Melalui AME dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) mengadakan program "ongkos gratis" untuk ekspor. Sebagai langkah awal berbentuk konsinyasi oleh pihak supplier di Malaysia. Ia pun menyanggupinya dengan ekspor -bersama produk UMKM lainnya- untuk mengirimkan produk. Langkah awal ia mencoba 100 karton yang masing-masing berisi 20 pcs. Produk yang ia pasarkan adalah kulit lumpia dengan 5 rasa: Baper, Pizza, Pedas Keju, Pedas Manis, dan Super Pedas.
Mampu membaca pasar
Tidak dinyana ternyata produknya cukup diminati warga Malaysia. Produknya pun laku di negeri jiran itu. Dan pada akhirnya supplier dari Malaysia meminta kembali produk nya. Untuk selanjutnya ia merasa lega karena supplier sudah menerapkan sekema beli putus. Sampai saat ini ia sudah ekspor selama empat kali.
Menurutnya untuk menembus pasar ekspor -walaupun UMKM- cukup mudah. Jika pasar meminati, maka produk akan laku. Ia membaca pasar bahwa di negeri Malaysia lidahnya hampir sama dengan selera orang Indonesia kebanyakan. Apalagi di sana banyak warga Indonesia (baca: TKI) yang merupakan pasar tersendiri.
Ia juga bisa membaca pasar bahwa kesukaan -rerata- generasi milenial yang suka rasa pedas. Hal itu bisa dilihat camilan dengan rasa pedas cenderung diminati. Maka dari itu Makaya Sumpia mengikuti tren tersebut, dan nyatanya memang banyak diminati.
Menjaga kualitas produk
Walaupun tergolong UMKM, ia sangat mempertimbangkan kualitas produknya. Ia mengkalim bahwa produknya tersebut tidak memakai bahan pewarna dan pengawet buatan. Warna produknya merupakan warna asli dari bahan tersebut tanpa  memberi pewarna tambahan sedikitpun.
Pada Makaya Sumpia yang rasa pedas terlihat berwarna kemerahan, itu merupakan warna asli dari olahan cabai. Untuk semua bumbu rasa pedas, manis, keju merupakan rasa asli (yang diolah) bukan perasa  buatan. Ia menyatakan bahwa ada perbedaan jika menggunakan bubuk perasa yang dijual dipasaran, yang tidak tahan lama dan mudah menggumpal. Untuk produk makaya sumpia sendiri bisa tahan sampai satu tahun.
Untuk bahan pun ia menggunakan yang berkualitas. Minyak penggorengan ia menggunakan katagori premium. Dari segi harga memang paling mahal, namum untuk hasil penggorengan produk paling baik. Rasa renyahnya -sensasi krauk- bisa terbentuk, dan produk tidak "berminyak".