder (pemerintah, swasta, komunitas, UMKM) kompak, akan banyak UMKM yang akan naik kelas, seperti Hataraya Food ini. Semoga jutaan UMKM lainnya bisa segera menyusul.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI